tag:blogger.com,1999:blog-92079516277805429662024-03-14T01:41:41.926-07:00Study PolitikAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/17266261014323850989noreply@blogger.comBlogger281125tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-73930149169276438412012-06-21T15:03:00.000-07:002012-08-13T00:40:31.450-07:00Pertemuan Ke XIV : Modernisasi PolitikPENDAHULUAN Semakin pesatnya perkembangan teknologi dan pengetahuan maka globalisasi atau modernisasilah yang menjadi pakaian masyarakat diseluruh dunia. Modernisasi bukan saja mewabah dikalangan manusia namun dari segi ilmu pengetahuan bahkan perpolitikan juga mengalami perubahan yang drastis. Modernisasi politik Pembangunan politik sebagai bagian dari modernisasi senantiasa melibatkan ketegangan dan konflik secara terus menerus antara proses pembangunan dengan syarat-syarat agar system politik tetap pada keadaannya. Ketegangan maupun konflik tersebut merupakan sesuatu inheren dalam pembangunan, yang meliputi tuntutan akan persamaan, proses-proses diferensiasi serta kebutuhan akan kapasitas yang lebih besar. Merupakan suatu hal yang biasa bahwa setiap perubahan-perubahan pada dimensi persamaan, diferensiasi dan kapasitas/kemampuan dalam pembangunan akan mempengaruhi budaya politik elite dan massa, perubahan (smooth) dimana elite maupun massa terakomodasi dalam budaya-budayanya. Hal ini menunjukkan dinamika modernisasi masyarakat. Krisis mulai terjadi apabila budaya elite atau massa atau keduanya, menyebabkan ketegangan-ketegangan yang inheren, misalnya antara dimensi kapasitas dengan dimensi persamaan yang semakin membesar dan sangat terlihat sebagai suatu ancaman utama pemerintah atau rakyat maupun kedua-duanya. <span class="fullpost"> Sejak tahun 1980-an, negara-negara berkembang di dunia terjadi kecenderungan disintegrasi maupun upaya untuk memajukan demokrasi untuk menghindari krisis disintegrasi. Upaya untuk mencegah disintegrasi bangsa akan lebih relevan dan actual melalui studi pembangunan politik, istilah lain dari pembangunan politik adalah pendidikan politik, pembaharuan politik, pengembangan politik, perubahan politik dan modernisasi politik. Pakar politik Lucien W. Pye (Aspects of Political Development, pada Memajukan Demokrasi mencegah disintegrasi, sebuah wacana Pembangunan Politik oleh Nicolaus Budi Harjanto) memberikan dimensi/unsur dari pembangunan politik sebagai berikut : Pembagunan politik sebagai : pertambahan persamaan (equality) antara individu dalam hubungannya dengan system politik, pertambahan kemampuan (capacity) system politik dalam hubungannya dengan lingkungan, dan pertambahan pembedaan (differentiation and specialization) lembaga dan struktur di dalam system politik itu. Ketiga dimensi tersebut senantiasa ada pada “Dasar dan jantung proses pembangunan”. Menurut Pye, dimensi persamaan (equality) dalam pembangunan politik berkaitan dengan Masalah partisipasi dan keterlibatan rakyat dalam Kegiatan-kegiatan politik, baik yang dimobilisir secara demokratis maupun totaliter. Dalam unsur/dimensi ini dituntut adanya pelaksanaan hukum secara universal, dimana semua orang harus taat kepada hokum yang sama, dan dituntut adanya kecakapan dan prestasi serta bukan pertimbangan-pertimbangan status berdasarkan suatu system sosial yang tradisional. Dalam proses pembangunan, dimensi ini berkaitan erat dengan budaya politik, legitimasi dan keterikatan pada system. Sedangkan dimensi kapasitas (capacity) dimaksudkan sebagai kemampuan system politik yang dapat dilihat dari output yang dihasilkan dan besarnya pengaruh yang dapat diberikan kepada sistem-sistem lainnya seperti system sosial dan ekonomi. Dimensi ini berhubungan erat prestasi pemerintah yang memiliki wewenang resmi, yang mencerminkan besarnya ruang lingkup dan tingkat prestasi politik dan pemerintahan, efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan kebijakan umum dan rasionalitas dalam administrasi serta orientasi kebijakan. Sedangkan dimensi diferensiasi dan spesialisasi (differentiation and specialization), menunjukkan adanya lembaga-lembaga pemerintahan dan struktur-strukturnya beserta fungsinya masing-masing, yang terdapat pada sistem politik. Dengan diferensiasi berarti bertambah pula pengkhususan atau spesialisasi fungsi dari beberapa peranan politik di dalam sistem. Di samping itu diferensiasi melibatkan pula Masalah integrasi proses-proses dan struktur-struktur yang rumit (Spesialisasi yang didasarkan pada perasaan integrasi keseluruhan). Sedangkan menurut ahli politik Claude E. Welch (Studi perbandingan modernisasi Politik pada Memajukan Demokrasi mencegah disintegrasi, sebuah wacana Pembangunan Politik oleh Nicolaus Budi Harjanto) menggunakan istilah modernisasi politik dalam memahami pembangunan politik, dengan pemikiran modernisasi politik dalam memahami pembangunan politik, sebagai berikut : Proses modernisasi politik memiliki tiga ciri Pokok yaitu : - Pertama, peningkatan pemusatan kekuasaan pada negara, bersamaan dengan melemahnya sumber-sumber wewenang kekuasaan tradisional; - Kedua, diferensiasi dan spesialisasi lembaga-lebaga politik; - Ketiga, peningkatan partisipasi rakyat dalam politik dan kesediaan individu-individu untuk mengidentifikasikan diri dengan sistem politik sebagai suatu keseluruhan. Jadi modernisasi politik pertama-tama menyangkut pengalihan secara dramatis Pusat wewenang kekuasaan. Sistem politik yang telah di modernisasi akan menjadi rumit dan kompleks, karena modernisasi politik akan melipatgandakan volume, ruang lingkup dan efisiensi keputusan-keputusan resmi; lembaga pemerintahan harus mengembangkan tingkat diferensiasi struktural dan spesialisasi fungsional yang tinggi; sikap-sikap politik rakyat harus dirubah dan sifat partisipasi politik harus diganti. Jadi pola modernisasi politik yang teratur mensyaratkan adanya transformasi sikap-sikap yaitu perubahan secara dramatis praktek-praktek sosial dan politik tradisional ke arah modern. Huntinton SP. (Tertib politik di dalam masyarakat yang sedang berubah pada Memajukan Demokrasi mencegah disintegrasi, sebuah wacana Pembangunan Politik oleh Nicolaus Budi Harjanto) melihat pembangunan politik sebagai suatu aspek dari adanya modernisasi. Aspek-aspek modernisasi politik tersebut dapat diringkas ke dalam tiga kategori utama, yaitu : - Pertama, modernisasi politik melibatkan adanya rasionalisasi kekuasaan, pergantian sejumlah besar Pejabat-pejabat politik tradisional, etnis, keagamaan, kekeluargaan oleh kekuasaan nasional yang sekuler. - Kedua, pembangunan politik melibatkan diferensiasi fungsi politik yang baru dan pengembangan struktur khusus sebagai pelaksana seluruh fungsi tersebut. Kewenangan khusu bidang hokum, militer, administrative dan ilmu pengetahuan bersifat mandiri dan terspesialisir namun terpisah dari dunia politik Hirarki administrasi menjadi lebih terperinci dan tegas, kompleks serta lebih disiplin. Jabatan dan kekuasaan didistribusikan dengan bersandar pada ukuran prestasi kerja bukan askripsi. - Ketiga, pembangunan politik ditandai oleh peran serta politik seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi politik ini ditandai dengan.meningkatnya kontrol/pengawasan masyarakat terhadap pemerintah/penguasa dan warga negara secara langsung terlibat dalam mempengaruhi pemerintahan. Modernisasi politik secara alamiah dimaksudkan untuk mengubah masyarakat terbelakang menjadi maju. Sehingga masalah pokok yang timbul dari proses modernisasi politik adalah pergeseran masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, sementara modernisasi politik dianggap aspek dan dampak politik modernisasi sosial, ekonomi dan budaya. Akibat modernisasi yang lainnya adalah adanya partisipasi di panggung politik yang berlangsung mulai dari pedesaan sampai kota-kota besar yang dimainkan oleh kelompok-kelompok sosial yang meliputi seluruh lapisan masyarakat dan mengembangkan pranata politik baru, seperti partai politik yan mengorganisir partisipasi politik tersebut. Sedangkan Huntington SP (The change to change: modernization, development and politic pada Memajukan Demokrasi mencegah disintegrasi, sebuah wacana Pembangunan Politik oleh Nicolaus Budi Harjanto) membangun kerangka teori dan tesisnya tentang modernisasi, dengan memberikan ciri-ciri pokok modernisasi sebagai berikut: - Pertama, modernisasi merupakan proses revolusioner. Hal ini merupakan konsekuensi langsung karena adanya masyarakat tradisionil dan modern yang berbeda dan kontradiktif satu sama lain, dan perubahan dari tradisional ke modernitas melibatkan masalah perubahan total dan radikal dalam pola-pola hidup manusia. - Kedua, modernisasi merupakan proses yang rumit, karena melibatkan perubahan hampir di semua bidang pemikiran dan tingkah laku manusia serta sekurang-kurangnya terdiri dari unsur-unsur: industrialisasi, urbanisasi, mobilisasi sosial, diferensiasi, sekularisasi, perluasan media, peningkatan tingkat literasi dan perluasan partisipasi politik. - Ketiga, modernisasi merupakan proses yang sistematis. Perubahan dalam satu bidang/aspek akan membawa perubahan atau setidaknya mempengaruhi bidang/aspek lain. - Keempat, modernisasi adalah suatu proses global. Hal ini disebabkan adanya penyebaran gagasan-gagasan dan teknik-teknik modern dalam kehidupan di seluruh penjuru dunia. - Kelima, modernisasi merupakan proses jangka panjang. Pada awal perubahan masyarakat tradisional memang terlihat revolusioner, tetapi proses modernisasi secara keseluruhan hanya mungkin terjadi dalam proses yang evolusioner dan memerlukan jangka waktu yang panjang. - Keenam, modernisasi merupakan proses yang bertahap, yaitu mulai dari tahap tradisional menuju masyarakat modern. - Ketujuh, modernisasi merupakan proses homogenitas. Dengan modernisasi akan terbentuk berbagai masyarakat dengan struktur dan tendensi yang serupa, karena modernisasi meliputi gerak menuju interdependensi antar masyarakat politik serta ke arah integrasi semua masyarakat. - Kedelapan, modernisasi merupakan proses yang selalu bergerak ke depan. Meskipun pada beberapa kasus ada kemungkinan berhenti atau mundur sementara, tetapi proses modernisasi tidak dapat dihentikan. - Kesembilan, modernisasi merupakan proses progresif. Dalam jangka panjang modernisasi meningkatkan kesejahteraan manusia, baik kultural maupun material. Penutup Dari beberapa teori para ahli ilmu politik tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori modernisasi terdapat beberapa kelemahan antara lain: tidak mampu menggambarkan hari depan modernitas secara pasti, modernisasi tidak mampu menggambarkan proses pergerakan yang terjadi pada masyarakat, modernisasi tidak mampu memberikan alasan mengapa negara sedang berkembang harus mengikuti arah pembangunan yang pernah ditempuh negara barat, dan teori modernisasi tidak memperhitungkan terjadinya kemacetan, kemunduran, stagnasi maupun keterbelakangan pembangunan serta kegagalan pembangunan. Sumber Bacaan: 1. R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi. 2. S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra. 3. Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 4. K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi 5. A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra. 6. Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. </span>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-5767237296638563412012-06-21T14:59:00.000-07:002012-08-13T00:40:31.567-07:00Pertemuan Ke XIII : Budaya PolitikPENDAHULUAN Kebiasan, seni dan pemikiran adalah wujud dari budaya. Setiap umat manusia yang ada didunia memiliki wujud tersebut dalam perkembangan hidup dari masa ke masa. Budaya merupakan salah faktor yang mempengaruhi proses kemajuan manusia berabad – abad bahkan dalam hidup bernegara. Definisi budaya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Pengertian budaya Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. <span class="fullpost"> Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Unsur – unsur budaya Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut: Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: alat-alat teknologi sistem ekonomi keluarga kekuasaan politik Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya organisasi ekonomi alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) organisasi kekuatan (politik wujud dan komponen Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak. Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut. Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan. Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia. Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama: Kebudayaan material Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. PENGERTIAN BUDAYA POLITIK Terdapat banyak sarjana ilmu politik yang telah mengkaji tema budaya politik, sehingga terdapat variasi konsep tentang budaya politik yang kita ketahui. Namun bila diamati dan dikaji lebih jauh, tentang derajat perbedaan konsep tersebut tidaklah begitu besar, sehingga tetap dalam satu pemahaman dan rambu-rambu yang sama. Berikut ini merupakan pengertian dari beberapa ahli ilmu politik tentang budaya politik. a. Rusadi Sumintapura Budaya politik tidak lain adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik. b. Sidney Verba Budaya politik adalah suatu sistem kepercayaan empirik, simbol-simbol ekspresif dan nilai-nilai yang menegaskan suatu situasi dimana tindakan politik dilakukan. c. Alan R. Ball Budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu politik. d. Austin Ranney Budaya politik adalah seperangkat pandangan-pandangan tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama; sebuah pola orientasi-orientasi terhadap objek-objek politik. e. Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell, Jr. Budaya politik berisikan sikap, keyakinan, nilai dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari populasi. Komponen-Komponen Budaya Politik Seperti dikatakan oleh Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell, Jr., bahwa budaya politik merupakan dimensi psikologis dalam suatu sistem politik. Maksud dari pernyataan ini menurut Ranney, adalah karena budaya politik menjadi satu lingkungan psikologis, bagi terselenggaranya konflik-konflik politik (dinamika politik) dan terjadinya proses pembuatan kebijakan politik. Sebagai suatu lingkungan psikologis, maka komponen-komponen berisikan unsur-unsur psikis dalam diri masyarakat yang terkategori menjadi beberapa unsur. Menurut Ranney, terdapat dua komponen utama dari budaya politik, yaitu orientasi kognitif (cognitive orientations) dan orientasi afektif (affective oreintatations). Sementara itu, Almond dan Verba dengan lebih komprehensif mengacu pada apa yang dirumuskan Parsons dan Shils tentang klasifikasi tipe-tipe orientasi, bahwa budaya politik mengandung tiga komponen obyek politik sebagai berikut; a. Orientasi kognitif : yaitu berupa pengetahuan tentang dan kepercayaan pada politik, peranan dan segala kewajibannya serta input dan outputnya. b. Orientasi afektif : yaitu perasaan terhadap sistem politik, peranannya, para aktor dan pe-nampilannya. c. Orientasi evaluatif : yaitu keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan. TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK a. Berdasarkan Sikap Yang Ditunjukkan Pada negara yang memiliki sistem ekonomi dan teknologi yang kompleks, menuntut kerja sama yang luas untuk memperpadukan modal dan keterampilan. Jiwa kerja sama dapat diukur dari sikap orang terhadap orang lain. Pada kondisi ini budaya politik memiliki kecenderungan sikap ”militan” atau sifat ”tolerasi” b. Budaya Politik Militan Budaya politik dimana perbedaan tidak dipandang sebagai usaha mencari alternatif yang terbaik, tetapi dipandang sebagai usaha jahat dan menantang. Bila terjadi kriris, maka yang dicari adalah kambing hitamnya, bukan disebabkan oleh peraturan yang salah, dan masalah yang mempribadi selalu sensitif dan membakar emosi. c. Budaya Politik Toleransi Budaya politik dimana pemikiran berpusat pada masalah atau ide yang harus dinilai, berusaha mencari konsensus yang wajar yang mana selalu membuka pintu untuk bekerja sama. Sikap netral atau kritis terhadap ide orang, tetapi bukan curiga terhadap orang. Jika pernyataan umum dari pimpinan masyarakat bernada sangat militan, maka hal itu dapat menciptakan ketegangan dan menumbuhkan konflik. Kesemuanya itu menutup jalan bagi pertumbuhan kerja sama. Pernyataan dengan jiwa tolerasi hampir selalu mengundang kerja sama. Berdasarkan sikap terhadap tradisi dan perubahan. Budaya Politik terbagi atas : a. Budaya Politik Yang memiliki Sikap Mental Absolut Budaya politik yang mempunyai sikap mental yang absolut memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang. dianggap selalu sempurna dan tak dapat diubah lagi. Usaha yang diperlukan adalah intensifikasi dari kepercayaan, bukan kebaikan. Pola pikir demikian hanya memberikan perhatian pada apa yang selaras dengan mentalnya dan menolak atau menyerang hal-hal yang baru atau yang berlainan (bertentangan). Budaya politik yang bernada absolut bisa tumbuh dari tradisi, jarang bersifat kritis terhadap tradisi, malah hanya berusaha memelihara kemurnian tradisi. Maka, tradisi selalu dipertahankan dengan segala kebaikan dan keburukan. Kesetiaan yang absolut terhadap tradisi tidak memungkinkan pertumbuhan unsur baru. b. Budaya Politik Yang memiliki Sikap Mental Akomodatif Struktur mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan sedia menerima apa saja yang dianggap berharga. Ia dapat melepaskan ikatan tradisi, kritis terhadap diri sendiri, dan bersedia menilai kembali tradisi berdasarkan perkembangan masa kini. Tipe absolut dari budaya politik sering menganggap perubahan sebagai suatu yang membahayakan. Tiap perkembangan baru dianggap sebagai suatu tantangan yang berbahaya yang harus dikendalikan. Perubahan dianggap sebagai penyimpangan. Tipe akomodatif dari budaya politik melihat perubahan hanya sebagai salah satu masalah untuk dipikirkan. Perubahan mendorong usaha perbaikan dan pemecahan yang lebih sempurna. Realitas yang ditemukan dalam budaya politik, ternyata memiliki beberapa variasi. Berdasarkan orientasi politik yang dicirikan dan karakter-karakter dalam budaya politik, maka setiap sistem politik akan memiliki budaya politik yang berbeda. Perbedaan ini terwujud dalam tipe-tipe yang ada dalam budaya politik yang setiap tipe memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dari realitas budaya politik yang berkembang di dalam masyarakat, Gabriel Almond mengklasifikasikan budaya politik sebagai berikut : Budaya politik parokial (parochial political culture), yaitu tingkat partisipasi politiknya sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif (misalnya tingkat pendidikan relatif rendah). Budaya politik kaula (subyek political culture), yaitu masyarakat bersangkutan sudah relatif maju (baik sosial maupun ekonominya) tetapi masih bersifat pasif. Budaya politik partisipan (participant political culture), yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi. PENUTUP Setelah kita mempelajari tentang kebudayaan kesimpulan yang dapat diambil adalah budaya dan politik tidak bisa dipisahkan. Jika budaya masyarakat didalam Negara lebih mengaraj kepada hal – hal yang negatif, maka Negara tersebut akan terpuruk. Namun, jika masyarakat di Negara tersebut memiliki budaya yang positif maka Negara akan berkembang dengan baik. Sumber Bacaan: 1. R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi. 2. S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra. 3. Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 4. K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi 5. A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra. 6. Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. </span>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-7658106551607848982011-09-28T05:41:00.000-07:002012-08-13T00:40:31.592-07:00Pertemuan Ke XII : Ideologi Politik<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="fullpost"> </span><br /><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:RelyOnVML/> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true" DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99" LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles></xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]><style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; text-align:center; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} </style><![endif]--> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">PENDAHULUAN</span></b></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Bab ini akan membahasa tentang golongan berpengaruh dan berkepentingan, dimana kedua golongan tersebut merupakan ujung tombak dalam mensukseskan pemilu dan tertibnya Negara. Disisi lain dari golongan ini pula lahir beragam ideologi yang mana dari dahulu hingga sekarang ideologi tersebut menjadi pegangan masyarakat. </span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><i><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Golongan berpengaruh dan berkepentingan;</span></span></i></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Asosiasi independen yang dibentuk atas dasar kesepakatan bersama dengan memakai beragam cara untuk menekan pemerintah.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Faktor – fa</span><span>k</span><span lang="EN-US">tor tumbuhnya:</span><span></span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>1.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Pertumbuhan peradaban industry</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>2.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Aktifitas Negara yang meluas</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>3.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Gagalnya semangat demokrasi</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>4.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Gagalnya partai politik</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>5.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Sitem perwakilan daerah</span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">Ideologi politik</span></b></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";">Istilah ideologie dicetuskan oleh filsuf Perancis, Antoine Destutt de Tracy (1796) sebagai ilmu tentang pikiran manusia yang mampu menunjukan arah yang benar menuju masa depan. Jadi semula ideologi adalah ilmu seperti juga biologi, psikologi, fisika dll. Dari semacam ilmu atau kajian ideologi bergeser menjadi paham, doktrin, atau “keimanan”.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><ul><li><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";">Destertt de Tracy : Ideologi adalah studi terhadap ide – ide/pemikiran tertentu.</span></span></li></ul><ul><li><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";">Descartes : Ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia.</span></span></li></ul><ul><li><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";">Machiavelli : Ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa.</span></span></li></ul><ul><li><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";">Thomas H : Ideologi adalah suatu cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.</span></span></li></ul><ul><li><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";">Bacon : Ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari suatu konsep hidup.</span></span></li></ul><ul><li><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";">Karl Marx : Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.</span></span></li></ul><ul><li><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";">Napoleon : Ideologi keseluruhan pemikiran politik dari rival–rivalnya.</span></span></li></ul><ul><li><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";">Muhammad Muhammad Ismail : Ideologi (Mabda’) adalah Al-Fikru al-asasi al-ladzi hubna Qablahu Fikrun Akhar, pemikiran mendasar yang sama sekali tidak dibangun (disandarkan) di atas pemikiran pemikiran yang lain. Pemikiran mendasar ini merupakan akumulasi jawaban atas pertanyaan dari mana, untuk apa dan mau kemana alam, manusia dan kehidupan ini yang dihubungkan dengan asal muasal penciptaannya dan kehidupan setelahnya?</span></span></li></ul><ul><li><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";">Dr. Hafidh Shaleh : Ideologi adalah sebuah pemikiran yang mempunyai ide berupa konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi akidah dan solusi atas seluruh problem kehidupan manusia. Pemikiran tersebut harus mempunyai metode, yang meliputi metode untuk mengaktualisasikan ide dan solusi tersebut, metode mempertahankannya, serta metode menyebarkannya ke seluruh dunia. </span></span></li><li><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";">Taqiyuddin An-Nabhani : Mabda’ adalah suatu aqidah aqliyah yang melahirkan peraturan. Yang dimaksud aqidah adalah pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup, serta tentang apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan, di samping hubungannya dengan Zat yang ada sebelum dan sesudah alam kehidupan di dunia ini. Atau Mabda’ adalah suatu ide dasar yang menyeluruh mengenai alam semesta, manusia, dan hidup. Mencakup dua bagian yaitu, fikrah dan thariqah.</span></span></li></ul><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Dalam </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_sosial"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">ilmu sosial</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">, <b>Ideologi politik</b> adalah sebuah himpunan ide dan prinsip yang menjelaskan bagaimana seharusnya masyarakat bekerja, dan menawarkan ringkasan order masyarakat tertentu. </span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Ideologi politik biasanya mengenai dirinya dengan bagaimana mengatur kekuasaan dan bagaimana seharusnya dilaksanakan.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Teori <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Komunis" title="Komunis">komunis</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Karl_Marx">Karl Marx</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Friedrich_Engels">Friedrich Engels</a> dan pengikut mereka, sering dikenal dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Marxisme">marxisme</a>, dianggap sebagai ideologi politik paling berpengaruh dan dijelaskan lengkap pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_20" title="Abad 20">abad 20</a>.</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Contoh ideologi lainnya termasuk: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Anarkisme">anarkisme</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kapitalisme">kapitalisme</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Komunisme">komunisme</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitarianisme">komunitarianisme</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Konservatisme">konservatisme</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Neo_Liberalisme" title="Neo Liberalisme">neoliberalisme</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_kristen" title="Demokrasi kristen">demokrasi kristen</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fasisme">fasisme</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Monarkisme">monarkisme</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme">nasionalisme</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nazisme">nazisme</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Liberalisme">liberalisme</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Libertarianisme&action=edit&redlink=1" title="Libertarianisme (halaman belum tersedia)">libertarianisme</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisme">sosialisme</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Demokrat_sosial&action=edit&redlink=1" title="Demokrat sosial (halaman belum tersedia)">demokrat sosial</a>.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Kepopuleran ideologi berkat pengaruh dari "<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Moral_entrepreneurs&action=edit&redlink=1" title="Moral entrepreneurs (halaman belum tersedia)">moral entrepreneurs</a>", yang kadangkala bertindak dengan tujuan mereka sendiri. Ideologi politik adalah badan dari <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ideal&action=edit&redlink=1" title="Ideal (halaman belum tersedia)">ideal</a>, prinsip, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Doktrin&action=edit&redlink=1" title="Doktrin (halaman belum tersedia)">doktrin</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mitologi">mitologi</a> atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Simbol">simbol</a> dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_sosial">gerakan sosial</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Institusi" title="Institusi">institusi</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelas">kelas</a>, atau grup besar yang memiliki tujuan politik dan budaya yang sama. Merupakan dasar dari pemikiran politik yang menggambarkan suatu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_politik">partai politik</a> dan kebijakannya.</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Ada juga yang memakai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama">agama</a> sebagai ideologi politik. Hal ini disebabkan agama tersebut mempunyai pandangan yang menyeluruh tentang kehidupan. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a>, contohnya adalah agama yang holistik.<a href="" name="Definisi_Ideologi"></a><a href="" name="Perbandingan_Ideologi_Dunia"></a><a href="" name="Ideologi_politik"></a></span></span><br /> <div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span>William T. Blumh. Guru besar dalam political science pada Chicago University, dalam bukunya Modern Political : Ideologies dan and Attitude (Culture), melihat ada 4 (empat) teori mengenai ideologi ( dalam Siswono, 2005), sebagai berikut :<br /><br /><b>Teori Kepentingan </b><br /><br />Bahwa ideologi itu bersifat kejiwaan yang bisa diselidiki dan dijelaskan. Ide yang terbentuk sebagai akibat realitas pada diri manusia.<br /><br /><b>Teori Kebenaran </b><br /><br />Bluhm dalam hal ini mengikuti pandangan filosup wanita Hannah Arendt tentang aktifitas manusia di dunia yang merefleksikan ideologi, yakni untuk menjalankan proses kehidupan. Ideologi kemudian muncul secara rasional dan bebas, yang ingin mewujudkan hakikat “ kebenaran “.<br /><br /><b>Teori Kesulitan Sosial</b><br /><br />Ideologi lahir dari hal-hal yang tidak disadari, sebagai pola jawaban terhadap kesulitan-kesulitan yang timabul dari masyarakat kesulitan tersebut sebagai patologi yang memerlukan obat dan penyembuhan, maka fungsi idelogi adalah remedial atau kuratif.<br /><br /><b>Teori Kesulitan Kultural </b><br /><br />Ideologi timbul karena hal-hal yang menyangkut hubungan perasaan dan arti hidup (sentiment and meaning). Kedudukan ideologi sama seperti ilmu pengetahuan teknologi, agama dan filsafat. Akibat selalu ada dislokasi sosial dan kultural dalam kehidupan manusia, maka manusia memerlukan arti hidup yang baru dan segar.<br /><br />Dari empat teori terbentuknya ideologi Bluhm tersebut di atas (kepentingan, kebenaran, kesulitan sosial, dan kesulitan kultural), maka pandangan hidup sebagi follow- up ideologi akhirnya juga harus mampu menghadapi 4 (empat) masalah besar kemanusiaan, yakni:<br /><br />a) mampu mengatasi kepentingan kehidupannya<br /><br />b) menciptakan pandangan hidup yang berisi kebenaran yang diaktualisasikan.<br /><br />c) menghilangkan semua kesulitan sosial dan<br /><br />d) menghapuskan semua keruwetan kultural melalui otoritas politik yang kuat.<br /><br /><b>Bentuk-Bentuk Ideologi Politik</b><br /><br />Dalam ilmu politik, dewasa ini berkembang banyak ideologi diantaranya adalah, kapitalisme, liberalisme, sosialisme, pancasila dan lain sebagainya. Dengan konflik itu melahirkan kemajuan ilmu sosial yang, terutama ilmu politik yang makin berkembang maju dan melahirkan berbagai paradigma baru. <br /><br />Berikut ini akan dipaparkan ideoogi-ideologi yang terdapat dalam ilmu politik.<br /><br /><b>1) Kapitalisme</b><br /><br />Kapitalisme merupakan suatu ideologi yang mengagungkan kapital milik perorangan atau milik sekelompok kecil masyarakat sebagai alat penggerak kesejahteraan manusia. Bapak ideologi kapitalisme adalah Adam Smith dengan Teorinya the Wealth Of Nations, yaitu kemakmuran bangsa-bangsa akan tercapai melalui ekonomi persaingan bebas, artinya ekonomi yang bebas dari campur tangan negara.<br /><br />Kapitalisme adalah sebuah ajaran yang didasarkan pada sebuah asumsi bahwa manusia secara individu adalah makhluk yang tidak boleh dilanggar kemerdekaannya dan tidak perlu tunduk pada batasan –batasan sosial .<br /><br /><b>2) Liberalisme</b><br /><br />Menurut faham liberalisme, manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu yang bebas. Manusia dalam perspektif libreralisme sebagai pribadi yang utuh dan lengkap yang terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu memliki potensi dan senantiasa berjuang untuk kepentingan dirinya sendiri.<br /><br /><b>3) Sosialisme</b><br /><br />Sosialisme merupakan suatu ideologi yang mengagungkan kapital milik bersama seluruh masyarakat atau milik negara sebagai alat penggerak kesejahteraan manusia. Kepemilikan bersama kapital atau kepemilikan kapital oleh negara adalah dewa diatas segala dewa, artinya semua yang ada di dunia harus dijadikan kapital bersama seluruh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan melalui sistem kerja sama, hasilnya untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama, dan distribusi hasil kerja berdasar prestasi kerja yang telah diberikan.<br /><br /><b>4) posmodernisme dan posmarsisme kedua ideologi ini karena kontradiksi </b><br /><br />antara kapitalisme dan sosialisme yang makin menajam.sebagian besar ilmuwan politik mencari jalan keluar dan menemukan realitas, bahwa pemikir kapitalis mencari jalan keluar berupa posmarxisme. Kedua ideologi ini hakikatnya adalah revisionisme, mengaburkan paham kapitalisme dan sosialisme.<br /><br />a) Posmodernisme<br /><br />Postmodernisme merupakan ideologi tentang hak untuk berbeda <br />( The Right of Different) yang menolak penyelamatan manusia dari penghisapan manusia atas manusia yang dikumandangkan oleh ideologi sosialisme, dan menolak hegemoni dan dominasi kapital terhadap kehidupan manusia. <br /><br />b) posmarxisme<br /><br />pormaxisme merupakan ideologi kaum intelektual bekas kaum Marxist yang ingin memperbaiki nasib rakyat jelata melalui program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah borjuis.<br /><br />Pormaxisme berlawanan marxisme, yaitu ideologi lahir dari kesadaran kaum buruh untuk mengubah nasibnya dan penindasan, penghisapan kaum kapitalis melalui revolusi sosial.</span><span lang="EN-US"></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">5. </span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Konservatisme</span></strong></b><b><span><br /></span></b><span>Hal atau unsure yang terkandung di dalamnya, antara lain:<br />1. inti pemikiran : memelihara kondisi yang ada, mempertahankan kestabilan, baik berupa kestabilan yang dinamis maupun kestabilan yang statis. Tidak jarang pula bahwa pola pemikiran ini dilandasi oleh kenangan manis mengenai kondisi kini dan masa lampau<br />2. filsafatnya adalah bahwa perubahan tidak selalu berarti kemajuan. Oleh karena itu, sebaiknya perubahan berlangsung tahap demi tahap, tanpa menggoncang struktur social politik dalam negara atau masyarakat yang bersangkutan.<br />3. landasan pemikirannya adalah bahwa pada dasarnya manusia lemah dan terdapat “evil instinct and desires” dalam dirinya. oleh karena itu perlu pola-pola pengendalian melalui peraturan yang ketat<br />4. system pemerintahan (boleh): demokrasi, otoriter</span><span lang="EN-US"></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">6. </span></b><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><b>Komunisme</b><span><b> </b> </span></span></strong><b><span><br /></span></b><span>Gelombang komunisme abad kedua puluh ini, tidak bisa dilepaskan dari kehadiran Partai Bolshevik di Rusia. Gerakan-gerakan komunisme international yang tumbuh sampai sekarang boleh dikatakan merupakan perkembangan dari Partai Bolshevik yang didirikan oleh Lenin<br />1. inti pemikiran: perjuangan kelas dan penghapusan kelas-kelas dimasyarakat, sehingga negara hanya sasaran antara.<br />2. landasan pemikiran : a. penolakan situasi dan kondisi masa lampau, baik secara tegas ataupun tidak, b. analisa yang cendrung negatif terhadap situasi dan kondisi yang ada, c. berisi resep perbaikan untuk masa depan dan, d. rencana-rencana tindakan jangka pendek yang memungkinkan terwujudnya tujuan-tujuan yang berbeda-beda.<br />3. system pemerintahan (hanya): otoriter/totaliter/dictator</span><span lang="EN-US">.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">7. </span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Marxisme</span></strong></b><b><span><br /></span></b><span>Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan antara revolusi Prancis dan revolusi Proletar Rusia tahun 1917. Untuk memahami Marxisme sebagai satu ajaran filsafat dan doktrin revolusioner, serta kaitannya dengan gerakan komunisme di Uni Soviet maupun di bagian dunia lainnya, barangkali perlu mengetahui terlebih dahulu kerangka histories Marxisme itu sendiri.<br />Berbicara masalah Marxisme, memang tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai mengembangkan akar-akar komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari kondisi masyarakat agraris ke arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh diatas dalam mengembangkan pemikirannya. Dimana eropa barat telah menjdai pusat ekonomi dunia, dan adanya kenyataan di mana Inggris Raya berhasil menciptakan model perkembangan ekonomi dan demokrasi politik.</span><span lang="EN-US"></span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span>Tiga hal yang merupakan komponen dasar dari Marxisme adalah :<br />1. filsafat dialectical and historical materialism<br />2. sikap terhadap masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenaga kerja dari David Ricardo (1772) dan Adam Smith (1723-1790)<br />3. menyangkut teori negara dan teori revolusi yang dikembangkan atas dasar konsep perjuangan kelas. Konsep ini dipandang mampu membawa masyarakat ke arah komunitas </span><span lang="EN-US"></span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span>kelas.</span><span lang="EN-US"></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">8. </span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Feminisme</span></strong></b><span><br />1. Inti pemikiran : emansipasi wanita<br />2. Landasan pemikiran: bahwa wanita tidak hanya berkutat pada urusan wanita saja melainkan juga dapat melakukan seprti apa yang dilakukan oleh pria. Wanita dapat melakukan apa saja.<br />3. System pemerintahan: demokrasi</span><span lang="EN-US"></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">9. </span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Fasisme</span></strong></b><b><span><br /></span></b><span>Semboyan fasisme, adalah “Crediere, Obediere, Combattere” (yakinlah, tunduklah, berjuanglah). Berkembang di Italia, antara tahun 1992-1943. setelah Benito Musolini terbunuh tahun 1943, fasisme di Italia berakhir. Demikian pula Nazisme di Jerman. Namun, sebagai suatu bentuk ideology, fasisme tetap ada.</span><span lang="EN-US"></span></span></div><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Fasisme banyak kemiripannya dengan teori pemikiran Machiavelistis dari Niccolo Machiavelli, yang menegaskan bahwa negara dan pemerintah perelu bertindak keras agar “ditakuti” oleh rakyat. fasisme di Italis (=Nazisme di Jerman), sebagai system pemerintahan otoriter dictator memang berhasil menyelamatkan Italia pada masa itu (1922-1943) dari anarkisme dan dari komunism. Walaupun begitu, kenyataannya adalah, bahwa fasisme telah menginjak-nginjak demokrasi dan hak asasi.</span></span><br /> <div style="margin-left: 54pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1.Inti pemikiran : negara diperlukan untuk mengatur masyarakat<br />2. filsafat : rakyat diperintah dengan cara-cara yang membuat mereka takut dan dengan demikian patuh kepada pemerintah. Lalu, pemerintah yang mengatur segalanya mengenai apa yang diperlukan dan apa yang tidak diperlukan oleh rakyat<br />3. landasan pemikiran : suatu bangsa perlu mempunyai pemerintahan yang kuat dan berwibawa sepenuhnya atas berbagai kepentingan rakyat dan dalam hubungannya dengan bangsa-bangsa lain. oleh karena itu, kekuasaan negara perlu dipergang koalisi sipil dengan militer yaitu partai yang berkuasa (fasis di Italia, Nazi di Jerman, Peronista di Argentina) bersama-sama pihak angkatan bersenjata<br />4. system pemerintahan (harus) : otoriter.</span></span></div><div style="margin-left: 54pt;"><br /></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><strong><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">10. Demokrasi</span></strong><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"></span></b></span></div><div style="text-align: left;"><br /></div><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"></span></b></span></div><div style="margin-left: 54pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"></span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Demokrasi artinya hukum untuk rakyat oleh rakyat. kata ini merupakan himpunan dari dua kata : demos yang berarti rakyat, dan kratos berarti kekuasaan. Jadi artinya kekuasaan ditangan rakyat.</span></span></div><div style="margin-left: 54pt; text-align: justify;"><br /></div><div> </div><div style="margin-left: 18pt; text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sebenarnya pemikiran untuk melibatkan rakyat dalam kekuasaan sudah muncul sejak zaman dahulu. Di beberapa kota Yunani didapatkan bukti nyata yang menguatkan hal ini, seperti di Athena dan Sparta. Hal ini pernah diungkapkan Plato, bahwa sumber kepemimpinan ialah kehendak yang bersatu milik rakyat. dalam suatu kesempatan Aristoteles menjelaskan macam-macam pemerintahan, dengan berkata,“ada tiga mcam pemerintahan: kerajaan, aristokrasi, republik, atau rakyat memagang sendiri kendali urusannya.”</span></span></div><div style="margin-left: 18pt; text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"> </div><div style="margin-left: 18pt; text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1. inti pemikiran: kedaulatan ditangan rakyat<br />2. filsafat : menurut Dr. M. Kamil Lailah menetapkan tiga macam justifikasi ilmiah dari prinsip demokrasi, yaitu: a. ditilik dari pangkal tolak dan perimabngan yang benar, bahwa system ini dimaksudkan untuk kepentingan social dan bukan untuk kepentingan individu, b. unjustifikasi berbagai macam teori yang bersebrangan dengan prinsip demokrasi, c. opini umum dan pengaruhnya</span></span></div><div style="margin-left: 18pt; text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />3. landasan pemikiran. Rakyat membuat ketetapan hukum bagi dirinya sendiri lewat dewan perwakilan, yang kemudian dilaksanakan oleh pihak pemerintah atau eksekutif.</span></span></div><div style="margin-left: 18pt; text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />4. system pemerintahan (harus) : domokrasi</span></span></div><div style="margin-left: 18pt; text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><strong><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">11. Neoliberalisme</span></strong><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"></span></b></span></div><div style="text-align: left;"><br /><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"></span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1. Inti pemikiran : mengembalikan kebebasan individu</span></span><br /><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2. filsafat : sebagai perkembangan dari liberalisme</span></span><br /><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3. landasan pemikiran : setiap manusia pada hakikatnya baik dan berbudi pekerti</span></span><br /><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">4. system pemerintahan : demokrasi</span><span lang="EN-US"></span></span></div><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"></span></span></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"></span></span></div><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"></span></span></div><div align="center" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><b>Faham Keagamaan </b><br /><br />Ideologi keagaamaan pada hakikatnya memiliki perspektif dan tujuan yang berbeda dengan ideologi liberalisme dan komunisme. Sebenarnya sangat sulit untuk menentukan tipologi ideologi keagamaan, karena sangat banyak dan beraneka ragamnya wujud, gerak dan tujuan dari ideologi tersebut.<br /><br />Namun secara keseluruhan terdapat suatu ciri bahwa ideologi keagamaan senantiasa mendasarkan pemikiran, cita-cita serta moralnya pada suatu ajaran agama tertentu. Gerakan-gerakan politik yang mendasar pada suatu ideologi keagamaan lazimnya sebagai sauatu reaksi atas ketidakadilan, penindasan, serta pemaksaan terhadap suatu bangsa, etnis, ataupun kelompok yang mendasarkan pada suatu agama.<br /><br /><b>Ideologi Pancasila </b><br /><br />Pancasila sebagai ideologi memiliki karakter utama sebagai ideologi nasional. Ia adalah cara pandang dan metode bagi seluruh bangsa indonesia untuk mencapai cita-citanya, yaitu masyarakat yang adil dan makmur.<br /><br />Pancasila adalah ideologi kebangsaan karena ia digali dan dirumuskan untuk kepentingan membangun negara bangsa Indonesia. Pancasila yang memberi pedoman dan pegangan bagi tercapainya persatuan dan kesatuan dikalangan warga bangsa dan membangun pertalian batin antara warga negara dengan tanah airnya.<br /><br /></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"></span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><br /></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">PENUTUP</span></b></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Golongan berpengaruh dan berkepentingan adalah leader didalam masyarakat tapi memiliki image yang berbeda dimata masyarakat. Jika kita teliti dengan seksama, golongan berpengaruh memiliki massa yang setia dibandingkan dengan golongan berkepentingan dikarnakan kedua kelompok tersebut memiliki misi dan visi terhadap masyarkat. Disisi lain ideologi dari kedua kelompok tersebut menciptakan beragam pandangan masyarakat, sehingga tampa kita sadari masyarakat telah belajar banyak dari mereka.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span></div><i><b><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Sumber Bacaan:</span></span></b></i><br /><br /> <div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>1.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi.</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>2.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>3.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>4.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>5.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>6.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.</span></span></div></div></div>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-70973924726273761242011-09-28T05:27:00.000-07:002012-08-13T00:40:31.710-07:00Pertemuan Ke XI : Trias Politika<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:RelyOnVML/> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true" DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99" LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles></xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]><style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; text-align:center; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} </style><![endif]--> <br /><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">PENDAHULUAN</span></b></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Trias politika adalah mesin yang menjalankan roda pemerintahan, dengan adanya eksekutif, legislative dan yudikatif lajunya pemerintahan bisa terkoordinir dengan baik. Disisi lain ketiga mesin tersebut dipilih langsung oleh rakyat dan bertanggung jawab terhadap rakyat bukan golongan atau lembaga yang mengusung mereka.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">1. Eksekutif</span></b></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span>eksekutif</span></b><span> adalah cabang </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan" title="Pemerintahan"><span>pemerintahan</span></a><span>bertanggung jawab mengimplementasikan, atau <i>menjalankan</i> </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum"><span>hukum</span></a><span>. Figur paling senior secara </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/De_facto"><i><span>de facto</span></i></a><span> dalam sebuah eksekutif merujuk sebagai </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_pemerintahan"><span>kepala pemerintahan</span></a><span>. Eksekutif dapat merujuk kepada <b>administrasi</b>, dalam </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_presidensiil" title="Sistem presidensiil"><span>sistem presidensiil</span></a><span>, atau sebagai <b>pemerintah</b>, dalam </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_parlementer"><span>sistem parlementer</span></a><span>.</span><span lang="EN-US"></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Fungsi – fungsi</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>1.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Distribusi keuangan</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>2.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Fungsi judicial</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>3.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Mengadakan diplomasi dengan luar</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>4.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Kekuasaan atas militer</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>5.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Menjalankan hukum dan pemerintahan</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>6.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Kekuatan legislatif</span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">2. Legislative</span></b></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span>Legislatif</span><span> adalah </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_deliberatif"><span>badan deliberatif</span></a><span> </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah"><span>pemerintah</span></a><span> dengan kuasa membuat </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum"><span>hukum</span></a><span>. Legislatif dikenal dengan beberapa nama, yaitu <i>parlemen</i>, <i>kongres</i>, dan <i>asembli nasional</i>. Dalam </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Parlemen" title="Sistem Parlemen"><span>sistem Parlemen</span></a><span>, legislatif adalah badan tertinggi dan menujuk </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eksekutif"><span>eksekutif</span></a><span>. Dalam </span><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_Presidentil&action=edit&redlink=1" title="Sistem Presidentil (halaman belum tersedia)"><span>sistem Presidentil</span></a><span>, legislatif adalah cabang pemerintahan yang sama, dan bebas, dari eksekutif. Sebagai tambahan atas menetapkan hukum, legislatif biasanya juga memiliki kuasa untuk menaikkan pajak dan menerapkan budget dan pengeluaran uang lainnya. Legislatif juga kadangkala menulis perjanjian dan memutuskan perang.</span><span lang="EN-US"></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Fungsi – fungsi</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>1.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Badan pembuat undang – undang</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>2.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Keuangan</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>3.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Fungsi judicial</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>4.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Fungsi unsur pokok constituent</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>5.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Fungsi pelaksana pemilihan</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>6.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Pengontrol kebijakan luar</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>7.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Pendengar keluhan rakyat</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">3. Yudikatif</span></b></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span>Lembaga <b>kehakiman</b>(atau <b>kejaksaan</b>) terdiri dari </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hakim"><span>hakim</span></a><span>, </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jaksa"><span>jaksa</span></a><span> dan </span><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Magistrat&action=edit&redlink=1" title="Magistrat (halaman belum tersedia)"><span>magistrat</span></a><span> dan sebagainya yang biasanya dilantik oleh </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_negara"><span>kepala negara</span></a><span> masing-masing. Mereka juga biasanya menjalankan tugas di </span><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mahkamah&action=edit&redlink=1" title="Mahkamah (halaman belum tersedia)"><span>mahkamah</span></a><span> dan bekerjasama dengan pihak berkuasa terutamanya </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Polisi"><span>polisi</span></a><span> dalam menegakkan </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-undang"><span>undang-undang</span></a>.<span lang="EN-US"></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Fungsi – fungsi</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>1.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Menetapkan hukum khusus</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>2.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Menterjemahkan hukum</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>3.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Membuat hukum baru</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>4.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Menjelaskan undang – undang</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>5.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Memberi gagasan atau nasehat</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>6.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Memperjuangkan hak rakyat</span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">PENUTUP</span></b></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Trias politika adalah ujung tombak negara bahkan wali bagi masyarakat. Dalam menjalankan amanah dari rakyat ketiga penguasa tersebut harus bisa bekerjasama dalam menjalankan roda pemerintahan kearah yang lebih baik. Negara akan berkembang pesat bahkan rakyatpun sejahtera jika ketiga pemimpin tersebut menerima saran dan kritikan serta menjalankan tanggung jawab dengan ikhlas dan benar.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><b><i><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Sumber Bacaan:</span></span></i></b><br /><br /> <div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>1.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi.</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>2.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>3.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>4.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>5.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>6.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.</span></span></div></div>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-78973399468014495852011-09-28T04:04:00.000-07:002012-08-13T00:40:31.823-07:00Pertemuan Ke X : Partai Politik<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="fullpost"> </span><br /><!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:RelyOnVML/> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true" DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99" LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles></xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]><style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; text-align:center; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} </style><![endif]--> <div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pendahuluan </span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"></span></span></div><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Partai politik adalah salah satu komponen yang penting di dalam dinamika perpolitikan sebuah bangsa. Partai politik dipandang sebagai salah satu cara seseorang atau sekelompok individu untuk meraih kekuasaan,argumen seperti ini sudah biasa kita dengar di berbagai media massa ataupun seminar-seminar yang kita ikuti khususnya yang membahas tentang partai politik.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Definisi Partai Politik </span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"></span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Partai politik, per definisi, merupakan sekumpulan orang yang secara terorganisir mem-bentuk sebuah lembaga yang bertujuan merebut kekuasaan politik secara sah untuk bisa menjalankan program-programnya. Parpol biasanya mempunyai asas, tujuan, ideolog, dan misi tertentu yang diterjemahkan ke dalam program-programnya. Parpol juga mempunyai pengurus dan massa.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Ada pula <b>Roger F Saltou</b> yang mendefinisikan partai politik sebagai kelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisasikan, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan menjalankan kebijakan umum yang mereka buat.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="IT" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Asal Usul partai politik Menurut <b>Ramlan Surbakti</b> dalam bukunya “Memahami Ilmu Politik” berasal dari 3 teori yaitu<a href="" name="_ftnref1"></a> : </span></span><br /><br /> <div style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><span>1.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IT" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">teori kelembagaan yang melihat ada hubungan antara parlemen awal dan timbulnya partai politik. </span></span></div><div style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><br /></div><div style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><span>2.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IT" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">teori situasi historik yang melihat timbulnya partai politik sebagai upaya sistem politik mengatasi krisis yang ditimbulkan dengan perubahan masyarakat yang luas.</span></span></div><div style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><br /></div><div style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><span>3.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IT" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">teori pembangunan yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi sosial ekonomi</span></span></div><div style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><br /></div><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Fungsi-Fungsi Partai Politik</span></b></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Partai politik sebagai sebuah instrumen politik memiliki beberapa macam fungsi partai politik diantaranya.</span></span><br /> <div style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><span>a.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">melakukan sosialisasi politik, pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat </span></span></div><div style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><span>b.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">rekrutmen politik yaitu seleksi dan pemilihan atau pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik.</span></span></div><div style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><span>c.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">partisipasi politik, kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan ikut menentukan pemimpin pemerintahan.</span></span></div><div style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><span>d.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pemandu kepentingan, mengatur lalu lintas kepentingan yang seringkali bertentangan dan memiliki orientasi keuntungan sebanyak-banyaknya.</span></span></div><div style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><span>e.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">komunikasi politik, partai politik melakukan proses penyampaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.</span></span></div><div style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><span>f.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><span></span>pengendalian konflik, partai politik melakukan pengendalian konflik mulai dari perbedaan pendapat sampai pada pertikaian fisik antar individu atau kelompok.</span></span></div><div style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><span>g.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Kontrol politik, partai politik melakukan kegiatan untuk menunjukan kesalahan, kelemahan dan penyimpangan dalam isi kebijakan atau pelaksaan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.</span></span></div><div style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><br /></div><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sistem Partai Politik</span></b></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><b>Maurice Duverger</b> membagi sistem partai politik menjadi tiga sistem utama yaitu :</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">A. Sistem partai Tunggal</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sistem partai ini biasanya berlaku di dalam negara-negara Komunis seperti Cina dan Uni Soviet</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">B. Sistem dua partai</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sistem partai seperti ini dianut sebagian negera yang menggunakan paham liberal pemilihan di negara-negara tersebut mengguanakan sistem distrik. Negara yang menganut sistem dua partai adalah Amerika Serikat dan Inggris.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">C. Sistem Multipartai</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sistem partai seperti ini dianut oleh negara Belanda, Perancis, di dalam ssitem ini menganut partai mayoritas dan minoritas dan diikuti oleh lebih dari dua partai.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">ciri-ciri partai politik adalah :</span></b></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1.<span> </span>Berakar dalam masyarakat lokal</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2.<span> </span>Melakukan kegiatan terus menerus</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3.<span> </span>Berusaha memperoleh dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">4.<span> </span>Ikut serta dalam peilihan umum.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Tujuan Partai Politik</span></b></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Berdasarkan basis sosial dan tujuan partai politik dibagi menjadi empat tipe yaitu[ 7] :<br />1. Partai politik berdasarkan lapisan masyarakat yaitu bawah, menengah dan lapisan atas.<br />2. Partai politik berdasarkan kepentignan tertentu yaitu petani, buruh dan pengusaha.<br />3. Partai politik yang didasarkan pemeluk agama tertentu.<br />4. Partai politik yang didasarkan pada kelompok budaya tertentu.</span></span><br /> <br /> <div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Penutup</span></b></span></div><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Partai politik sebagai salah satu instrumen politik yang memiliki tujuan untuk meraih kekuasaan.Selain memiliki tujuan yang jelas adapula fungsi-fungsi yang harus dijalankan yaitu rekrutmen politik, komunikasi politik, pengendali konflik dan lain-lain. Disamping itu partai politik merupakan representasi dari beberapa kelompok yang ada di dalam masyarakat. Oleh karena itu partai politik perlu kita pelajari.</span></span><br /> <div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IT" style="font-family: "Arial","sans-serif";"> </span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 200%;"></span></span></div><i><b><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Sumber Bacaan:</span></span></b></i><br /> <div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>1.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi.</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>2.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>3.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>4.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>5.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span> 6. Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : PenerbitPTGramediaPustaka </span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span> Utama.</span></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"></span></div></div>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-51777645561638642962011-09-28T03:58:00.000-07:002012-08-13T00:40:31.935-07:00Pertemuan Ke VIII : Undang - Undang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="fullpost"> </span><br /><!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:RelyOnVML/> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true" DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99" LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles></xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]><style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; text-align:center; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} </style><![endif]--> <div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><strong><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">PENDAHULUAN</span></strong></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><strong style="font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Manusia diseluruh dunia memiliki hukum untuk mengikat individu dari segi keyakinan atau agama, dimana dengan adanya pengikat tersebut manusia tidak melampaui batas atau berperilaku seperti binatang. Namun, hukum Tuhan atau alam tidak cukup bagi manusia dalam hidup bernegara karna setiap individu memiliki impian, hasrat dan simpati bercampur dalam kehidupan bersama. Oleh karena itu muncullah satu gagasan dari para scientist atau ilmuwan terdahulu untuk menciptakan satu produk hukum yang sekarang dikenal dengan Undang – Undang.</span></strong><strong><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-weight: normal;"></span></strong></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Definisi undang – undang</span></strong><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> </span></strong><span></span></span></div><span style="font-size: small;"><span></span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span><br />Sebuah Negara yang demokrasi tidak bisa kita bayangkan jika absennya undang- undang. Negara demokrasi tidak diperintah oleh kemauan individual atau kelompok perorangan. Negara demokrasi ini diperintah atau dikuasai sesuai dengan ketetapan hukum dan peraturan. Hukum dan peraturan ini merupakan konstitusi Negara. <br /></span></span></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Beberapa definisi tentang undang – undang yang diungkapkan oleh beberapa pakar :</span></strong><span class="fullpost"> </span></span></span></div><span style="font-size: small;"><span></span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span><br /><span class="fullpost">1. prinsip asas yang menentukan bentuk atau form Negara disebut undang – undang. Didalamnya termasuk cara atau metode Negara untuk teratur, distribusi kekuatan yang berkuasa memiliki keberagaman organ dalam pemerintahan, dimana jangkauan cara penggunaan dan fungsi Negara ditentukan oleh penguasa yang berwenang dalam mengaturnya atau dalam meggunakannya. </span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">( R. G. Gettell )</span></strong><span class="fullpost"> </span><br /><br /><br /><span class="fullpost">2. Dengan adanya undang – undang baik tertulis ataupun tidak didalam Negara, bertujuan pada asas mengatur kepentingan hak dari pada hakim tertinggi dan banyaknya subjek sifat – sifat dasar hak istimewa.</span></span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span><span class="fullpost"> </span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">( Sir James McIntosh ).</span></strong><br /><br /><span class="fullpost">3. Istilah undang – undang menandakan susunan atau aransemen dan distribusi kekuatan penguasa di dalam komunitas atau bentuk pemerintahan. </span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">( George Cornwall Lewis ).</span></strong><br /><br /><span class="fullpost">4. undang – undang didalam Negara merupakan badan peraturan atau hukum, tertulis ataupun tidak, dimana menentukan distribusi kekuatan dari berbagai organ pemerintah dalam organisasi pemerintahan, dan prinsip secara umum penggunaan kekuatan tersebut. </span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">( Gilchrist ). </span></strong><br /><br /></span><span lang="EN-US"></span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span>Analisa dari beberapa definisi di atas menyimpulkan bahwa undang – undang memiliki beberapa karakter ; </div><span class="fullpost"></span><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span><br /><em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1. undang – undang merupakan badan hukum dan peraturan.</span></em><br /><br /><em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2. undang – undang tertulis atau tidak.</span></em><br /><br /><em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3. undang – undang menentukan organisasi pemerintahan Negara.</span></em><br /><br /><em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">4. undang – undang menentukan distribusi kekuasaan dari bermacam organ pemerintahan.</span></em><br /><br /><em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">5. undang – undang menentukan hak dalam memerintah</span></em></span><em><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"></span></em></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">Jenis undang – undang</span></b></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span>Kostitusi telah tersusun menurut golongan secara <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tertulis</span></em> dan <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">tidak tertulis, keras ( rigid ) dan lunak ( Flexible ). </span></em></span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span><em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> </span></em><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1. Undang – undang tertulis.</span></strong><br /><br />Undang – undang tertulis biasanya termaktub dalam satu dokument, namun adakalanya kelompok yang menggabungkan sistem struktur garis besar untuk dokument pemerintahan, banyak perlengkapan kekuatan dan fungsi dari legislative, executive dan organ judicial ditetapkan, juga fungsi dan hubungan pemerintahan terhadap rakyat asas dasar kekuasaan tersebut digunakan. Ada juga beberapa dokument disusun oleh majelis terpilih dengan sengaja bertujuan untuk kemaslahatan, atau mungkin juga bekerja tetap sebagai badan legislative dan bisa juga menyebarluaskan keputusan raja atau diktator. <br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Garner</span></strong><span class="fullpost">mengatakan; konstitusi yang tertulis merupakan suatu kerja seni yang sadar dan hasil dari usaha yang sengaja. ini bertujuan untuk menetapkan badan asas dasar tersebut, agar letak pemerintahan teratur dan terpimpin. </span><br /><br /><span class="fullpost">Ini merupakan sebuah kesucian instrument khusus, perbedaan didalam karakter dari semua hukum, dan dapat diubah dari prosedur yang berbeda pula. Disini terletak pula prinsip pemisahan kekuatan diantara unsur pokok dan para legislatip. Negara yang memiliki undang – undang tertulis, terdapat dua set badan kekuasaan legislatip dan dua badan hukum, pertama adalah konstitusional dan yang tertinggi, sedangkan yang kedua menurut undang- undang dan subordinate.</span><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2. Undang- undang tak tertulis.</span></strong><br /><br /><span class="fullpost">Undang- undang tak tertulis sebagian besar lahir dari adat atau kebiasaan, dan terhimpun sebagian besar dalam pemakaian; prinsip umum, keputusan pengadilan dan lain lain. Ini merupakan produksi sejarah evolusi dan pertumbuhan dari pada yang disengaja, dan undang – undang yang formal. </span><br /><br /><span class="fullpost">Pendapat </span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Strong</span></strong><span class="fullpost"> “ pada umumnya konstitusi tak tertulis merupakan salah satu konstitusi yang tumbuh dari basis adat, lebih baik dari pada yang tertulis. </span><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Garner</span></strong><span class="fullpost">menjelaskan’’ dinamakan sebagai konstitusi tak tertulis karena termasuk sebagian besar yang mengikutinya, tetapi tidak semua resep atau preskripsi menjadi berkurang didalam penulisannya, dan dengan resmi diwujudkan didalam satu document atau document yang terkoleksi. </span><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Jameson</span></strong><span class="fullpost">mendefenisikan bahwa undang – undang tak tertulis sebagian besar lahir dari adat atau kebiasaan, dan keputusan judisial yang terdahulu, dimana kurang lebihnya fana dan merupakan suatu hal yang tidak dapat diraba. namun semanjak bentuknya tertulis undang – undang ini mulai hidup hanya saja tidak resmi dalam penggolongannya.</span></span><span class="fullpost"><span lang="EN-US"></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3. Konstitusi Lunak</span></strong><span> ( <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Flexible</span></em> ).<br /><br />Menurut <strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Garner</span></strong> kebanyakan klasifikasi ilmiah dan penggunaannya adalah undang- undang keras ( Rigid ) dan lunak ( Flexible ). Konstitusi lunak menempatkan sifat dasar hukum dan hukum biasa di dalam satu tingkat, pengertiannya keduanya konstitusi dijadikan dalam satu arah, bahkan keduanya merupakan hasil dari sumber yang sama.<br /><br />Disisi lain <strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Garner</span></strong> menjelaskan bahwa konstitusi flexible tidak memilki wewenang yang sah daripada hukum biasa, dimana memungkinkan perbaikan didalam jalur yang sama layaknya hukum yang lainnya, apakah yang terwujud didalam satu dokument atau sebagian besar dari konvensi, bisa disusun menurut golongan flexible, dapat dipindah- pindahkan atau konstitusi elastic. Konstitusi flexible bisa diubah atau dikoreksi melalui prosedur legislatip Negara. Sebagai contoh: inggris adalah Negara yang menganut atau memiliki konstitusi flexible ini.<br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">4. Konstitusi Keras </span></strong><span class="fullpost">( </span><em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Rigid</span></em><span class="fullpost"> ).</span><br /><br /><span class="fullpost">Konstitusi rigid memiliki wewenang tertinggi yang legal daripada hukum biasa. Kemungkinan konstitusi ini tidak bisa diperbaiki atau dirubah dalam jalur yang sama layaknya hukum – hukum yang lain. </span><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Garner</span></strong><span class="fullpost">menjelaskan: konstitusi rigid adalah mereka yang secara sah berdiri diatasnya dan juga diatas hukum – hukum biasa, dan dimana bisa diperbaiki melalui proses yang berbeda. </span><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Dicey </span></strong><span class="fullpost">mendefenisikan konstitusi rigid merupakan satu hukum dimana pasti diatas, yang biasanya dikenal sebagai konstitusional ( sifat dasar ) atau hukum fundamental yang tidak bisa diubah seenaknya seperti hukum – hukum biasa. </span><br /><br /><span class="fullpost">Nota yang bermamfaat dari konstitusi diatas adalah perbedaan diantara keduanya tidak terlalu menyolok atau jelas, begitu juga dengan halnya perbedaan diantara konstitusi yang tertulis dan tak tertulis.</span><br /><br /><span class="fullpost">Ada yang mengatakan bahwa konstitusi tak tertulis adalah flexible sedangkan rigid merupakan konstitusi yang tertulis. Statement ini sebagian besar ada benarnya. Konstitusi tak tertulis adalah; tidak diragukan, flexible, akan tetapi semua konstitusi tertulis tidak semuanya bersifat rigid. Jadi sungguh jelas bahwa konstitusi tertulis tidak bisa menjadi rigid.</span></span><span class="fullpost"><span lang="EN-US"></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">a. isi Kebaikan konstitusi flexible</span></strong><span><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1. penyesuaian</span></strong><br /><br />Penyesuaian merupakan pokok utama kebaikan konstitusi flexible. Dimana ia dapat diamandemenkan dengan beberapa jalan yang sama bahkan mudah, dan juga fasilitas hukum biasa. Disini memungkinkan pengaturan terhadap konstitusi baru dan merubah kondisi masyarakat. <br /><br />Konstitusi flexible bisa diputar – putar bila menghadapi hal darurat. Seperti yang dikatakan Bryce; konstitusi ini bisa dipotong –potong bila menghadapi emergency, dimana tampa merusak kerangka dasar, dan bila situasi emergency berlalu atau terkendalikan maka konstitusi ini kembali lagi pada semula. Demikianlah konstitusi ini bila memperoleh guncangan dimana tidak melahirkan luka- luka. <br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2. Cermin Aspirasi Rakyat</span></strong><span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Konstitusi flexible tepatnya bisa mencerminkan pemikiran dan aspirasi rakyat daripada konstitusi yang rigid. Perubahan kehidupan bangsa didalam Negara berjalan abadi. Dimana aspirasi dan ide –ide rakyat berubah cepat atau berkembang terus menerus. Dimana konstitusi ini flexible maka memudahkan untuk menampung aspirasi baru, tampa melalui proses yang rumet dalam mengamandemenkannya. Konstitusi ini juga menunjukan sejarah perkembangan bangsa. </span><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Judge Cooley </span></strong><span class="fullpost">mengatakan; dari semua konstitusi yang exist untuk pemerintahan rakyat, dimana yang paling excellent yakni dengan nyata dan jelas, laksana hasil alamiah dari kedewasaan, mungkin juga fakta – fakta masa yang mengungkapkan berlakunya perasaan mengenai pemerintahan.</span><br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3. Tak perlu membuat revolusi</span></strong><span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Bangsa yang memiliki konstitusi flexible menghindarkan terjadinya pergelokan. Saat konstitusi dengan mudah diubah sesuai dengan tuntutan rakyat, karena revolusi atau pergelokan lahir dari ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah. </span><br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">b. Kekurangan konstitusi flexible</span></strong><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1. Tidak stabil</span></strong><br /><br /><span class="fullpost">konstitusi flexible memiliki sifat cacat yang tidak stabil, mungkin saja menguraikan perubahan yang terus menerus akan abadi. Sejak konstitusi bisa diubah kapan saja seperti hukum biasa, secara mutlak sangatlah berbahaya. Dimana lazimnya legislature tidak selalu reflek mewakili mayoritas opini rakyat. Jadi satu badan akan mewakili minoritas yang mungkin memainkan konstitusi yang sesuai menurut diri sendiri.</span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Appadorai</span></strong><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2. Keadilan warganegara tidak terjamin </span></strong><br /><br /><span class="fullpost">Negara yang menganut konstitusi flexible tidak memiliki guarantee atau jaminan terhadap keadilan warganegara. Begitu juga dengan inti prinsip keadilan yang diwujudkan dalam konstitusi, dimana bisa dengan mudah untuk di ubah atau dicabut oleh legislature. </span><br /><br /><span class="fullpost">Sedangkan partai – partai bisa bermain atau membawa malapetaka dari sisi kebebasan rakyat. Sering sekali kita memcontohkan Inggris dimana warganegara enjoy dengan hak keadilan yang luas, dikarenakan fakta bahwa konstitusi Negaranya flexible dan parlement yang berkuasa. Akan tetapi setiap Negara tidak memiliki kestabilan tradisi politik seperti layaknya inggris.</span><br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3. Berbahanya hak kebebasan pengadilan </span></strong><br /><br /><span class="fullpost">Secara universal diakui bahwa kebebasan pengadilan merupakan kondisi yang perlu untuk menuju demokrasi. Dan pengadilan berfungsi secara bebas dalam komposisinya, kekuatan dan prosedur dalam menetapkan keputusan, dan bukan subjek tingkah para legislature. </span><br /><br /><span class="fullpost">Negara yang memiliki konstitusi flexible memungkinkan pengadilan untuk dijadikan mainan para politikus. Apa bila legislature memiliki kekuatan untuk mengubah komposisi dan kekuatan pengadilan yang sesuai keinginannya, maka kebebasan warganegara tidak akan pernah terwujud. </span><br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">4. Tidak cocok untuk Negara federal </span></strong><br /><br /><span class="fullpost">Konstitusi flexible sama sekali tidak sesuai untuk Negara federal. Sistem kekuatan pemerintahan federal bercabang antara pemerintahan federal dan kesatuan gabungan. Sistem ini akan stabil dan berfungsi secara sukses, jika kekuatan divisi ini memelihara akan kepuasan semua partai yang gelisah. </span><br /><br /><span class="fullpost">Ini sangat memungkinkan bila konstitusi tersebut rigid dan tidak bisa dimanipulasikan oleh para politikus untuk melampiaskan nafsu mereka. Jadi Negara federal dengan menganut konstitusi flexible didalam realitanya tidak dapat dibayangkan.</span></span><span class="fullpost"><span lang="EN-US"></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><b><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><span lang="EN-US">a. Kebaikan undang – undang rigid</span></span></span></b></div><div class="MsoListParagraph" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><span lang="EN-US"> </span><b><span lang="EN-US"><span> </span></span></b></span></span></div><div class="MsoListParagraph" style="text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><b><span lang="EN-US"><span>.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span></b><span lang="EN-US"><span><span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"><b>1. </b></span></span></span></span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Stabil</span></strong><span> <br /><br />Mamfaat yang baik dalam konstitusi rigid adalah stabil. Para politikus tidak bisa memanipulasikan konstitusi sesuai dengan kehendak personal atau kepentingan partai. Sesuai dengan prosedur amendment yang sulit, maka amendment ini bisa diubah pada masa yang memungkinkan. <br /><br />Putusan partai tidak bisa mengantikannya layaknya hukum biasa. Amendment konstitusi rigid biasanya mewajibkan operasi gabungan dari berbagai partai politik. Maka oleh karena itu, persetujuan atau konsensus yang secara umum dituntut didalamnya, dan mewakili bentuk asli pendirian opini rakyat. Alasan inilah yang memberi hak kehormatan pada rakyat.<span class="fullpost"> </span><br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2. Terjaminnya keadilan warganegara.</span></strong><span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Negara yang menganut konstitusi rigid, mendapat jaminan keadilan warganegara. Jika pokok keadilan telah terwujud didalam konstitusi, maka tidak ada yang bisa dikurangi atau dicabut menurut selera atau tingkah para kelompok. Konstitusi rigid bertindak sebagai wali keadilan baik individual maupun minoritas. </span><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Justice Jackson </span></strong><span class="fullpost">Amerika serikat mengatakan, tujuan programa keadilan yakni untuk menarik beberapa subjek dari pergantian kontraversi politik, untuk menempatkan mereka melebihi jangkauan minoritas, official dan mendirikan prinsip yang legal untuk diterapkan oleh pengadilan.</span><br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3. Terjaminnya Kebebasan Pengadilan.</span></strong><span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Kebaikan yang baik dari konstitusi rigid adalah menyediakan jaminan kebebasan kepada pengadilan. Bila komposisi, kekuatan dan prosedur pengadilan telah diterapkan dalam konstitusi, maka mereka tidak mudah dirubah dengan ambisi para politikus dan pengadilan bisa diharapkan berfungsi secara bebas dan adil.</span><br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">b. Kekurangan Konstitusi rigid</span></strong><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1. kurang Elastisitas.</span></strong><span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Konstitusi rigid tidak mudah dalam menyesuaikan diri. Konstitusi rigid tidak bisa berdampingan dengan perubahan yang sangat cepat, baik dari segi ekonomi, politik dan kondisi sosial. Bisa saja konstitusi akan hancur dengan berubahnya kondisi atau masa emergency. Bahaya yang dialami oleh Negara federal lebih baik daripada Negara dalam kesatuan gabungan, dimana diteliti dari sebab pandangan komplikasi kekuatan. Konstitusi rigid bisa juga menghalangi perkembangan Negara.</span><br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2. kemungkinan Besar Menyebabkan pergolakan. </span></strong><br /><br /><span class="fullpost">Konstitusi ini membuka peluang besar terjadinya pergolakan politik. Jika konstitusi terlalu rigid dan dalam perubahannya membutuhkan seksi luas dari rakyat, maka memungkinkan rakyat jengkel hingga menuntut metode extra konstitusional. Disini pula akan lahir element ekstrim yang mana maju dengan langkah revolusi. </span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Lord Macaulay </span></strong><span class="fullpost">menyatakan bahwa sebab yang penting dari revolusi merupakan fakta yang menggerakkan massa maju, sedangkan konstitusi mengalami perhentian.</span><br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3. Tidak semestinya untuk pengadilan. </span></strong><br /><br /><span class="fullpost">Cacat lainnya dari konstitusi ini terletak dibawah pengadilan, dimana memiliki kekuatan besar untuk menetapkan perihal berlakunya hukum konstitusi. Konstitusi ini mencerminkan kerangka ruh masa lampau. Pengadilan juga terkesan kolot atau konservatif. Disini melahirkan percobaan dalam menafsirkan konstitusi yang dilahirkan dari ruh semula. </span><br /><br /><span class="fullpost">Pengadilan tidak mengambil pertimbangan terhadap ruh baru, aspirasi dan ide – ide yang baru atau lebih segar yang lahir dari rakyat. Sedikit banyaknya ini memberikan kekuatan tertinggi untuk pengadilan yang ditempati oleh legislature, dimana secara realita menunjukkan sentiment dan ide- ide rakyat.</span></span><span class="fullpost"><span lang="EN-US"></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Perlunya konstitusi yang baik</span></span></b></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span>Konstitusi didalam Negara ialah untuk mewujudkan ide – ide socio-politik dan gabungan populasi baik dan terkemuka. Pengertian lainnya, ini merupakan keputusan kelompok di Negara dimana ditentukan oleh ide- ide rakyat dengan melalui konstitusi. <br />Maka, oleh karena itu disini tidak memungkinkan untuk meletakkan sesuatu kriteria konstitusi secara universal. <br /><br />Contohnya: konstitusi Negara komunist melambangkan filsafat socio-politik, dimana lawan yang tepat terletak pada Negara kapitalist. Dahulunya pandangan fungsi Negara terkesan totaliter, sedangkan selanjutnya diwujudkan dengan liberalisme atau kesejahteraan Negara yang baik. Dahulunya keadilan ekonomi sangat ditekankan, dimana setelah itu kebebasan politik mulai diperhitungkan.<br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">A. kriteria konstitusi yang baik</span></strong><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1. Mesti Tertulis.</span></strong><span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Konstitusi mesti tertulis dimana akan lebih disukai tercatat dalam satu document. Disini akan tampak jelas struktur garis besar dari sistem pemerintahan, merapikan fungsi dan kekuatan legislative, executive, dan alat tubuh pengadilan, bahkan menentukan fungsi sikap penggunaan pemerintahaan. Meskipun inggris telah memerintah Negara mereka hingga beberapa abad tampa konstitusi yang tertulis, namun pengakuan secara universal bahwa konstitusi yang tertulis sesuai untuk menuju demokrasi. </span><br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2. Harus Nyata. </span></strong><br /><br /><span class="fullpost">Konstitusi harus nyata dan tepat. Ia juga harus bebas dari kedwiartian dan bahasa yang tidak jelas, jadi setiap kata dan susunan kalimat mesti jelas artinya. Ada masa dimana Konstitusi akan ditafsiran oleh pengadilan. Jika bahasa didalamnya terkesan samar – samar, maka akan melahirkan konflik didalam penafsirannya.</span><br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3. Wajib luas.</span></strong><span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Satu kontitusi yang baik adalah luas. Konstitusi secara jelas menentukan fungsi dan kekuatan dari bermacam alat tubuh pemerintahan, dan meletakkan sikap pendirian pemerintahan. Konstitusi yang ringkas kemungkinan besar bisa menjadi permainan tangan pengadilan. Kita ketahui bersama bahwa Amerika serikat memiliki konstitusi ini, namun kita sangat tau bahwa konstitusi Amerika adalah keputusan hakim.</span><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">4. Harus Rigid.</span></strong><span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Konstitusi harus memiliki kekuasaan legal yang tinggi daripada hukum biasa. Ini tidak bisa diamendment dengan seenaknya layaknya hukum biasa. Konstitusi flexible kita ketahui bahwa ia tidak stabil. Kemungkinan besar konstitusi ini akan menjadi permainan para politikus. Dibawah konstitusi flexible keadilan rakyat tidak terjamin. Bisa saja keputusan partai bermain dibalik hak kebebasan rakyat. Akan tetapi konstitusi juga jangan terlalu rigid. Konstitusi rigid kemngkinan besar akan menghalangi perkembangan dan menimbulkan pergelokan bangsa. </span><br /><br /><span class="fullpost">Untuk menghindari hal diatas: </span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">H. J. Laski</span></strong><span class="fullpost"> mengusulkan beberapa metode untuk amendment konstitusi: didalam Negara persatuan untuk mengamendementkan konstitusi diperlukan 2 atau 3 persen minoritas, untuk mewakili proses perubahan ini, sedangkan Negara federal, memberikan konstitusi untuk diubah kepada hukum konstitusional yang akan diusulkan ke legislature dengan cara sidang berturut – turut, dimana menghadirkan 2 atau 3 persen mayoritas didalamnya.</span><br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">5. Mesti mengandung programa keadilan.</span></strong><span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Tujuan akhir Negara pada dasarnya adalah untuk mensejahterakan rakyat, sedangkan kesejahteraan itu terletak sejauh mana rakyat merasakannya. Semua pemikir modern setuju dengan perihal diatas, dimana ada beberapa dasar keadilan individual yang harus terjamin oleh konstitusi. </span><br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">6. Harus menjamin kebebasan pengadilan. </span></strong><br /><br /><span class="fullpost">Kebebasan pengadilan sangat diperlukan untuk mensuksekan jalannya demokrasi. Tiada ujian mutu yang baik sekali dari pemerintahan daripada ketepatgunaan sistem pengadilan. Peraturan pengadilan menjadi sangat diperlukan, dimana terletak sifat – sifat dasar jelas dan nyata, begitu juga para hakim mesti adil, dari inilah diperlukan kebebasan pengadilan dan jaminannya harus tertulis didalam konstitusi.</span><br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">7. Mesti sesuai dengan aspirasi dan keinginan rakyat.</span></strong><span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Konstitusi ini mencerminkan nilai budaya dan kecerdasan bangsa. Disini merupakan prinsip dasar ringkasan universal, yang mana jika keserasian dan ide – ide rakyat tidak dibutuhkan, maka mustahil untuk diwujudkan.</span></span><span class="fullpost"><span lang="EN-US"></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Aliran – aliran hukum</span></span></b></div><div> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br /></div><b><i><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Berbagai aliran hukum;</span></span></i></b><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1). <b>Aliran Legisme</b> adalah aliran yang berpendapat bahwa satu-satunya hukum adalah undang-undang atau bahwa diluar undang-undang tidak ada hukum. Aliran tersebut timbul setelah adanya kodifikasi hukum di negara Perancis yang menggangap <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Code Civil Perancis</span></em> sudah sempurna, lengkap serta dapat menampung seluruh masalah hukum maka timbulah aliran Legisme (<em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">wettelijk positivisme</span></em>).</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2. <b>Aliran </b><em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><b>Freie Rechtslehre</b> </span></em>adalah aliran bebas yang hukumnya tidak dapat dibuat oleh badan legislatif, menyatakan bahwa hukum terdapat di luar undang-undang.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3.<em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><b>Aliran Rechtsvinding</b></span></em> (penemuan hukum) merupakan akuran yang timbul dalam perkembangan pandangan hukum lebih lanjut. Terhadap pandangan-pandangan dari aliran <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Legisme</span></em>dan <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Freie Rechtslehre</span></em> timbul perubahan karena berikut ini:</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">a. Hukum harus berdasarkan asas keadilan masyarakat yang terus berkembang.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">b. Ternyata pembuat undang-undang tidak dapat mengikuti kecepatan gerak masyarakat atau proses perkembangan sosial sehingga penyusunan undang-undang selalu ketinggalan.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">c. Undang-undang tidak dapat menyelesaikan tiap maslah yang timbul Undang-undang tidak dapat terinci (mendetail) melainkan hanya memberikan <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">algemeene richtlijnen</span></em> (pedoman umum) saja.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">d. Undang-undang tidak dapat sempurna, kadang-kadang digunakan isitilah-istilah yang kabur dan hakim harus memberikan makna yang lebih jauh dengan cara memberi penafsiran.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">e. Undang-undang tidak dapat lengkap dan tidak dapat mencakup segala-galanya. Di sana sini selalu ada <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">leemten </span></em>(kekosongan dalam undang-undang), maka hakim harus menyusunnya dengan jalan mengadakan rekosntuksi hukum, <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">rechtsverfijning </span></em>atau<em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">argumentum a contracio.</span></em></span></span><br /><br /> <b><i><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Perbedaan prinsipil antara ketiga aliran tersebut ialah sebagai berikut:</span></span></i></b><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1. Dari segi pandangan.</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Menurut aliran legisme hukum adalah undang-undang, diluar undang-undang tidak ada hukum, Menurut aliran Rechsvinding hukum terdapat di dalam dan diluar undng-undang.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2. Dari segi yurisprudensi.</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Menurut aliran legisme, yurisprudensi adalah sekunder. Menurut aliran Freie Rechtslehre, Yurisprudensi dapat dikatan primer dan juga sekunder.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3. Dari segi tujuannya.</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Aliran-aliran Legisme bertujuan untuk mendapatkan kesatuan dan kepastian hukum.</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Menurut aliran Freie Rechtslehre bertujuan memberikan peradilan sebaik-baiknya dengan cara memberi kebebasan pada hakim tanpa melihat pad undang-undang tetapi menghayati tata kehidupan sehari-hari. </span></span>menurut rechtsvinding mempunyai tujuan agar setiap saat hakim dapat menemukan hukumnya dalam mengadili suatu perkara.<br /><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"></span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">4. Dari segi pembentukan hukum.</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Menurut aliran Legisme, hukum terbentuk karena undang-undang.</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Menurut aliran Freie Rechtslehre, hukum terbentuk karena peradilan (rechtspraak).</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Menurut aliran rechtsvinding, hukum karena:</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">a. <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Wetgeving </span></em>(pembentuk undang-undang).</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">b. <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Adminitratie</span></em>(tata usaha).</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">c. <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Rechtspraak </span></em>atau peradilan.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Di dalam Rechsvinding, hakim terikat pada undang-undang tetapi bebas untuk menerapkan (<em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">gebonden vrijheid</span></em>) sedangkan dalam aliran <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Rechslehre </span></em>hakim bebas tak terikat pada undang-undang.</span></span><br /> <div class="modifydate"><br /></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Etika dan keadilan </span></b></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><br /></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">1. </span><i><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Perbedaan Etika, Keadilan dan kebajikan :</span></i></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />a. Etika berasal dari bahasa yunani (ethos) yang berarti kebiasaan/watak. Yaitu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta pembenarannya.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />b. Keadilan merupakan suatu nilai yang luhur merupakan nilai perserikatan dan sekaligus juga nilai perwatakan.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />c. Kebajikan merupakan pengetahuan dan kebiasaan atau merupakan semacam kearifan atau suatu bentuk kebijaksanaan.<br /><br />2. <i>Hubungan etika dengan keadilan dan kebajikan :</i></span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />- Etika sebagai salah satu cabang dari penelaahan filsafat dan khusus mempelajari asas-asas baik dan buruk dalam perilaku manusia maupun asas-asas benar dan salah dalam perbuatan manusia menyangkut moralitas manusia, maka keadilan menjadi salah satu unsur yang pokok dalam bidang etika dan kebajikan menjadi isi substantif dan ruang lingkup dari etika.<br />- Ide keadilan dengan segenap seginya termasuk dalam bidang kebajikan, karena itu termasuk pula dalam bidang etika.<br /><br />3. <i>Perbedaan antara orang yang adil dan bertindak adil :</i><br />Orang adil yaitu orang yang mempunyai keinginan atau pikiran untuk berbuat adil atau memiliki dorongan batin yang kuat untuk berbuat adil. Sedangkan tindakan adil yaitu perwujudan dari keinginan atau dorongan batin untuk berbuat adil dengan dibuktikan melalui tindakan atau solusinya.<br />Misalnya : Seorang pemimpin organisasi termasuk orang yang adil karena sudah dipercaya oleh bawahannya untuk memimpin dan berkeinginan untuk melayani dan memuaskan bawahannya. Ia bertindak adil dengan menilai bawahannya berdasarkan rajin dan malas. <br /><br />4. <i>Salah satu prinsip good governance adalah akuntabel. </i></span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Akuntabel dalam hal ini adalah Tata pemerintahan yang bertanggung jawab atau bertanggung gugat. Hubungan Akuntabel dengan etika administrasi negara : Instansi pemerintah dan para aparaturnya harus dapat mempertanggungjawabkan pelaksanaan kewenangan yang diberikan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Demikian halnya dengan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukannya. <br /><br />5. <i>Ciri-ciri dari orang yang adil :</i><br />a. Memberikan perlakuan, pelayanan dan pengabdian yang sama tanpa membeda-bedakan atau pilih kasih kepada semua pihak. Contohnya : Dalam memberikan pelayanan publik hendaknya kita tidak membedakan status sosial orang yang kita layani. Setiap orang kita berikan pelayanan yang baik tanpa pilih kasih.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />b. Memberikan perbedaan perlakuan asalkan berdasarkan pertimbangan yang adil atau alasan yang benar. Contohnya : Tamu kehormatan perlu diperlakukan atau dilayani dengan sangat baik atau lain dari biasanya karena hal ini menyangkut nama baik suatu organisasi.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />c. Seseorang yang menjalankan fungsinya masing-masing yang paling cocok tanpa mencampuri pekerjaan pihak lain (plato). Contohnya : mengerjakan pekerjaan dengan benar tanpa mencampuri pekerjaan orang lain.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />d. Seseorang yang memiliki keutuhan watak yang hidup sesuai asas-asas yang ajeg dan tidak bisa diselewengkan dari asas-asas itu oleh pertimbangan keuntungan, keinginan atau perasaan hati (stanley). Contohnya : orang yang mempunyai intensitas dan mempunyai prinsip-prinsip hidup konsisten yang tidak dikuasai oleh pertimbangan keuntungan hasrat pribadi, atau perasaan hati.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />e. Seseorang yang tidak mau berbuat salah (walaupun ia boleh melakukannya), secara keras menolak mengambil barang yang berharga (walaupun tidak ada resikonya ketahuan), tidak bersifat munafik agar kelihatan adil, melainkan secara tulus dan tulen ingin mempunyai watak yang adil.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />f. Orang yang dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya. Contohnya : memberikan uang jajan yang berbeda kepada anak SD dan anak SMA.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />g. Orang yang mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Contohnya : dalam musyawarah keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak untuk kepentingan orang banyak.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />h. Orang yang membenarkan yang benar dan menghukum yang salah. Contohnya : hakim yang adil menjatuhkan vonis tidak bersalah bila orang tersebut benar-benar tidak bersalah dan menghukum bila benar-benar terbukti bersalah.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />i. Orang yang melakukan tindakan konkret yang memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya. Contohnya : Melayani setiap orang dengan tulus.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />j. Orang yang memberikan perlakuan yang layak terhadap orang lain dalam pembagian dan pertukaran barang dan jasa. Contohnya : memberikan upah yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />k. Orang yang memperbaiki kesalahan dengan jalan memberikan hukuman kepada pihak yang melakukan kesalahan itu.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />l. Orang yang memperbaiki kesalahan dengan jalan memberi ganti rugi kepada pihak korban dari kesalahan itu.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />m. Orang yang melakukan tindakan yang tidak memihak.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />n. Orang yang melakukan tindakan yang sah menurut hukum.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />o. Orang yang melakukan tindakan yang pantas.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />p. Orang yang melakukan tindakan untuk kebaikan bersama dan kesejahteraan masyarakat.</span></span></div><div align="center" class="modifydate" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />q. Orang yang menghargai berbagai kebebasan dasar dari setiap orang.</span><span lang="EN-US"> <br /><br /><br /></span><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sumber – sumb<a href="" name="2173024377066162749"></a>er hukum</span></b></span></div><div style="color: black;"><span style="font-size: small;"><a href="http://belajarhukumindonesia.blogspot.com/2010/02/sumber-sumber-hukum.html"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">sumber - sumber hukum</span></a><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan terbentuknya peraturan-peraturan. Peraturan tersebut biasanya </span><span lang="EN-US"><a href="http://belajarhukumindonesia.blogspot.com/2010/02/sifat-sifat-hukum.html"><i><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">bersifat memaksa</span></i></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. <b>Sumber-sumber Hukum</b> ada 2 jenis yaitu:</span></span></div><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />1. Sumber-sumber hukum materiil, yakni sumber-sumber hukum yang ditinjau dari berbagai perspektif.</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />2. Sumber-sumber hukum formiil, yakni UU, kebiasaan, jurisprudentie, traktat dan doktrin</span><span lang="EN-US"><br /><br /></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"></span></span><br /> <br /> <div align="center" style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">PENUTUP</span></b></span></div><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Undang – undang bukanlah pengikat manusia dalam bernegara saja tapi juga kelompok, suku bahkan rumah tangga. Hukum adalah konsep penyetaraan segala aspek kemanusiaan, antara miskin dan kaya, hitam dan putih, barat dan eropa, Indonesia dan china semunya sama dimata hukum walaupun perbedaan dikeyakinan namun disamakan mata hukum Negara. Sedangkan dari sisi etika dan keadilan merupakan suatu prilaku yang pada dasarnya tidak jauh dari pada ajaran lingkungan, pendidikan, keluarga dan yang paling utama adalah agama. Jika didikan agama di ikuti maka akan mulia pula etikanya sehingga melahirkan keadilan yang tidak memandang bulu. </span></span><br /><br /> <i><b><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Sumber Bacaan:</span></span></b></i><br /><br /> <div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>1.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi.</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>2.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>3.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>4.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>5.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>6.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.</span></span></div></div>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-38189376414058266922011-09-28T03:34:00.000-07:002012-08-13T00:40:32.050-07:00Pertemuan Ke VII : Bentuk - Bentuk pemerintahan II<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="fullpost"> </span><br /><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:RelyOnVML/> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true" DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99" LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles></xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]><style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; text-align:center; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} </style><![endif]--> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">PENDAHULUAN</span></b></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Pada pertemuan ini pembahasan lanjutan dari bab sebelumnya mengenai bentuk pemerintahan yang modern dan menjadi kerangka hamper diseluruh dunia dewasa ini. Harapan dengan adanya pengetahuan terhadap bentuk – bentuk pemerintahan kita bisa menbedakan sisi baik dan buruknya.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><b>1. </b></span><b><span lang="EN-US">Bentuk pemerintahan Parlemen</span></b></span> </div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span>Pemerintahan perlementer juga dikenal dengan gelar pemerintahan kabinet. Dibeberapa negara istilah “pemerintahan bertanggung jawab” juga dipakai sebagai istilah parlementer. J.W.Garner mendefenisikan pemerintahan ini sebagai berikut:<br /><br />Pemerintahan kabinet adalah satu system dimana executive – kabinet atau menteri dengan langsung dan secara sah bertanggung jawab kepada legislatur atau dewan atas segala kebijakan politik dan aksinya, dan menengahi juga tanggung jawabnya kepada electorate, sedangkan executivenominal: raja / ratu / president hanya ( sebagai sebutan saja ) –sebagai kepala atau lambang negara yang menduduki posisi yang tidak memiliki tanggung jawab secara bahasa</span><span lang="EN-US">.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sistem parlementer</span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> adalah sebuah sistem pemerintahan di mana </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Parlemen"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">parlemen</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perdana_menteri"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">perdana menteri</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mosi_tidak_percaya"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">mosi tidak percaya</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. </span></span><br /><br /><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Berbeda dengan </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_presidensiil" title="Sistem presidensiil"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">sistem presidensiil</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">, di mana sistem parlemen dapat memiliki seorang </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Presiden"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">presiden</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> dan seorang perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensiil, presiden berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi simbol </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_negara"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">kepala negara</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> saja.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sistem parlementer dibedakan oleh </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eksekutif" title="Eksekutif"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">cabang eksekutif pemerintah</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> tergantung dari dukungan secara langsung atau tidak langsung </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Legislatif" title="Legislatif"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">cabang legislatif</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">, atau </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Parlemen"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">parlemen</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">, sering dikemukakan melalui sebuah </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Veto_keyakinan&action=edit&redlink=1" title="Veto keyakinan (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">veto keyakinan</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">. Oleh karena itu, tidak ada </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pemisahan_kekuasaan"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">pemisahan kekuasaan</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> yang jelas antara cabang eksekutif dan cabang legislatif, menuju kritikan dari beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan keseimbangan yang ditemukan dalam sebuah </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Republik"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">republik</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">kepresidenan.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_presidensiil" title="Sistem presidensiil"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">sistem presidensiil</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">, karena kefleksibilitasannya dan tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah dia sering mengarah ke pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Weimar"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">Republik Weimar</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Jerman dan </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Republik_Keempat&action=edit&redlink=1" title="Republik Keempat (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">Republik Keempat</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Perancis. </span></span><br /><br /><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_pemerintahan"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">kepala pemerintahan</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> dan </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_negara"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">kepala negara</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">, dengan kepala pemerintahan adalah </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perdana_menteri"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">perdana menteri</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">, dan kepala negara ditunjuk sebagai dengan kekuasaan sedikit atau seremonial. Namun beberapa sistem parlemen juga memiliki seorang </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Presiden"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif";">presiden</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">terpilih dengan banyak kuasa sebagai kepala negara, memberikan keseimbangan dalam sistem ini.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Ciri-ciri pemerintahan parlemen yaitu;</span></span><br /><br /> <ul><li><span style="font-size: small;"><span></span><span> Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_pemerintahan"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">kepala pemerintahan</span></a><span> sedangkan </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_negara"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">kepala negara</span></a><span> dikepalai oleh presiden/raja.</span></span></li><li><span style="font-size: small;"><span></span></span>Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi berdasarkan undang-undang.<span> </span></li><li><span>Perdana menteri memiliki </span><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hak_prerogratif&action=edit&redlink=1" title="Hak prerogratif (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">hak prerogratif</span></a><span> (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Menteri"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">menteri</span></a><span>-menteri yang memimpin </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Departemen"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">departemen</span></a> dan non-departemen.</li><li>Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.</li><li>Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.<span style="font-size: small;"><span> </span></span></li><li><span style="font-size: small;"><span>Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.</span></span></li></ul><div align="left" class="MsoListParagraph" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"> </div><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><b>2. </b></span><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Bentuk pemerintahan Presidensial</span></b></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sistem presidensial</span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> (presidensial), atau disebut juga dengan <b>sistem kongresional</b>, merupakan </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pemerintahan"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">sistem pemerintahan</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">negara </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Republik"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">republik</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> di mana kekuasan </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eksekutif"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">eksekutif</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">dipilih melalui </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilu" title="Pemilu"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">pemilu</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> dan terpisah dengan kekuasan </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Legislatif"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">legislatif</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">.</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Menurut </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rod_Hague&action=edit&redlink=1" title="Rod Hague (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">Rod Hague</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">, pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur yaitu:</span></span><br /> <ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Presiden"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Presiden</span></a><span> yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait.</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa saling menjatuhkan.</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislatif.</span></span></li></ul><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Dalam sistem presidensiil, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya.</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Model ini dianut oleh </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikat"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">Amerika Serikat</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">, </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filipina"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">Filipina</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">, </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">Indonesia</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> dan sebagian besar negara-negara </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Latin"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">Amerika Latin</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> dan </span><span lang="EN-US"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Tengah"><span style="color: windowtext; font-family: "Calibri","sans-serif"; text-decoration: none;">Amerika Tengah</span></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu:</span></span><br /> <ul><li><span style="font-size: small;"><span><span><span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"></span></span></span><span>Dikepalai oleh seorang presiden sebagai </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_pemerintahan"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">kepala pemerintahan</span></a><span> sekaligus </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_negara"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">kepala negara</span></a><span>.</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">demokrasi</span></a><span> rakyat dan dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>Presiden memiliki </span><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hak_prerogratif&action=edit&redlink=1" title="Hak prerogratif (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">hak prerogratif</span></a><span> (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Menteri"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">menteri</span></a><span>-menteri yang memimpin </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Departemen"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">departemen</span></a><span> dan non-departemen.</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif bukan kepada kekuasaan legislatif.</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.</span></span></li></ul><div align="left" class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: left;"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><b><span>Sistem semipresidensial</span></b><span> adalah </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pemerintahan"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">sistem pemerintahan</span></a><span> yang menggabungkan kedua sistem pemerintahan: </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_presidensial" title="Sistem presidensial"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">presidensial</span></a><span> dan </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_parlementer" title="Sistem parlementer"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">parlementer</span></a><span>. Terkadang, sistem ini juga disebut dengan Dualisme Eksekutif. Dalam sistem ini, </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Presiden"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">presiden</span></a><span> dipilih oleh </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rakyat"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">rakyat</span></a><span> sehingga memiliki kekuasaan yang kuat. Presiden melaksanakan kekuasaan bersama-sama dengan </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perdana_menteri"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">perdana menteri</span></a><span>. Sistem ini digunakan oleh </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Kelima_Perancis"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Republik Kelima Perancis</span></a><span>.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Ciri-ciri pemerintahan semipresidensial yaitu:</span></span><br /> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>dari </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_presidensial" title="Sistem presidensial"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">presidensial</span></a><span></span></span></li></ol><div align="left" class="MsoListParagraph" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>a.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>a. Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">demokrasi</span></a><span> rakyat dan dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.</span></span></div><ol start="2" type="a"><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>Presiden memiliki </span><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hak_prerogratif&action=edit&redlink=1" title="Hak prerogratif (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">hak prerogratif</span></a><span> (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Menteri"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">menteri</span></a><span>-menteri yang memimpin </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Departemen"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">departemen</span></a><span> dan non-departemen.</span></span></li></ol><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>dari </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_parlementer" title="Sistem parlementer"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">parlementer</span></a><span></span></span></li></ol><div align="left" class="MsoListParagraph" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>a.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_pemerintahan"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">kepala pemerintahan</span></a><span> sedangkan </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_negara"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">kepala negara</span></a><span> dikepalai oleh presiden.</span></span></div><ol start="2" type="a"><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.</span></span></li></ol><div class="MsoNormal"><br /></div><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3. Bentuk pemerintahan Kesatuan</span></b></span><br /> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan untuk mengatur seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat memegang kedaulatan sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan antara pemerintah pusat dengan rakyat dan daerahnya dapat dijalankan secara langsung. Dalam negara kesatuan hanya ada satu konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri (kabinet), dan satu parlemen. Demikian pula dengan pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang memegang wewenang tertinggi dalam segala aspek pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah supremasi parlemen pusat dan tiadanya badan-badan lain yang berdaulat.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam sistem, yaitu:</span></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Sentralisasi, dan</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Desentralisasi</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";">.</span></span></li></ol><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Keuntungan sistem sentralisasi</span><span lang="EN-US" style="color: navy; font-family: "Times New Roman","serif";">:</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";"></span></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">adanya keseragaman (uniformitas) peraturan di seluruh wilayah negara;</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">adanya kesederhanaan hukum, karena hanya ada satu lembaga yang berwenang membuatnya;</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah negara.</span></span></li></ol><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Kerugian sistem sentralisasi:</span></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga sering menghambat kelancaran jalannya pemerintahan;</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">peraturan/ kebijakan dari pusat sering tidak sesuai dengan keadaan/ kebutuhan daerah;</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">daerah-daerah lebih bersifat pasif, menunggu perintah dari pusat sehingga melemahkan sendi-sendi pemerintahan demokratis karena kurangnya inisiatif dari rakyat;</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">rakyat di daerah kurang mendapatkan kesempatan untuk memikirkan dan bertanggung jawab tentang daerahnya;</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">keputusan-keputusan pemerintah pusat sering terlambat.</span></span></li></ol><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Keuntungan sistem desentralisasi:</span></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah itu sendiri;</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah itu sendiri;</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan dapat berjalan lancar;</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan meningkat;</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";">.</span></span></li></ol><div align="center" style="text-align: center;"><br /></div><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Calibri","sans-serif";">4. Bentuk pemerintahan Federal</span></b></span><br /><br /> <div align="center" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pemerintahan federal menunjukkan lawan yang tepat atas pemerintahan serikat. Letak keistimewaan karakteristik terdiri dari fakta kekuatan dari segi perundang- undangan, pemerintahan dan administrasi didalam Negara. Sebagai pengganti konsentrasi pemerintahan pusat, maka pemerintahan pusat membagi dan mendistribusikan kekuasaan diantara pemerintahan pusat kepada kesatuan komponent untuk melaksanakan kekuasaan tersebut.<br /><br /><br /><span class="fullpost">Berikut definisi tentang pemerintahan federal:</span><br /><br /><span class="fullpost">1. Sifat dasar keistimewaan Negara federal modern yakni satu atau dua Negara yang merdeka hingga sekarang, setuju untuk membentuk Negara baru. ( <b>Gilchrist</b> )</span><br /><br /><span class="fullpost">2. Negara federal merupakan satu kekuasaan dimana bersifat mewakili keseluruhan, dalam menjalani seluruh kepentingan hubungan, baik luar maupun didalam negeri dimana menjadi minat masyarakat, dan juga memberikan wewenang terhadap setiap provinsi atau Negara bagian dengan kekuatan perundang- undangan dan administrasi disetiap daerah yang dibagikan sesuai dengan undang- undang. ( <b>A. Appadorai</b> )</span><br /><br /><br /><span class="fullpost">3. Pemerintahan federal mungkin dapat didefinisikan sebagai system pusat dan pemerintahan lokal yang bergabung dibawah kedaulatan bersama, keduanya merupakan pemerintahan tertinggi didalam lingkungan yang telah ditentukan, keduanya diputuskan oleh konstitusi secara umum atau aksi dari parlemen dimana melahirkan system tersebut. ( <b>Garner</b> ).</span></span></span></div><div align="center" style="text-align: center;"><br /></div><div align="center" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sisi baik pemerintahan federal;</span></span></span></b></div><div align="center" style="text-align: center;"><br /></div><div align="center" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><i>1. Kesatuan gabungan nasional dan otonomi local.<br /></i><br />System yang baik dari pemerintahan federal adalah gabungan kesatuan nasional dan otonomi lokal dan hak membentuk pemerintahan lokal. Hal ini memberikan solusi kepada jumlah Negara kecil yang bersatu dalam satu wadah kekuasaan dan disitulah mereka memperoleh keuntungan bersama, dimana mengikuti aliran kesatuan tampa mematikan kehidupan dan pengorbanan mereka dalam menata pemerintahan dengan pertimbangan setiap daerah atau wilayah masing – masing.<br /><br /><i>2. Memberikan jaminan dari penyerangan.<br /></i><br /><span class="fullpost">Kita mengetahui begitu sulitnya bagi negara kecil untuk memelihara kemerdekaannya, akan tetapi ini menjadi suatu hal yang tidak mungkin dijaman ini. Negara kecil mengetahui dirinya dalam posisi sulit, dan harus selalu siaga untuk mencari perlindungan dari satu atau dua Negara yang memiliki kekuasaan besar agar bisa memelihara kehidupan mereka. Bagaimanapun, Negara kecil akan terlindungi atau terjamin kemerdekaannya dengan bergabung dalam federasi.</span><br /><br /><i><span class="fullpost">3. Menguntungkan secara ekonomi.</span></i><br /><br /><span class="fullpost">System pemerintahan federal memiliki keuntungan ekonomi yang sangat besar. Negara-negara kecil tidak memiliki sumber penghasilan yang memadai. Oleh karenanya mereka menemukan kesulitan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi standar seperti yang di inginkan. Bagaimanapun kesulitan yang mereka peroleh bisa teratasi, jika Negara- Negara kecil bersatu dalam federasi dan dengan itu pula mereka akan menjadi Negara yang besar.</span><br /><br /><i><span class="fullpost">4. Memberikan administrasi yang berdaya guna.</span></i><br /><br /><span class="fullpost">Dari sudut pandang administrative system federal memiliki daya guna administrasi yang lebih baik dibandingkan system kesatuan. Dimana dalam negara kesatuan semua kekuasaan pemerintahan dipegang oleh pusat, dimana pusat lemah akan kondisi kedaerahan dan kebutuhannya. Disinilah letak kelemahan Negara kesatuan dalam menjalankan administrasi pemerintahan. Sebaliknya federal sangat berlawanan dengan system kesatuan, dimana pusat hanya pusat pengontrol dan pembagian hasil, sedangkan daerah memiliki hukum dan hak mengatur dirinya sendiri dibawah naungan pusat.</span><br /><br /><i><span class="fullpost">5. Mendorong minat publik dalam urusan umum.</span></i><br /><br /><span class="fullpost">System federal juga memberikan kesempatan kepada segenap masyarakat luas untuk berperan dalam administrasi urusan umum,Sebagaimana banyaknya kekuatan pusat didalam federasi. semakin maju maka semakin banyak pula orang yang dibutuhkan dalam menjalankan administrative.</span><br /><br /><i><span class="fullpost">6. Cocok untuk Negara yang luas dan memiliki perbedaan kondisi yang beragam.</span></i></span></span></div><div align="center" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><span class="fullpost"> </span><br /><span class="fullpost">System Negara federal terutama sekali bisa beradabtasi atas Negara yang memiliki daerah kekuasaan yang luas dan perbedaan kondisi populasi yang berbeda baik dari segi, geografis, rasial, agama, bahasa dan sebagainya. Populasi ini akan bisa hidup dibawah satu naungan atau secara bersama, jika setiap daerah diberikan derajat atau hak otonomi yang jelas dan wajar.</span><br /><br /><i><span class="fullpost">7. Menciptakan percobaan yang tepat dalam pemerintahan.</span><br /></i><br /><span class="fullpost">Dibawah percobaan system federal di dalam pemerintahan dan perundang- undangan bisa mencoba dimana hal ini tidak bisa dilakukan dinegara yang menganut system kesatuan. </span><br /><br /><i><span class="fullpost">8. Pengawasan kecenderungan kelaliman.</span></i><br /><br /><span class="fullpost">Lord Bryce menyatakan bahwa dibawah system federal terdapat kurangnya sesuantu yang berbahaya yang menimbulkan kelaliman pemerintahan pusat, dan membelakangi hak – hak keadilan rakyat.</span><br /><br /><i><span class="fullpost">9. Mempertinggi martabat Negara dan warganegara.</span><br /></i><br /><span class="fullpost">System federal juga melindungi martabat Negara dan warganegara sama halnya dengan komponen yang dimiliki oleh Negara kesatuan. Merupakan suatu kebanggaan yang besar dan bermartabat menjadi warganegara besar, seperti india, Amerika, dan Russian daripada menjadi warganegara seperti Nagaland atau Meghalaya.</span></span></span></div><div align="center" style="text-align: center;"><br /></div><div align="center" style="text-align: center;"><br /></div><div align="center" style="text-align: center;"><b><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sisi buruk pemerintahan federal;</span></span></span></b></div><div align="center" style="text-align: center;"><br /></div><div align="center" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><i>1. Pemerintahan yang lemah.</i><br /><br />negara federal bisa menyamai atau sederajat dengan system negara yang lain, namun lebih lemah daripada negara kesatuan. Pendistribusian kekuasaan diantara pusat dan negara bagian atau daerah akan membawa tampuk pemerintahan sulit untuk menyelesaikan permasalahan dalam administrasi. Sedangkan administrasi adalah jantung berjalannya roda pemerintahan yang baik, namun tidak semua negara federal gagal dalam hal administrasi, malahan federasi mampu lebih maju dan utuh dari negara kesatuan yang ada sekarang.<br /><br /><i>2. Kurang keseragaman dalam perundang- undangan dan administrasi.</i><br /><br /><span class="fullpost">Didalam pendirian federal memiliki perbedaan perundang- undangan, kebijakan administrative dan organisasi. Satu sisi adanya pusat hukum dan organisasi administrative secara nasional, bahkan sebaliknya ditingkat daerah pun memiliki hal yang sama. Keruwetan dalam hal keserbaragaman ini dapat menyebabkan penderitaan kepada masyarakat khususnya dalam hal perdagangan, industri dan masalah memiliki tanah dinegara yang berbeda. </span><br /><br /><i><span class="fullpost">3. Kesetiaan warganegara yang bercabang.</span><br /></i><br /><span class="fullpost">Warganegara rangkap dua melahirkan kebingungan. Masyarakat awam akan sulit menentukan kewajiban negara yang sebenarnya jika dituntut untuk melakukan, karna berdampak pada system warganegara rangkap dua.</span><br /><br /><i><span class="fullpost">4. Lemah dalam hubungan luar negeri.</span></i><br /><br /><span class="fullpost">Dalam menjalankan hubungan luar dengan luar federal memiliki kelemahan yang melekat dimana hal ini tidak dimiliki oleh pemerintahan kesatuan, dimana negara federal dalam menentukan kebijakan luar memiliki efek yang saling berlawanan antara pusat dan nasional, baik dalam menentukan ekonomi dan kondisi politik dalam dan luar.</span><br /><br /><i><span class="fullpost">5. Merugikan penghasilan dan waktu.</span></i></span></span></div><div align="center" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><i><span class="fullpost"> </span></i><br /><span class="fullpost">Didalam federasi banyak terdapat organ pemerintahan, dimana merambat pada biaya yang besar. Melipat gandakan organisasi, perlengkapan dan personalia juga membutuhkan biaya besar dalam system federal. Disamping itu juga, melipatgandakan mesin pemerintahan disebabkan keterlambatan dalam penyelesaian permasalahan nasional yang penting.</span><br /><br /><i><span class="fullpost">6. Kakunya kemajuan konstitusi dalam federal. </span></i></span></span></div><div align="center" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><span class="fullpost"> </span><br /><span class="fullpost">Prosedur memperbaiki konstitusi kaku dalam federal sangat diperlukan. Dan ini ditemukan khususnya di Amerika dan Australia, inipun disebabkan karna sulitnya memperbaiki tubuh UUD dalam operasi, sehingga perubahan dalam UUD tidak mempengaruhi perkembangan ekonomi dan sosial secara nasional</span></span><span class="fullpost"><span lang="EN-US">.</span></span></span></div><br /> <div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">PENUTUP</span></b></span></span></div><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Bentuk pemerintahan ibarat anggota tubuh yang urgen dalam diri kita, tampa kita sadari tampa sistem atau bentuk tersebut kita tidak akan sempurna dalam hidup karna tidak adannya konsep yang jelas dalam menggunakannya. Disinilah dibutuhkan sistem pemerintahan yang jelas supaya arah dan tujuan Negara terarah dan tepat sasaran.</span></span></span><br /> <div align="center" style="text-align: center;"><br /></div><b><i><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Sumber Bacaan:</span></span></i></b><br /><br /> <div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>1.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi.</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>2.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>3.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>4.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>5.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>6.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.</span></span></div></div></div>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-85094916419275209502011-09-28T03:15:00.000-07:002012-08-13T00:40:32.166-07:00Pertemuan Ke VI : Bentuk - Bentuk Pemerintahan I<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="fullpost"> </span><br /><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:RelyOnVML/> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true" DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99" LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles></xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]><style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; text-align:center; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} </style><![endif]--> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">PENDAHULUAN</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Didalam Negara ada tiga pemegang kekuasaan yang menjalakan roda pemerintahan yang sudah akrab disebut TRIAS POLITIKA atau dengan sebutan lainnya, meskipun sistem pemerintahannya berbeda dalam kontek label namun arahnya tetap satu yakni menciptakan Good and clean government.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">1. Bentuk pemerintahan Monarki</span></b><br /><br /><span>Monarki adalah bentuk pemerintahan yang tertua. <strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Garner</span></strong> menyatakan; setiap pemerintahan yang didalamnya menerapkan kekuasaan yang akhir atau tertinggi pada personel atau seseorang, tampa melihat pada sumber sifat – sifat dasar pemilihan dan batas waktu jabatannya maka itulah monarki. Pendapat lain menegaskan, monarki merupakan kehendak atau keputusan seseorang yang akhirnya berlaku dalam segala perkara didalam pemerintahan.<span class="fullpost"> </span><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Jellinek</span></strong><span class="fullpost">menegaskan; monarki adalah pemerintahan kehendak satu fisik dan menekankan bahwa karakteristik sifat – sifat dasar monarki adalah kompetensi, untuk memperlihatkan kekuasaan tertinggi Negara.</span><br /><br /><span class="fullpost">Jika raja hanya sebagai gelar saja, sedangkan kekuatan sebenarnya terletak pada oknum lainnya, maka realita pemerintahan ini adalah republik, walau apapun gelar yang diberikan kepada kepala Negara, baik sumber pemilihan atau sifat- sifat dasar dalam masa jabatannya. ( </span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Garner</span></strong><span class="fullpost"> ).</span><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Jenis - Jenis Monarki</span></strong><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">a. Turun – temurun dan Elektif.</span></strong><span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Monarki mungkin saja diklasifikasikan sebagai tahta turun – temurun dan elektif. Monarki secara turun – menurun adalah tipe yang normal. Kebanyakan monarki dahulunya dikenal dengan istilah turun – temurun. Dan kehidupan dari monarki turun – temurun ini memiliki banyak karakter. Monarki ala turun – menurun mewarisi tahta sesuai dengan peraturan rangkaian pergantian tertentu. Ahli waris laki- laki yang tertua biasanya menjadi raja, menggantikan posisi raja atau ayahnya sendiri. Rangkaian pergantian bisa juga ditentukan dengan konstitusi atau melalui sebuah aksi legislature. </span><br /><br /><span class="fullpost">Peraturan tersebut memiliki bermacam rupa diberbagai Negara seluruh dunia. Awalnya kerajaan Roman merupakan monarki elektif. Masa kerajaan Roman dahulunya menganut pemilih dari kampus. Semenjak abad pertengahan konstitusi monarki elektif telah berubah dan bukan merupakan hal yang luar biasa. Bagaimanapun, perjalanan masa ke masa monarki ala elektif mengalami perubahan menuju monarki ala turun- temurun. Garner menganggap inggris sebagai monarki elektif, karena parlement menuntut dan menggunakan hukum mengatur mutlak rangkaian pergantian.</span><br /><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">b. monarki mutlak dan terbatas.</span></strong><span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Monarki juga bisa diklasifikasikan sebagai mutlak dan terbatas. </span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Garner</span></strong><span class="fullpost"> menyatakan monarki mutlak adalah monarki yang benar – benar raja. Kehendaknya adalah hukum dalam merespek segala perkara yang ada. Dia tidak dijilid atau dibatasi oleh apapun kecuali kemauannya sendiri. Dibawah sistem ini Negara dan pemerintahan tampak identik. </span><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Louis XIV </span></strong><span class="fullpost">raja Negara francis menyatakan dengan sombongnya bahwa” aku adalah Negara. Ini merupakan deskripsi yang tepat dari posisi monarki yang mutlak. </span><em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Tsart dari Russia, Raja Prussia dan kaisar Ottoman merupakan contoh monarki yang mutlak.</span></em><br /><br /><span class="fullpost">Monarki terbatas memiliki kekuatan yang dibatasi oleh konstitusi yang tertulis atau dengan prinsip fundamental yang tak tertulis, seperti monarkinya Negara inggris. Monarki dinegara England hanya sebatas nama saja dalam pemerintahan; raja adalah pemerintahan namun tidak memerintah. Kekuatan atau kekuasaan merupakan teori saja, namun pemerintahan dipimpin oleh yang lainnya. </span><br /><br /><span class="fullpost">Monarki dinegara jepang juga terbatas. Disana kaisar tidak memiliki kekuasaan apapun dipemerintahan. jadi, jelasnya raja adalah simbol Negara dan kesatuan rakyat’’ didalam pengertian yang nyata, monarki yang terbatas hanyalah bentuk pemerintahan yang demokrasi</span></span></span> <span style="font-size: small;"><span class="fullpost">.</span><span class="fullpost"><span lang="EN-US"></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><b><span lang="EN-US">2. Bentuk pemerintahan Aristokrasi</span></b></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><br /><span>Aristokrasi diambil dari kata yunani ARISTOKRATIA ( aristos = best + kratia = rule ). Jadi aristokrasi adalah pemerintahan terbaik yang dipimpin oleh orang- orang terpilih. Tetapi kata – kata terbaik disini terkesan samar dengan istilah terbaik dimasa yunani kuno. Penjelasan yang benar bahwa yang terbaik adalah mereka yang memiliki kecakapan yang tinggi, berpendidikan, berpengalaman dan bermoral tinggi. Namun, hal ini tidak bisa dijadikan atau dipastikan menjadi yang terbaik.<br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Aristotle</span></strong> memandang kekayaan dari segi ukuran moral dan keunggulan intelektual. Dia percaya bahwa kekayaan dari segi intelektual, moral lebih berkembang daripada yang lain, Karena mereka akan memimpin kehidupan dengan waktu luang dan kesenangan, sedangkan mereka yang mengutamakan fisik untuk hidup, tidak bisa mengembangkan intelektual dan moral mereka.<span class="fullpost"> </span><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Garner </span></strong><span class="fullpost">mendefinisikan aristokrasi sebagai bentuk pemerintahan dimana proporsi warganegara secara relatip memberikan suara didalam memilih pejabat- pejabat publik dan menetapkan kebijaksanaan publik.</span><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Jellinek</span></strong><span class="fullpost">memahami aristokrasi sebagai bentuk pemerintahan yang menjadi mainan dan diperani oleh kelompok khusus yang berpengaruh. Bisa saja seperti, pendeta, para professional atau orang- orang terpandang didalam Negara. Setiap perkara atau permasalah yang terjadi merupakan pecahan populasi yang jelas dari massa, dengan beberapa alasan yang timbul dari hak istimewa yang mereka nikmati.</span><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Aristotle</span></strong><span class="fullpost">membedakan aristokrasi dan oligarchy ( pemerintahan oleh sekelompok kecil ). Dia menegaskan bahwa pemerintahan yang dipimpin oleh sekelompok kecil, dengan dasar kepentingan mereka sendiri; dan telah terjadi, maka dari hal ini, membuktikan bentuk pemerintahan aristokrasi yang dipimpin oleh orang – orang terbaik didalam Negara adalah sesat. Akan tetapi, pada masa modern perbedaan ini sering diabaikan.</span></span></span><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><span lang="EN-US"></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><b><span lang="EN-US">3. Bentuk pemerintahan Demokrasi</span></b></span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br /><br /><span>Pemikir politik mendefinisikan demokrasi dengan cara yang berbeda. Mereka bisa dikategorikan dala</span></span> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">m </span><span>tiga kelompok. <br /><br />Kelompok pertama menyatakan bahwa demokrasi merupakan sebuah bentuk pemerintahan umum. <br /><br />Kelompok kedua menganggap konsep demokrasi secara luas dan mencari jangkauan untuk memperpanjang bidang ekonomi dan juga sosial. <br /><br /><span class="fullpost">Sedangkan kelompok yang terakhir memegang bahwa demokrasi adalah filsafat kehidupan, dimana menekankan martabat manusia dan memandang semua kehendak individu. </span><br /><br /><span class="fullpost">Dibawah ini akan terdapat penjelasan demokrasi, dimana merujuk kepada kategori kelompok yang pertama.</span><br /><br /><span class="fullpost">1. Pemerintahan rakyat. </span><br /><br /><span class="fullpost">Bisa dikatakan bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana rakyat memiliki kekuatan penuh didalam politik, baik secara langsung maupun melalui representative.</span><br /><br /><span class="fullpost">Lincoln mendefinisikan demokrasi sebagai pemerintahan rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Seely mendefinisikan bahwa demokrasi adalah pemerintahan bersama. </span><br /><br /><span class="fullpost">2. Pemerintahan khalayak ramai. </span><br /><br /><span class="fullpost">Menurut pemikir jurusan demokrasi bahwa demokrasi adalah pemerintahan yang besara atau khalayak ramai. Dicey mendefinisikan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan, dimana badan yang memerintah didalamnya adalah pergeseran komparatif yang besar dari seluruh populasi. </span><br /><br /><span class="fullpost">Bryce dalam tulisannya; kata demokrasi telah dipakai semenjak masanya Herodotus untuk menunjukkan bahwa bentuk pemerintahan yang didalamnya para penguasa memiliki kekuatan tetap dan secara legal, tetapi kekuasaan tersebut tidak dipegang oleh kelompok khusus atau oknum- oknum lainnya, namun dipegang oleh seluruh komunitas secara keseluruhan</span></span><span class="fullpost">.</span><span class="fullpost"><span lang="EN-US"></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><b><span lang="EN-US">4. Bentuk pemerintahan Diktator</span></b></span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br /><span>Beberapa pemikir modern tidak membedakan antara otokrasi dan diktator, bahkan memakai istilah keduanya dengan pengertian yang sama. Akan tetapi diantara keduanya terdapat sebuah perbedaan dari sifat dasar. Disana ada masa dimana monarki mutlak berkembang, tetapi mereka tidak bisa digelar sebagai diktator. Sifat dasar Karakteristik diktator merupakan sumber pokok kekuasaan dari pemikiran mereka sendiri. <br /><br /><span class="fullpost">Mclver menjelaskan dengan ringkas unsur dasar diktator sebagai berikut; </span><br /><span class="fullpost">Tiap- tiap Konstitusional memiliki keragaman, dengan pengertian menjelaskan rangkaian kekuatan yang ditetapkan dalam hukum pokok, dimana menyetujui agar pemerintahan tidak mengalami kemunduran atau kehancuran. Begitu juga dengan diktator yang memilih kekuasaan, dengan menetapkan dasar kebenaran tunggal sesuai keinginan mereka. Disetiap Negara umumnya, rakyat merasa gelisah dalam hal sumber kekuasaaan, apakah terletak pada putusan komunitas, atau mengikuti keinginan tuhan atau mengikuti tradisi yang suci. Diktator muncul dengan mengesampingkan semua kegelisahan tersebut, bagi mereka apa yang dimiliki itulah satu- satunya jawaban hidup.</span><br /><br /><span class="fullpost">Dari sini kita bisa memahami bahwa diktator tidak bersandar pada kekuasaan yang legal, penghargaan sosial ataupun pada tradisi. Namun disini terletak pertentangan yang melekat di antara diktator dan hak kekuasaan.</span></span></span><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><span lang="EN-US"></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><b><span lang="EN-US">PENUTUP</span></b></span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><span lang="EN-US">Setelah mempelajari bentuk pemerintahan dapat kita simpulkan bahwa setiap tata pemerintahan memiliki kekurangan dan kelebihan. Perlu di ingat bahwa kombinasi dari bentuk – bentuk pemerintahan terdahulu telah membawa kita kearah yang lebih baik, sehingga lahirnya demokrasi, republik dan federal, akan tetapi perkembangan ini menjadi ter arah dengan konsep dasar Negara yang terbentuk dahulu.</span></span></span></div><br /> <i><b><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Sumber Bacaan:</span></span></b></i><br /><br /> <div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>1.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi.</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>2.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>3.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>4.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>5.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>6.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div></div></div>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-64944627193530713962011-09-28T03:07:00.000-07:002012-08-13T00:40:32.189-07:00Pertemuan Ke IV : Bangsa, Nasionalisme, Kewarganegaraan dan Penduduk<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:RelyOnVML/> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true" DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99" LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles></xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]><style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; text-align:center; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} </style><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:shapedefaults v:ext="edit" spidmax="1026"/></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:shapelayout v:ext="edit"> <o:idmap v:ext="edit" data="1"/> </o:shapelayout></xml><![endif]--> <br /><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">PENDAHULUAN</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut. Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><i><span lang="EN-US">BANGSA</span></i></b><i><span lang="EN-US"></span></i></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><b><i><span lang="EN-US">Bangsa</span></i></b><span lang="EN-US"> adalah sekumpulan manusia yang bersatu pada satu wilayah dan memunyai keterikatan dengan wilayah tersebut. Keinginan membentuk nation bersama muncul karena adanya <u>persamaan nasib</u>dan sejarah sehingga <u>menimbulkan persatuan dalam suatu komunitas masyarakat</u>membentuk <u>kesadaran berbangsa</u>.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Kesamaan itu meliputi aspek budaya, bahasa, agama dan tradisi. Inilah proses yang mendasari terbentuknya sebuah kesadaran bersatu, bergabung dan berbangsa di mana pun di seluruh dunia.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Dalam arti sosiologis – Bangsa -kelompok yang secara di takdirkan untuk bersama, senasib sepenanggungan dalam suatu negara.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Menurut beberapa para ahli, pengertian dari suatu <b>Bangsa</b> :</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><b><i><span lang="EN-US">1. Ernest Ernan-Prancis</span></i></b><span lang="EN-US"> , Bangsa terbentuk karena adanya<u> </u>keinginan untuk hidup bersama dengan perasaan kesetiakawanan yang agung.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><b><i><span lang="EN-US">2. F. Ratzel-Jerman</span></i></b><i><span lang="EN-US"> , </span></i><span lang="EN-US">Adanya hasrat bersatu. Hasrat timbul karena adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat<i> </i>tinggalnya ( <i>PAHAM GEOPOLITIK ).</i></span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><b><i><span lang="EN-US">3. Hans Kohln-Jerman</span></i></b><i><span lang="EN-US"> , </span></i><span lang="EN-US">Buah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah. Golongan yang beraneka ragam dan tidak di rumuskan.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><b><i><span>4. Otto Bauer (Jerman)</span></i></b><span> = Bangsa adalah kelompok manusia yag memiliki kesamaan karakter. Karakteristik tumbuh karena adanya persamaan nasib.<br /><br /></span><span lang="EN-US"></span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Kebanyakan bangsa terbentuk karena adanya faktor – obyektif tertentu yang membedakan dengan bangsa lain, yaitu <b>NASIONALISME</b> :</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 54pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>a.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Kesamaan Keturunan</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>b.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Wilayah</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>c.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Bahasa</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>d.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Adat Istiadat</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>e.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Kesamaan Politik</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"><span>f.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Perasaan</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 54pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span>g.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="EN-US">Agama</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 54pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><i><span lang="EN-US">KEWARGANEGARAAN</span></i></b><i><span lang="EN-US"></span></i></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">Warga Negara, </span></b><span lang="EN-US">Mereka yang berdasarkan hukum tertentu dan merupakan anggota dari suatu Negara. <i>Kewarganegaraan</i> merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><i><span lang="EN-US">Kewarganegaraan</span></i><span lang="EN-US"> memiliki kemiripan dengan kebangsaan. Yang membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara. Dimungkinkan pula untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><i><span lang="EN-US">Kewarganegaraan</span></i><span lang="EN-US"> merupakan bagian dari konsep kewargaan. Di dalam pengertian ini, warga di suatu wilayah disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena keduanya juga merupakan satuan politik.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><i><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";">PENDUDUK</span></i></b><i><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif";"></span></i></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">Penduduk</span></b><i><span lang="EN-US">, </span></i><span lang="EN-US">Mereka yang berada di dalam dan bertempat tinggal atau berdomisili di dalam suatu wilayah</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Negara<i> </i>( <i>Menetap )</i> – Lahir secara turun temurun <i>& </i>besar di Negara itu </span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><i><span lang="EN-US">Penduduk</span></i><span lang="EN-US"> atau <i>warga</i> suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:</span></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Orang yang tinggal di daerah tersebut</span></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain. Dalam sosiologi, <i>penduduk</i> adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.</span></span></li></ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">PENUTUP</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki identitas bersama, dan mempunyai kesamaan bahasa, agama, ideologi, budaya, dan/atau sejarah. Mereka umumnya dianggap memiliki asal-usul keturunan yang sama. Konsep bahwa semua manusia dibagi menjadi kelompok-kelompok bangsa ini merupakan salah satu doktrin paling berpengaruh dalam sejarah. Doktrin ini merupakan doktrin etika dan filsafat, dan merupakan awal dari ideologi nasionalisme.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /></div><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Sumber Bacaan:</span></span><br /> <div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>1.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi.</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>2.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>3.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>4.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>5.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>6.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.</span></span></div></div>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-71233251374328909542011-09-28T02:59:00.000-07:002012-08-13T00:40:32.297-07:00Pertemuan Ke III : NEGARA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:RelyOnVML/> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true" DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99" LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles></xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]><style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; text-align:center; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} </style><![endif]--> <br /><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">PENDAHULUAN</span></b></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>Keberadaan negara, seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi" title="Organisasi">organisasi</a>secara umum, adalah untuk memudahkan anggotanya (</span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rakyat" title="Rakyat"><span>rakyat</span></a><span>) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya. Keinginan bersama ini dirumuskan dalam suatu dokumen yang disebut sebagai </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Konstitusi" title="Konstitusi"><span>Konstitusi</span></a><span>, termasuk didalamnya nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat sebagai anggota negara. Sebagai dokumen yang mencantumkan cita-cita bersama, maksud didirikannya negara Konstitusi merupakan dokumen hukum tertinggi pada suatu negara. Karenanya dia juga mengatur bagaimana negara dikelola. Konstitusi di Indonesia disebut sebagai </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Dasar" title="Undang-Undang Dasar"><span>Undang-Undang Dasar</span></a><span>.</span><b><span lang="EN-US"></span></b></span></div><span style="font-size: small;"><u><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pengertian Negara menurut para ahli:</span></u></span><br /><br /> <div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><b><i><span>Definisi pemikir dahulu:</span></i></b><br /><br />- </span><span style="font-size: small;"><b><i><span>Aristotle; </span></i></b>Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa hingga pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama.<br /><br />- Sedangkan </span><span style="font-size: small;"><b><i><span>Cicero</span></i></b> pemikir Roma menegaskan: Negara adalah timbulnya pemikiran sehat masyarakat banyak bersatu untuk keadilan dan berpartisipasi bersama dalam meraih keuntungan.<span class="fullpost"> </span><br /><br />- </span><span style="font-size: small;"><span class="fullpost">Penulis Francis </span><span class="fullpost"><b><i><span>Jean Bodin</span></i></b> mengataka</span><span class="fullpost"><span lang="EN-US">n</span>; Negara adalah asosiasi beberapa keluarga dengan kesejahteraan yang layak disertai dengan alasan yang sehat, setuju untuk dipimpin oleh penguasa tertinggi.</span><br /><br /><span class="fullpost">Definisi diatas terdapat beberapa kekurangan:</span></span> </div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br /><span class="fullpost">1. Tidak ada Negara yang bisa berdiri sendiri.</span></span><span style="font-size: small;"><br /><span class="fullpost">2. Tidak ada kesempurnaan/ keuntungan hidup secara mutlak terdapat dalam Negara.</span></span><span style="font-size: small;"><br /><span class="fullpost">3. tidaklah mungkin semua masyarakat didalam Negara bisa menyantuni kesejahteraan rakyatnya.</span></span><span style="font-size: small;"><br /><br /><span class="fullpost"><b><i><span>Definisi modern:</span></i></b></span></span> <span style="font-size: small;"><br /><br /><span class="fullpost">- </span></span> <span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><b><span>Phillimore;</span></b><span> </span>Negara adalah orang- orang yang secara permanent mendiami suatu wilayah tertentu, dijilid dengan hukum- hukum kebersamaan, kebiasaan dan adat- istiadat didalam satu kebijaksanaan.</span><br /><br /><span class="fullpost">- </span></span> <span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><b><i><span>Bluntschli </span></i></b>mengatakan: Negara adalah organisasi kebijaksanaan orang- orang diwilayah tertentu.</span><br /><br /><span class="fullpost"><span>- <b><i>Gettell</i></b></span><b><i> </i></b>menegaskan; Negara adalah komunitas atau oknum- oknum secara permanent mendiami wilayah tertentu, menuntut dengan sah kemerdekaan diri dari luar dan mempunyai sebuah organisasi pemerintahan dengan menciptakan dan menjalankan hukum secara menyeluruh didalam lingkungan.</span></span> <span style="font-size: small;"><br /><br /><span class="fullpost">- <b><i><u>Definisi Gattel</u></i></b> lebih tepat dari pada definisi yang lainnya: Dimana negara adalah wilayah yang dihuni oleh komunitas masyarakat yang merasa tertindas, maka merdeka menjadi hak mereka menentukan hidup mereka sendiri</span></span> <span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><span lang="EN-US"></span></span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><em><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Prof. R. Djokosoetono</span></b></em><br /><em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.</span></em></span><span style="font-size: small;"><em><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"></span></em></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><em><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Prof. Mr. Soenarko</span></b></em><br /><em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai daerah tertentu, dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.</span></em></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> </span></em></span><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"></span></span></div><span style="font-size: small;"><b><u><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sifat Negara</span></u></b></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sifat negaramerupakan suatu keadaan dimana hal tersebut dimiliki agar dapat menjadikannya suatu Negara yang bertujuan. Sifat-sifat tersebut umumnya mengikat bagi setiap warga negaranya dan menjadi suatu identitas bagi Negara tersebut.</span></span><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sifat suatu Negara terkadang tidaklah sama dengan Negara lainnya, ini tergantung pada landasan ideologi Negara masing-masing. Namun ada juga beberapa sifat Negara yang bersifat umum dan dimiliki oleh semua Negara, yaitu:</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><strong><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">a. Sifat memaksa</span></strong><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br /></span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Negara merupakan suatu badan yang mempunyai kekuasaan terhadap warga negaranya, hal ini bersifat mutlak dan memaksa.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><strong><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">b. Sifat monopoli</span></strong><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br /></span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Negara dengan kekuasaannya tersebut mempunyai hak atas kekayaan alam yangterkandung di dalamnya, hal ini menjadi sesuatu yang menjadi landasan untuk menguasai sepenuhnya kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah Negara tersebut.</span></span><br /><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">c. Sifat mencakup semua</span></strong><b><br /></b>Kekuasaan Negara merupakan kekuasaan yang mengikat bagi seluruh warga negaranya. Tidak ada satu orang pun yang menjadi pengecualian di hadapan suatu Negara. Tidak hanya mengikat suatu golongan atau suatu adat budaya saja, tetapi mengikat secara keseluruhan masyarakat yang termasuk kedalam warga negaranya.</span></span><br /><br /> <span style="font-size: small;"><strong><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">d. Sifat menentukan</span></strong><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br /></span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Negara memiliki kekuasaan untuk menentukan sikap-sikap untuk menjaga stabilitas Negara itu. Sifat menentukan juga membuat Negara dapat menentukan secara unilateral dan dapat pula menuntut bahwa semua orang yang ada di dalam wilayah suatu Negara (kecuali orang asing) menjadi anggota politik Negara.</span></span><br /> <div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><b><u><span>Teori asal- usul negara terbagi atas dua bagian:</span></u></b></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>1.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Teori<span> </span>yang bersifat ketuhanan</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>2.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Teori yang didasari oleh kekuatan<br /><br />a.)<span> </span>Teori yang bersifat ketuhanan merupakan teori tertua dari asal- usul kenegaraan. </span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>Teori ini menjadi kepercayaan sebagian besar komunitas masyarakat seperti, Mesir, Babilonia, India, Yahudi dan Masyarakat pertengahan negara Eropa.<br />Merujuk pada perjanjian terdahulu bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan dari negara, maka<span> </span>Bangsa Yahudi percaya bahwa Tuhanlah yang menetapkan seorang raja, ia diturunkan untuk memimpin sekaligus memberantas peraturan- peraturan yang dhalim.<br />Kaum Yahudi yakin bahwa raja merupakan wakilnya Tuhan dan ia diamanatkan tanggung jawab yang harus dilaksanakan.<br /><br />Di India teori ini berlaku dan dipercaya dalam kisah Mahabhrata dimana dunia telah menjadi negara berbentuk anarki, dimasa itu masyarakat India memohon kepada Tuhan mereka untuk diturunkan seorang pemimpin. <br />Mereka berdo’a wahai Tuhan kami, sungguh kami akan binasa bila negara ini tidak terlahir seorang pemimpin, turunkanlah kepada kami seorang pemimpin dimana ia bisa membawa kami tenang dalam ibadah, dan melindungi kami dari kedhaliman. Maka Tuhan menurunkan Manu sebagai pemimpin mereka.<span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Akan tetapi sebagian besar perjanjian yang berhasil diatas ditemukan didalam tulisan bapak gereja pertama. St. Paul yang menyatakan: serahkanlah jiwa untuk tunduk kepada yang memiliki kekuatan tak tertandingi, tidak ada kekuatan yang tinggi kecuali Tuhan: dimana segala kekuatan bersumber dariNYA.</span><br /><br /><br /><span class="fullpost">Dari teori diataslah timbul keyakinan bahwa siapapun yang menentang kekuatan raja, maka dia telah melawan peraturan Tuhan, dan para pembangkang akan menerima kutukan atas perlawanannya.</span><br /><br /><span class="fullpost">Pendeta Kristen percaya bahwa manusia pada dasarnya tidak berdosa dan dimasa ini negara tidak diperlukan. Akan tetapi tatkala manusia kehilangan dasarnya, maka negara dibutuhkan untuk mencegah hal- hal yang fatal. </span><br /><span class="fullpost">Jadi menurut teori ini,Tuhanlah yang menciptakan negara dan negara merupakan kekuatan yang bersifat ketuhanan<span> </span>untuk memperbaiki kejahatan manusia.</span><br /><br /><span class="fullpost">Ada beberapa pendapat yang menguatkan teori diatas:</span><br /><br /><span class="fullpost">Martin Luther berpendapat bahwa pangeran diseluruh dunia ini merupakan Tuhan.</span><br /><br /><span class="fullpost">- Sir Robert Filmer dalam Patriarchanya: Adam adalah raja pertama didunia ini, maka raja selanjutnya dianggap sebagai ahli warisnya.</span><br /><br /><span class="fullpost">- King James I mengatakan bahwa: raja negara adalah sebagian besar orang yang mulia didunia ini. Raja bukan saja utusan Tuhan yang mana diberikan tahta, akan tetapi karna dekatnya dirinya dengan Tuhan mereka dan diaggap sebagai Tuhan.</span><br /><br /><span class="fullpost">b.) Teori yang didasari oleh kekuatan.</span><br /><br /><span class="fullpost">Menurut teori ini negara terbentuk dari salah satu akibat penaklukan kaum kuat terhadap kaum yang lemah. Teori ini berbasis dalam pikiran psikologis dimana sifat manusia itu agresif. Sifat ini membawa manusia meronta terus- menerus untuk meraih kekuasaan; dan dari sifat ini pula mendorong kaum kuat untuk menjajah kaum lemah.</span><br /><span class="fullpost">Sifat dasar agresip inilah membawa naluri manusia bangkit dan membentuk institusi negara, oleh karena itu kekuatan adalah dasarnya negara. </span></span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><span>Jean bodin, D. hume, Oppenheimer dan Jenks merupakan ahli Filsafat dimasa modern yang menyokong teori tersebut.</span></span><span><br /><br /><span class="fullpost">Intisari dari teori ini adalah’’ perang untuk menjadi raja ‘’ ditahun 1080 Pope Gregory VII menulis: barangsiapa yang tidak mengetahui bahwa raja- raja atau pemimpin- pemimpin mereka yang membawa mereka dari permulaan, dimana para pemimpin tersebut buta dari mengenal tuhan dan berpura- pura. Buta yang disebabkan oleh ketamakan dan kesombongan yang tak tertahankan dianggap menjaga harga diri, kekerasan , kepercayaan yang jelek, pembunuhan , bahkan akrab dengan segala bentuk kejahatan menjadi penghasut bersama para pemimpinnya menuju jalan iblis.</span><br /><br /><span class="fullpost">Pada abad 18. D. Hume mengungkapkan pandangan yang serupa;<span> </span>Apakah mungkin kekuasaan pertama seseorang terhadap orang banyak selama perang dinegara tersebut masih berlaku, dimana keunggulan keberanian dan kejeniusan dirinya sendiri sebagian besar diketahui. Tatkala kebulatan hati sebagian besar merupakan syarat dan dimana kekacauan harta benda merusak dengan pantas sebagian besar perasaan, secara terus- menerus menjadi kebiasaan dimana kebiadaban diantara manusia membiasakan masyarakat kepada ketundukan atau perbudakan.</span><br /><br /><span class="fullpost">Disisi lain ide Leacock tentang teori ini: pengertian menurut histori bahwa pemerintahan muncul dari sifat agresip manusia, dimana permulaan negara ditemukan dalam perebutan dan perbudakan dari manusia itu sendiri. Perebutan hati,<span> </span>penaklukan kaum lemah dimana dilakukan layaknya kampanye, sedangkan pencarian yang diperoleh tidak jauh dari dominasi dirinya dalam kekuatan fisik.</span><br /><span class="fullpost">Dari sisi inilah pertumbuhan manusia yang agresip menuju kerajaan dan dari kerajaan sampai kepada Republik dan demokrasi merupakan suatu proses yang lama.</span><br /><br /><span class="fullpost"><b>E. Jenks</b> menjelaskan: secara histori tidak ada bukti pengabaian kesulitan didalamnya dimana semua komunitas dari perpolitikan modern menerima adanya suatu kesuksesan dari peperangan. Ide- ide umum terhadap dasar negara berdasarkan teori ini sebagai berikut:</span></span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span><br /><span class="fullpost">1. ketika populasi bertambah, maka tekanan harta untuk hidup juga bertambah. Faktor tersebut mengiring manusia untuk berjuang diantara bermacam bangsa untuk mengontrol wilayah dan kekayaan lainnya untuk kehidupan.</span><br /><br /><span class="fullpost">2. secara berangsur- angsur peperangan menjadi sebuah seni dan pelajaran bagi pejuang. mereka muncul menjadi spesialis dalam kesenian. Negara muncul tatkala penguasa dan pejuang- pejuangnya bersatu membentuk kekuasaan dalam satu wilayah.</span><br /><br /><span class="fullpost">3. setelah penguasa tersebut berhasil mendirikan kekusaan diatas kaumnya, maka sifat agresif untuk berperang atau menguasai negara tetangga menjadi kebiasaan dengan alasan untuk memperluas negara.</span><br /><span class="fullpost">Ide- ide diatas merupakan gambaran mengenai suku kerajaan yang tidak bisa dipungkiri seperti; Inggris, Skandinavia, Rusia, dan beberapa negara bagian Eropa lainnya.</span><br /><br /><span class="fullpost"><b>Oppenheimer</b> menberi enam tingkat gambaran atas dasar timbulnya negara:</span></span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span><br /><span class="fullpost">1. Negara terlahir oleh peperangan, pembunuhan dan perampasan yang terus- menerus. Penakluk membunuh semua kaum lelaki dan sebagai bukti penaklukan mereka membawa anak- anak dan wanita Sebagai barang rampasan.</span><br /><br /><span class="fullpost">2.penyerahan diri kaum lemah terhadap kaum kuat, dimana mereka tidak berdaya untuk melawan. Para penakluk berhenti membunuh dan sebagai gantinya mereka dijadikan budak.</span><br /><br /><span class="fullpost">3. Penakluk dan yang tertakluk bergabung bekerja sama guna meraih keuntungan bersama.</span><br /><br /><span class="fullpost">4. perpaduan lebih lanjut dari penjajah dan yang dijajah. Mereka bukan saja mempelajari untuk hidup bersama akan tetapi bersekutu untuk menguasai daerah lainnya.</span><br /><br /><span class="fullpost">5. Mereka menemukan dasar perlengkapan administratif untuk menyudahi perselisihan dibagian dalam.</span><br /><br /><span class="fullpost">6. Para pemimpin dan sekelompok pemenang menjadi raja, dimana asisten militernya menjadi penasehat, dan raja beserta adviser mulai berkuasa, sehingga diselenggarakan hukum atau undang- undang terhadap warganegaranya.</span></span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><span>Teori asal – usul negara tidak hanya berkembang hanya pada dua teori diatas. </span></span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>Jika teori asal usul Negara pertama menerangkan bahwa dasar negara terjadi dari sifat ketuhanan dan kekuatan, maka perkembangan teori tersebut muncul dari segi pandangan yang berbeda yaitu negara tercipta dari teori perjanjian sosial ( social Contract ).<br />Hobbes, Locke dan Rousseau adalah pelopor dari teori ini.</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Thomas Hobbes </span></strong><span>( <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1588- 1679</span></em> ) seorang pria Inggris, dia mengemukakan idenya dalam Leviathan diterbitkan tahun 1651. </span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">John Locke </span></strong><span>( <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1632- 1704 </span></em>) juga seorang Kelahiran Inggris dia mempersembahkan dua risalat pemerintahan ditahun 1690. </span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span>Sedangkan <strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Rousseau</span></strong> ( <em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1712- 78 </span></em>) mengembangkan teori perjanjian sosialnya yang terbit ditahun 1762.<span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Hal pokok dari teori perjanjian sosial; Negara terbentuk dari manusia dengan memakai teori ini. Memang telah ada masa dimana negara pada saat itu belum muncul terbentuk dan tidak ada manusia yang menciptakan hukum. Manusia pada dasarnya mendiami suatu daerah secara alami dan mengatur segala kelakuannya sesuai dengan lingkungan yang ada atau mengikuti hukum yang telah terbentuk oleh sifat alam.</span><br /><br /><span class="fullpost">Akan tetapi tidak ada seorangpun perantara dimasa itu maju untuk menyelenggarakan dan membentuk suatu hukum secara sifat dasar. Lazimnya manusia disuatu masa menghadapi beberapa permasalahan dalam sifat alamiah negara dari situ pula mereka berpikir untuk menyelesaikan bahkan ada juga yang meninggalkannya, dari sinilah mereka bergabung dalam suatu persetujuan dan mulai menciptakan negara.</span><br /><br /><span class="fullpost">Teori yang dikemukakan oleh Hobbes, Locke dan Rousseau:</span><br /><span class="fullpost">Bagaimana manusia bisa hidup dalam dasar negara? mengapa<span> </span>mereka meninggalkannya? Siapakah yang terlibat ikut serta dalam pesta perjanjian? Apa yang menjadi istilah dari perjanjian? Negara apa yang muncul olehnya?, dari pertanyaan yang tersebut diatas akan dikupas dengan opini yang berbeda mereka, dimana letak perbedaan tersebut memiliki keseragaman dimana negara itu dibentuk oleh manusia dengan jalan perjanjian.</span><br /><br /><strong><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sifat Dasar atau Sifat Alami Manusia:</span></strong></span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span><br /><span class="fullpost">Hobbes memulai analisanya dari sifat dasar manusia. Menurut Hobbes sifat dasar manusia itu egois, ramah, cinta, simpati, semangat kerja sama dan berkorban tidaklah terdapat dalam unsur- unsur utama dari sifat dasar, namun Dasarnya kelakuan manusia itu ditentukan oleh nafsu untuk mendapat kesenangan dan menjauhi kesakitan. Manusia maju beraktifitas tidak didasari oleh intelektual atau pertimbangan akal yang sehat, akan tetapi didasari oleh nafsu yang besar.</span><br /><br /><span class="fullpost">Disisi lain Locke's menberikan pandangan yang berbeda dari Hobbes. Locke's tidak sependapat dengan pernyataan dimana pada dasarnya manusia itu egois. Dia percaya bahwa secara dasar manusia itu makhluk sosial, dan tentu saja memiliki dorongan untuk hidup bersama layaknya suami dan istri. Manusia itu cinta damai dan juga memiliki perasaan respek terhadap keadilan orang lain dan ini natural dalam setiap insan.</span><br /><br /><span class="fullpost">Sedangkan Menurut Rousseau; sifat dasar manusia itu tercipta atas dua elemen:</span><br /><span class="fullpost">Naluri menjaga diri dan simpati terhadap yang lain. Walaupun manusia memiliki sifat egois, namun tidak ada manusia yang sanggup melihat penderitaan orang lain. Rousseau tidak percaya bahkan tidak masuk akal kalau manusia memilki sifat dasar yang sama layaknya binatang. Basis umum dari keramahan tidaklah lahir dari suatu pertimbangan akal yang sehat akan tetapi didorong atau lahir dari perasaan yang halus ataupun naluri. </span></span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><span>Dari definisi diatas bisa kita sudah jelas dan logis untuk kita cerna bahwa negara pada dasarnya lahir dari teori tersebut, namun tidak menutupi kemungkinan ada faktor – faktor lain yang mendorong terbentuknya negara. </span></span><span class="fullpost"><span lang="EN-US"></span></span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: left;"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><span lang="EN-US">d</span></span><span class="fullpost"><span>efinisi diatas membuat kita sangat sempurna dan memahami betul jejak perkembangan</span></span><span class="fullpost"><span> </span></span><span class="fullpost"><span>negara yang dewasa ini menunjukkan warna – warni yang sangat negatif, jika kita merujuk kepada teori yang telah ada maka dapat disimpulkan bahwa tujuan berpolitik dan bernegara adalah satu seni atau aktifitas yang menuntut kita untuk berbuat yang baik atas kemaslahatan bersama bukan kelompok atau oknum – oknum kesatuan yang bersifat mengikat dan saling menguntungkan. Jika ingin membentuk negara yang baik, maka perpolitikan juga mesti dijalankan secara positif da</span></span><span class="fullpost"><span lang="EN-US">n bijak</span></span><span class="fullpost"><span>, namun jika salah satunya mengarah pada hal yang berbau negatif maka </span></span><span class="fullpost"><span lang="EN-US">teori dasar</span></span><span class="fullpost"><span lang="EN-US"></span></span><span class="fullpost"><span lang="EN-US">membentuk</span></span><span class="fullpost"><span> negara hanya menjadi impian belaka</span></span><span class="fullpost"><span lang="EN-US">.</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span class="fullpost"><b><span lang="EN-US">PENUTUP</span></b></span></span></div><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang berbeda dengan bentuk organisasi lain terutama karena hak negara untuk mencabut nyawa seseorang. Untuk dapat menjadi suatu negara maka harus ada rakyat, yaitu sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada</span><span lang="EN-US">.</span></span><br /> <div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><b><i><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Sumber Bacaan:</span></span></i></b><br /><br /> <div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>1.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi.</span></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>2.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>3.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>4.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi</span></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>5.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;"><span><span>6.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span>Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.</span></span></div></div>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-17431322400857209962011-09-27T23:59:00.000-07:002012-08-13T00:40:32.324-07:00Pertemuan Ke II : Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Lainnya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">PENDAHULUAN</span></b></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span lang="EN-US" style="font-size: small;">Mempelajari ilmu politik tidak cukup hanya dengan mengetahui definisi dan ruang lingkupnya saja, namun harus di iringi dengan hubungannya dengan ilmu lainnya. Dengan adanya pemahaman kita tentang hubungan tersebut akan membuka wacana kita dalam memahami kontek dasar ilmu dan melaksanakannya sesuai dengan koridornya.</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">1. Hubungan ilmu politik dan ekonomi</span></b></span></div></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><br /><span class="fullpost">Para pemikir terdahulu menganggap ilmu ekonomi sebagai cabang dari ilmu politik, dari sinilah muncul nama atau gelar ilmu ekonomi politik. Karena dimasa itu pokok urusan ketertiban finansial dilihat atau diambil dari sumber penghasilan Negara, Sedangkan sekarang pemikiran tersebut telah berubah. Ilmu ekonomi dinyatakan independent dan terpisah dari pelajaran politik, dimana pelajaran ini mengajarkan masyarakat untuk berusaha, bagaimana,dimana, apa dan gimana mengatur dan memperoleh kekayaan. Singkatnya ekonomi adalah ilmu kekayaan.</span><br /><br /><span class="fullpost">Ekonomi berpengaruh dalam politik hanya dibeberapa titik saja, dimana titik penghasilan dan penyaluran dari kekayaan sangatlah besar pengaruhnya didalam pemerintahan. Bahkan juga disebabkan dari berbagai penyelesaian permasahan yang memang lazim timbul didalam Bernegara.</span><br /><br /><span class="fullpost">Diberbagai Negara pemerintahan pengaruh yang terbesar terletak pada pertumbuhan ekonominya. Bertambahnya lapangan ekonomi didalam pemerintahan terjadi tiada henti- hentinya. Pajak, UU bea, Hak milik Negara dan pertolongan Negara terhadap lahan pertanian, industri dan perdagangan semuanya bukanlah salah satu hal dimana pemerintah berkuasa atas penghasilannya.</span><br /><br /><span class="fullpost">Kesejahteraan Negara yang baik dan sosialisme telah merombak keadaan fungsi Negara. Negara dewasa ini diartikan atau disangka langsung turut campur dalam bermacam lingkungan, dari aktifitas masyarakat menentukan perintah dalam hal kwalitas distribusi kekayaan dan juga materi barang milik masyarakat.</span><br /><br /><span class="fullpost">Tentu saja banyak permasalahan yang timbul dalam pemerintahan modern yang lahir dari dasar ekonomi, tuntutan terhadap lapangan kerja, modal hak milik tanah, ketidakrataan penurunan dan penaikan ekonomi, bahkan pesatnya kemajuan teknologi yang mempengaruh nasionalisasi. Perlu kita ketahui dalam Negara Komunis, Negara mengontrol secara keseluruhan kesatuan kehidupan ekonomi masyarakat.</span><br /><br /><span class="fullpost">Golongan dan grup ekonomi disetiap Negara terlaksana terus menerus dimana tertekan dalam administrasi untuk perlindungan dan kekayaan. Demikian pula, penggunaan kondisi ilmu ekonomi memiliki pengaruh besar dalam cita- cita perpolitikan dan institusi, Contohnya: adanya revolusi yang menimbulkan cita- cita kemerdekaan perseorangan, demokrasi, sosialisme dan komunis.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span class="fullpost"><span lang="EN-US">2. Ilmu politik dan etika</span></span></b></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Etika adalah ilmu ketertiban dimana pokok masalah moralitas dipelajari. Singkatnya ilmu tatasusila adalah ilmu moralitas. Didalam ilmu ini tertetapkan hukum- hukum moralitas dan menentukan kebiasaan tingkah laku. Ilmu tatasusila juga memaksimalkan setiap tingkah laku manusia baik secara benar atau berhaluan kiri.<span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Hubungan antara ilmu politik dan Etika adalah nyata atau fact atau jelas. Tidak ada pembahasan dalam ilmu politik pokok persoalan apakah ini benar atau sebaliknya, maka tatasusilalah yang akan memberi jawaban setiap sasaran ataupun tujuan ilmu politik itu sendiri.</span><br /><br /><span class="fullpost">Para philosophy politik di abad kuno dan abad pertengahan menyatakan tidak ada perbedaan diantara ilmu politik dan tatasusila, bagi mereka ketertiban keduanya saling berhubungan.</span><br /><br /><span class="fullpost">Menurut Plato dan Aristotle negara lahir hanya untuk menghasilkan atau melangkah kepada arah yang lebih baik, sedangkan untuk meraih kebaikan tersebut dibutuhkan iringan nilai moral yang tinggi.</span><br /><br /><span class="fullpost">Dilain pihak Mahatma Gandhi Bapak bangsanya India menekankan kedekatan hubungan ilmu politik dan etika, dia mengatakan: politik yang kehilangan agama adalah sebuah perangkap kematian, karena mereka telah membinasakan jiwa. Agama disini diartikan sebagai tatasusila atau moral yang tinggi. Maka jika para philosophy dahulu menyamakan politik dan etika namun sekarang ide tersebut telah berubah, buktinya banyak para pejabat kita yang tidak mempunyai moral seperti apa yang digambarkan oleh philosophy-philosophy terdahulu.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span class="fullpost"><span lang="EN-US">3. Ilmu politik dan sosiologi</span></span></b></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari seluruh seluk beluk yang berhubungan dengan sosial. Banyak aspek yang dipelajari dalam ilmu sosiologi dimana berkait dengan kehidupan sosial, hubungan antar sesama, kekeluargaan, kasta, rumpun, bangsa, agama dan asosiasi kebudayaan, ekonomi dan organisasi politik, dari keseluruhan yang tersebut adalah pernyataan naluri dari khalayak sosial. Dapat diambil pernyataan bahwa masyarakat adalah lebih dahulu dari pada Negara. <br /><br /><span class="fullpost">Dahulu kala Negara hidup dikalangan masyarakat dengan sendirinya, dimana Negara tersebut berlanjut hingga ratusan ribu tahun dimanapun dan bervariasi pula dalam pertumbuhan dan pengembangannya. Bahkan sampai sekarang ini dimana berbagai bangsa telah menggapai kehidupan bermasyarakat akan tetapi tidak diperkuat oleh lembaga politik. Sosiologi adalah ilmu yang terkait kuat secara keseluruhan akan proses perkembangan kehidupan manusia, dimana jangkauan dan penjamahan ilmu sosilogi lebi luas layak pesatnya pertumbuhan manusia. </span><br /><br /><span class="fullpost">Disisi lain jangkauan ilmu politik bersifat terbatas. Ilmu politik bersifat menyusun atau mengatur disiplin atau aturan, dan mengenai secara praktis dengan keistimewaan dari aspek kehidupan sosial atau phenomena politik. Sosiologi juga mempelajari sesuatu yang tidak merupakan phenomena ilmu politik, sedangkan hak yang tidak merupakan phenomena perpolitikan bersifat diluar atau terlalu sulit dijangkau dengan ilmu politik.</span><br /><br /><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span class="fullpost"><span lang="EN-US">4. Ilmu politik dan sejarah</span></span></b></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Sejarah adalah riwayat hidup ummat manusia, Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari peradaban manusia, Melalui pelajaran ini segala ide- ide, kesuksesan dan peradaban manusia dikupas. Disini pula kita mengetahui kejadian- kejadian dahulu, gerak- gerik dan penyebab dimana memiliki timbal- baliknya pula.<br /><br />Disejarah juga terdapat pembahasan perkembangan ekonomi, sosial, agama, para cendekiawan, pergerakan artistik, perkembangannya dan juga membahas pertumbuhan dan kemunduran negara, organisasi dan sebab kegagalan mereka.<span class="fullpost"> </span><br /><br /><span class="fullpost">Ilmu sejarah sangat dekat hubungannya dengan Ilmu politik:</span><br /><span class="fullpost">Professor Seely mengatakan: Sejarah tampa ilmu politik laksana pohon tampa buah, sedangkan ilmu politik tampa sejarah bagaikan pohon tampa akar, dapat disimpulkan keduanya sangat berhubungan dekat.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><br /><span class="fullpost">Freeman mengemukakan histori atau sejarah adalah politik masa dahulu, sedangkan politik adalah sejarah dimasa kini.</span><br /><br /><span class="fullpost">Beberapa fakta sejarah seperti yang dikatakan oleh Appadorai bahwa terdapat bagian dasar dari ilmu politik, dimana fakta- fakta sejarah memberikan kita materi mentah dari ilmu politik. Maka bagaimanakah kita mengolah mentah tersebut sehingga bermamfaat bagi kita.</span><br /><br /><span class="fullpost">Point- point diatas menberikan kita informasi tentang asal- usul barang- barang berharga dari ilmu sejarah, kemajuan dan kemunduran negara disertai segala problema yang terjadi dalam prinsip bernegara. Studi banding dari institusi dan politik yang baik pada masa lalu membantu kita untuk memahami permasalahan dimasa kini.</span><br /><br /><span class="fullpost">Tiap- tiap masyarakat sudah pasti menghadapi suatu permasalahan, baik secara langsung dimana berakar dimasa dahulu kala, contohnya: kita memiliki warisan dari nenek moyang kita seperti: kastaisme, perkauman, dan sifat kedaerahan. Mempelajari ilmu sejarah dengan sendirinya akan membawa wawasan kita bahkan menolong kita dalam menyelesaikan fakta dasar dari permasalahan yang ada.</span><br /><br /><span class="fullpost">Ilmu politik akan samar bila tidak disertai dengan sejarah, dimana sejarah juga akan terlihat pincang bila tidak diiringi dengan ilmu politik. Kedua ilmu tersebut memiliki suatu keterkaitan yang tidak mungkin dipisahkan. Lebih jelasnya setiap sejarah pasti diiringi dengan sang hero atau nama- nama pemikir terdahulu, dimana ilmu politik mengupas segala bidang perkembangan suatu negara, dimana hal ini dikategorikan sebagai sejarah.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="EN-US">5. Ilmu politik dan psychology</span></b></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Psikologi adalah ilmu sifat, dimana fungsi- fungsi dan phenomena pikiran manusia dipelajari. Setiap tindak- tanduk dan aktifitas masyarakat dipengaruhi oleh akal individu. Sedangkan ilmu politik mempelajari aspek tingkah laku masyarakat umum. Maka sampai saat itu pula, ilmu politik berhubungan sangat dekat dengan Psikologi. <br /><br />Jika tindak- tinduk politik bisa diketahui dengan sepantasnya, maka akarnya terdapat dalam psikologi dalam pelaksanaan untuk menemukan hasil yang jelas.<br />Para pakar politik sampai saat itu juga mencoba untuk mempelajari tindak- tanduk politik dalam istilah ilmu psikologi. <br /><br /><span class="fullpost">Para tokoh terkemuka yang melaksanakan hal diatas adalah: Bagehot, Graham Wallas, MacDougall, Durkheim, Leo Bon, Harold Lassevell, dan George Catlin.</span><br /><br /><span class="fullpost">Menurut pengamatan Barker: penggunaan psikologis menunjukkan teka- teki dari aktifitas manusia dimana telah menjadi kebiasaan sekarang. Jika gagasan nenek moyang kita bersifat ilmu hayat atau biologis, maka kita berpikir secara ilmu jiwa. </span><br /><br /><span class="fullpost">Para sarjana yang berpikir secara ilmu jiwa menyatakan bahwa negara dan lembaga politik lainnya merupakan produksi dari pada pemikiran manusia. Jadi lembaga politik dan system diberbagai negara akan sukses dengan iringan keselarasan mental masyarakat didalam negara. </span><br /><span class="fullpost">‘’Pemerintahan yang stabil akan menjadi sangat terkenal.’’</span><br /><span class="fullpost">Menurut Garner: musti tergambar dan ditekan dari ideal mental serta moral sentiment dari mereka, dimana merupakan tombak dalam kekuasaan, singkatnya, semua itu musti terdapat dalam keselarasan dengan mental konstitusi dari bangsa.</span><br /><br /><span class="fullpost">Psikologi mengajarkan kita tentang sifat dasar manusia dan ini tidaklah sama disegala penjuru dunia, setiap komunitas memiliki mental dandanan sendiri. Setiap komunitas memiliki kegeniusan dan keistimewaan pandangan terhadap kehidupan. Beberapa komunitas mempunyai kesadaran yang tinggi untuk membangun politik yang baik, dimana sebagian masyarakat sebaliknya. </span><br /><br /><span class="fullpost">Alasan inilah yang menjawab kenapa tipe keistimewaan dari lembaga politik bisa berjalan sukses dibeberapa negara dan gagal pula terjadi disebagian negara.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><u><b><span lang="EN-US">PENUTUP</span></b></u></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span lang="EN-US" style="font-size: small;">Ilmu politik bukanlah ilmu yang bisa berdiri sendiri tampa didampingi oleh disiplin ilmu lainnya. Secara praktis keilmuan politik bisa dipisahkan namun dalam kontek pelaksanaan ilmu politik harus mengadopsi ilmu – ilmu yang berhubungan langsung. Dengan adanya kombinasi ilmu pengetahuan tersebut maka politkus akan menjadi orang yang bertanggung jawab dan sungguh – sungguh dalam menjalankan amanah rakyatnya, karna secara estimologi ilmu politik lebih mengarah kepada mayoritas bukan minoritas apalagi individu.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><span style="font-size: small;"><b><i><span lang="EN-US">Sumber Bacaan:</span></i></b></span><br /><span style="font-size: small;"><br /></span><br /><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;">1.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: small;">R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi.</span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;">2.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: small;">S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;">3.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: small;">Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;">4.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: small;">K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;">5.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: small;">A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72pt; text-align: left; text-indent: -18pt;"><span style="font-size: small;">6.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: small;">Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.</span></div></div>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-69292595528132524482011-09-27T09:38:00.000-07:002012-08-13T00:40:32.427-07:00PERTEMUAN I : APA ITU ILMU POLITIK<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:RelyOnVML/> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true" DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99" LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles></xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]><style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; text-align:center; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} </style><![endif]--> <br /><strong><span lang="EN-US" style="font-size: 14.0pt;">PENDAHULUAN</span></strong><br /> <strong><span lang="EN-US">Ilmu politik satu bidang ilmu yang sangat akrab dengan kehidupan masyarakat dewasa ini. Bagaimanapun manusia diseluruh dunia tidak bisa terlepas untuk hidup bersama yang dewasa ini disebut hidup dibawah satu wadah yaitu Negara.</span></strong><br /><br /> <u><strong><span lang="EN-US">Definisi dan lingkup ilmu politik</span></strong></u><br /> <span lang="EN-US"><br />Ilmu Politik merupakan Ilmu yang mempelajari Politik, untuk mengetahui lebih lanjut maka perlulah diketahui definisi Politik itu sendiri, yaitu:</span><br /><br /> <div align="left" class="MsoListParagraph" style="mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: left; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">1. Gambte: politik kumpulan dari satu wilayah kehidupan sosial seperti gander, ras, dan</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: left; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kelas sosial, sedangkan politik diartikan sebagai aspek dari keseluruhan kehidupan</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: left; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sosial, dan tidak hanya terpusat pada lembaga-lembaga pemerintah.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: left; text-autospace: none;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraph" style="mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: left; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> <span style="font-size: small;">2</span> . </span></span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Lefwich: Politik tdk terlepas dari kehidupan dan aktivitas publik. Politik menyangkut keseluruhan aktivitas dan kerjasama dan konflik di dalam atau antar masyarakat.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: left; text-autospace: none;"><br /></div><div align="left" class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: left; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">3<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">. </span></span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Deliar Noer: Politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang dimaksud untuk mempengaruhi dengan jalan mengubah atau mempertahankan<span style="mso-spacerun: yes;"></span>suatu bentuk susunan masyarakat.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><span lang="EN-US"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="EN-US">Politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menetukan tujuan-tujuan dari sistem tersebut dan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. (Miriam Budiarjo).</span><br /><div style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-indent: -18.0pt;"><span lang="EN-US"> <span style="mso-list: Ignore;"> </span></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span lang="EN-US"><span>5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="EN-US">Politik menyangkut “who gets what, when, and how” (Harold Laswell)</span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-indent: -18.0pt;"><span lang="EN-US"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="EN-US"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat, dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masayarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu. ( Ramlan Surbakti )</span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-indent: -18.0pt;"><span lang="EN-US"><span style="mso-list: Ignore;">7.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="EN-US">Menurut Bluntschli, Garner dan Frank Goodnow menyatakan bahwa ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari lingkungan kenegaraan.</span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-indent: -18.0pt;"><span lang="EN-US"><span style="mso-list: Ignore;">8.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="EN-US">Menurut Seely dan Stephen Leacock, ilmu politik merupakan ilmu yang serasi dalam menangani pemerintahan.</span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-indent: -18.0pt;"><span lang="EN-US"><span style="mso-list: Ignore;">9.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="EN-US">Dilain pihak pemikir Prancis seperti Paul Janet menyikapi ilmu politik sebagai ilmu yang mengatur perkembangan Negara begitu juga prinsip- prinsip pemerintahan, Pendapat ini didukung juga oleh R.N. Gilchrist.</span></div><span lang="EN-US"><br /><i>Ilmu politik secara teoritis terbagi kepada dua yaitu :</i></span><br /> <span lang="EN-US"><br /><b>a</b>. Valuational artinya ilmu politik berdasarkan moral dan norma politik. Teori valuational ini terdiri dari filsafat politik, ideologi dan politik sistematis.</span><br /> <span lang="EN-US"><br /><b>b</b>. Non valuational artinya ilmu politik hanya sekedar mendeskripsikan dan mengkomparasikan satu peristiwa dengan peristiwa lain tanpa mengaitkannya dengan moral atau norma.</span><br /> <span lang="EN-US">Sehubungan dengan definisi yang telah dikemukakan di atas, maka kita mengenal adanya konsep-konsep dasar Ilmu Politik, yaitu: </span><br /> <span lang="EN-US"><br /><strong><i>1. Negara</i></strong><b><i><br /></i></b>Menurut Prof. Miriam Budiarjo, Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangan melalui penguasaan (control) monopolistis dari kekuasaan yang sah.<br />Menurut Roger H. Soltau, Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat.<br />Syarat berdirinya suatu negara adalah memiliki wilayah, penduduk, pemerintah, dan kedaulatan. Sifat–sifat Negara adalah memaksa, monopoli, dan mencakup semua. Sedangkan tujuan akhir negara adalah menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya (bonum publicum, common good, common wealth).</span><br /> <span lang="EN-US"><br /><em><b>2. Kekuasaan</b></em><b><i><br /></i></b>Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan /tujuan dari perilaku.(Miriam Budiarjo)<br />Menurut Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam Power and Society: “ Ilmu Politik mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.”<br />Sedangkan menurut W.A Robson dalam The University Teaching of Social Sciences: “Ilmu Politik mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, … yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup dan hasil-hasil. Focus perhatian sarjana ilmu politik…tertuju pada perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain, atau menentang pelaksanaan kekuasaan itu.”</span><br /> <span lang="EN-US"><br /><em><b>3. Pengambilan Keputusan</b></em><b><i><br /></i></b>Keputusan (decision) adalah membuat pilihan diantara beberapa alternatif, sedangkan istilah Pengambilan Keputusan (decision making ) menunjuk pada proses memilih berbagai aternatif yang ada untuk kebijakan publik. Pengambilan keputusan sebagai konsep pokok dari politik menyangkut keputusan-keputusan yang diambil secara kolektif dan yang mengikat seluruh masyarakat. Keputusan-keputusan itu dapat menyangkut tujuan masyarakat, dapat pula menyangkut kebijakasanaan-kebijaksanaan untuk mencapai tujuan tersebut (Miriam Budiarjo).<br />“The process of making government policies” (Ranney)</span><br /> <span lang="EN-US"><br /><em><b>4. Kebijaksanaan Umum (public policy)</b></em><b><i><br /></i></b>Merupakan suatu keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan caa-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Pada prinsipnya pihak yang membuat kebijsanaan tersebut memiliki kekuasaan untuk melaksanakannya. (Miriam Budiarjo)</span><br /> <span lang="EN-US"><br /><em><b>5. Pembagian (distribusi) dan alokasi (allocation)</b></em><b><i><br /></i></b>Merupakan pembagian dan penjatahan dari nilai-nilai (values) dalam masyarakat. Menurut para ahli politik membagikan dan mengalokasikan nilai-nilai secara mengikat dan seringkali pembagian ini tidak merata dan karena itu menyebabkan konflik.</span><br /> <br /> <b><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-style: italic; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">PENUTUP</span></b><br /> <span style="font-size: small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Setelah mempelajari bab ini kita dapat mensimpulkan bahwa ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari Negara serta percabangannya, sedangkan politik adalah taktik atau cara untuk meraih kekuasaan. Jelaslah jika perpolitikan kita dewasa ini terburuk dikarenakan pemahaman pemimpin kita terhadap politik adalah kekuasaan bukan pengabdian terhadap rakyat.</span></span><br /><br /><br /> <i><b><span lang="EN-US">Sumber Bacaan:</span></b></i><br /><br /> <div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: left; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt;">R. C. Agarwal ( 2008 ) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi.</span></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: left; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt;">S. N Dubey ( 2007 ) Political Science Theory. Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt;">Carlton Clymer Rodee, Thomas H. Greene ( 2006 ) Pengantar Ilmu politik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: left; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt;">K. K Mishra ( 2005) Political Theory. S. Chand & company Ltd, Ram Nagar, New Delhi</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="text-align: left;"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: left; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt;">A.C Kapur ( 2006 ) Principles Of Political Science. . Lakshmi Narain Agarwal, sanjay Place – Agra.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><br /></div><div align="left" class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 72.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: left; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-size: 12.0pt;">Budiarjo, Miriam. 2004. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.</span></div></div>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-45311201635170463662011-06-07T21:32:00.000-07:002012-08-13T00:33:16.051-07:00Siapa Calon Kuat Di Pemilu Presiden 2014?<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih0s2XVadvgZmUnqGudNihqDv-SvFhgOVll4FHKi1s0b-QC-ihQNPImJsmdHK-U2HVxK9B98pVQ6ZaMqF5g3Sy5KQajVZ7zNG2cmK6fCLaLetj2DhRYGP01yCVqUcVoccodh1LBCRUdFg/s1600/calon+presiden+2014.jpg"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 400px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih0s2XVadvgZmUnqGudNihqDv-SvFhgOVll4FHKi1s0b-QC-ihQNPImJsmdHK-U2HVxK9B98pVQ6ZaMqF5g3Sy5KQajVZ7zNG2cmK6fCLaLetj2DhRYGP01yCVqUcVoccodh1LBCRUdFg/s400/calon+presiden+2014.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5615708971285582946" border="0" /></a><span style="font-size:130%;"><br /></span> <span style="font-weight: bold;font-size:130%;" >Din Syamsudin Menjagokan Mahfud MD</span><br /><br />Isu pencalonan Mahfud MD dalam <span style="font-style: italic;">Pemilihan Presiden (pilpres)</span> 2014 mulai ramai diperbincangkan. Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin pun menilai Mahfud layak menjadi capres atau cawapres 2014 mendatang.<br /><br />"Ketua Mahkamah Konstisusi (MK) itu sebagai lembaga negara yang penting dan bergengsi. Siapa saja yang sudah sampai pada tingkat itu kan qualified lah untuk jadi capres atau cawapres," kata Din usai jumpa pers di kantor <span style="font-style: italic;">PP Muhammadiyah</span>, Jl Menteng Raya, Jakarta Pusat, Kamis (2/6/2011).<br /><br />Menurutnya, Mahfud mempunyai hak untuk dipilih atau memilih. Terutama <span style="font-weight: bold;">Mahfud MD</span> berada dalam posisi dan kapasitas tertentu yang mempunyai hak dan layak untuk dicalonkan sehingga wajar bila ada pihak yang mengusung ketua MK itu.<br /><br />Namun Din membantah pertemuannya dengan Mahfud sebagai langkah awal Muhammadiyah mendukung pencalonan tersebut. Din mengatakan mereka tidak membahas soal politik negara melainkan politik dakwah.<br /><br />"Kita tidak bicara itu, Muhammadiyah dalam hal seperti itu (politik negara) tidak terlibat karena bukan parpol dan tidak menjalankan politik praktis kekuasaan. Tapi kalau politik kebangsaan dan politik dakwah memang bagian dari Muhammadiyah. Apa yang kami bicarakan itu bagian dari politik dakwah, politik kebangsaan, dan politik kenegaraan untuk mendorong perbaikan kehidupan bangsa," terangnya.<br /><br />Tapi parpol sering mengincar lembaga dakwah yang memiliki suara banyak?<br /><br />"Ya itu parpol, Muhamadiyah kan bukan parpol. Kita merasa di atas parpol, jadi tidak bicara seperti itu," ujarnya.<br /><br />Sementara itu, menanggapi pernyataan Wasekjen Partai Demokrat (PD) Ramadhan Pohan yang mengatakan ada pihak yang ingin menggerogoti PD, Din hanya berpesan bijak. "Parpol tidak akan terbebas dari penggerogotan lawan-lawan politiknya. Itu adalah bagian dari praktik politik yang walau pun tidak sehat. Oleh karena itu sama-sama sadarlah. Jangan saling menggerogoti kalau tidak mau digerogoti," imbuh Din. (Sumber: <a href="http://www.detiknews.com/read/2011/06/02/230137/1652508/10/din-mahfud-md-layak-jadi-capres-di-pilpres-2014">Detik</a>)<br /><br /><h1 style="font-weight: bold;"><span style="font-size:85%;">Aburizal Bakrie Belum Memutuskan Maju Pilpres 2014</span></h1><br />Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat <span style="font-style: italic;">Partai Golkar</span> <span style="font-weight: bold;">Aburizal Bakrie</span> menyatakan belum memutuskan untuk maju sebagai kandidat pada Pemilihan Presiden 2014. <p><span id="more-74881"></span>“Saya maupun Partai Golkar belum memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai kandidat, meskipun sudah banyak suara yang menyatakan dukungan ke arah sana,” katanya di Bandarlampung, Jumat [13/05].</p> <p>Menurut pria yang biasa disapa Ical itu, keputusan untuk menentukan nama kandidat yang akan diusung Partai Golkar pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 baru akan keluar pada akhir 2012. Ia juga menegaskan belum tentu dirinya yang akan maju dan dipilih Partai Golkar sebagai kandidat, karena semuanya akan melalui prosedur yang telah ditentukan.</p> <p>“Hingga saat ini belum terpikirkan siapa yang akan diusung, namun pasti putera-puteri terbaik yang akan menjadi kandidat pilihan Partai Golkar,” katanya. Aburizal Bakrie menyatakan hal itu saat menjawab pertanyaan salah satu mahasiswi Universitas Lampung saat memberikan kuliah umum tentang kewirausahaan di kampus setempat.</p> <p>Mahasiswi dari Fakultas Keguruan Ilmu <span style="text-decoration: underline;"></span>Pendidikan ini menanyakan kepada Ical tentang upaya penegakan harkat dan martabat guru apabila mencalonkan diri sebagai Presiden pada 2014.</p> <p>Pertanyaan tersebut menjadi satu-satunya pertanyaan yang bersifat “politis” dalam kuliah umum mengenai kewirausahaan di kampus itu. Kuliah umum selama satu setengah jam itu bertema “Menanamkan semangat dan jiwa kewirausahaan untuk membangun Indonesia yang mandiri”.</p> <p>Dalam kesempatan tersebut Ical menekankan tentang pentingnya semangat kewirausahaan yang dimiliki setiap mahasiswa di Indonesia. “Saat ini adalah era persaingan ‘person per person’, artinya setiap pribadi, saat ini dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan dengan cakupan luas, selain memiliki karakter kebangsaan yang kuat,” katanya.</p> Kuliah umum yang dimoderatori Pembantu Rektor III Universitas Lampung Prof Sunarto itu juga diikuti Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) I Partai Golkar Lampung Alzier Dianis Thabrani, serta sejumlah pengurus teras DPP Partai Golkar. (Sumber: <a href="http://beritasore.com/2011/05/13/aburizal-bakrie-belum-memutuskan-maju-pilpres-2014/">Berita Sore</a>)<br /><span style="font-size:130%;"><br /><span style="font-weight: bold;">Calon Presiden PKS Tampil di Pilpres 2014</span></span><br /><br />Tifatul Sembiring menginginkan pada Pemilihan Presiden 2014 terdapat kader Partai Keadilan Sejahtera yang maju menjadi calon presiden.<br /><br />"Ombak berguling airnya menderu di Pantai Anyer. Selamat datang di gedung baru, Pemilu Presiden mendatang, PKS nyalon presiden,” kata Presiden PKS itu ketika meresmikan kantor DPP PKS Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Senin 3 Agustus 2009.<br /><br />Itulah sebabnya, <span style="font-style: italic;">Tifatul</span> berharap semua kader dan simpatisan mendukung perkembangan partai.<br /><br />Dengan demikian, pada Pemilihan Presiden 2014, partai ini betul-betul dalam kondisi prima untuk memenangi putaran pemilihan.<br /><br />Tapi dalam pidato peresmian kantor baru hari ini, <span style="font-style: italic;">Tifatul</span> belum menyinggung siapa tokoh yang tengah disiapkan <span style="font-weight: bold;">PKS</span> untuk maju ke Pemilihan Presiden itu.<br /><br />Tetapi, dia menjelaskan bahwa sesungguhnya banyak kader partai yang memiliki sumber daya manusia yang mantap.<br /><br />PKS merupakan partai berbasis Islam yang sekarang merambah masuk ke basis nasionalis untuk menambah dukungan.<br /><br />Partai ini mengalami perkembangan pesat di dua Pemilu. Pada Pemilu 2009, partai ini berhasil mempertahankan posisi sebagai partai bergengsi.<br /><br />Di Pemilihan Presiden 2009, mereka bermitra dengan <span style="font-weight: bold;">Partai Demokrat</span> untuk mengusung calon presiden <em>incumbent </em><span style="font-weight: bold;">Susilo Bambang Yudhoyono</span>.<br /><br />Koalisi yang didukung sejumlah partai lainnya itu berhasil menjadi kan SBY-Boediono keluar sebagai pemenang. (Sumber: <a href="http://politik.vivanews.com/news/read/79808-calon_presiden_pks_tampil_di_pilpres_2014">Vivanews</a>)Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-26281629612621954892010-11-06T07:42:00.000-07:002012-08-13T00:33:16.073-07:00Politik PencitraanPresiden SBY selalu cepat merespon keluhan masyarakat. Namun respon tersebut tidak langsung terealisasi dalam bentuk solusi karena SBY terjebak permainannya sendiri <span style="font-style: italic;">berpolitik citra</span>.<br /><br />"Pemerintahan Presiden Yudhoyono terperangkap pada <span style="font-style: italic;">politik pencitraan</span>. Yakni pencitraan tentang keseriusan Presiden, pencitraan bahwa Pemerintah bekerja keras, dan pencitraan bahwa kebijakan Pemerintah berpihak kepada rakyat," ujar Pengamat Politik LIPI Syamsudin Haris.<br /><br />Hal itu dikatakan Syamsuddin dalam Seminar Nasional Sehari "Membangun Rumah Indonesia, Memihak Bangsa Sendiri" di kantor LIPI, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (3/8/2010).<br /><br />Syamsuddin menyampaikan, yang dilakukan SBY itu justru menghambat langkahnya dalam mensejahterakan rakyat. Krisis tabung gas misalnya, belum juga dituntaskan oleh Pemerintah.<br /><br />"Indikasi paling jelas bahwa komitmen Presiden Yudhoyono hanya pada tingkat wacana atau pidato belaka yang tampak dalam penegasan komitmennya tentang kebijakan Pemerintah pro rakyat," kritik Syamsudin.<br /><br />Kelambanan SBY mengambil keputusan dirasakan Syamsudin justru semakin menyusahkan rakyat. Kenaikan BBM yang ditunda-tunda justru mengakibatkan kelangkaan stok karena ulah usil pengusaha.<br /><br />"Sehingga membuka peluang bagi para spekulan BBM untuk memanfaatkan situasi ketidakpastian dan akhirnya berdampak pada kesulitan yang dihadapi rakyat," terang Syamsudin.<br /><br />Selain itu, Syamsudin menyampaikan, kecenderungan yang sama juga berlangsung di bidang pangan dan pertanian. Dalam berbagai kesempatan Presiden SBY mengatakan pemerintahannya memberdayakan petani dan pro pertanian.<br /><br />"Tapi secara faktual, kebijakan terhadap komoditas beras misalnya, keberpihakan Pemerintah belum tampak. Pemerintah kita hanya menerapkan tarif impor 30 persen, sehingga petani kita megap-megap terus," keluhnya.<br /><br />Sumber: <a href="http://www.detiknews.com/read/2010/08/03/162458/1412868/10/sby-dinilai-banyak-terjebak-politik-pencitraan">Detik</a>.<br /><br />Apa yang bisa dipelajari dari Kongres II Partai Demokrat? Jika ingin digambarkan maka bisa diwakilkan dalam satu kalimat yakni kalahnya politik pencitraan dengan pendekatan kultural.<br /><br />Andi Mallarangeng yang begitu menggebu-gebu sejak mendeklarasikan pencalonannya beberapa bulan lalu, kalah telak pada pemungutan suara pemilihan ketua umum Partai Demokrat di Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Bandung Barat, Minggu.<br /><br />Perolehan suara Andi kalah jauh dibanding dua saingannya, Anas Urbaningrum dan Marzuki Alie.<br /><br />Padahal, jika masyarakat dan peserta kongres melihat baliho dan spanduk yang ditebarkan Andi di penjuru Kota Jakarta, Bandung dan di arena kongres, tentu bisa menggetarkan lawan.<br /><br />Tidak hanya baliho dan spanduk, kubu Andi juga "menyerang" dengan iklan di televisi. Bila melihat komposisi pemilih, pilihan iklan di televisi kurang mengena karena para pemilih bukanlah masyarakat umum, tetapi audiens terpilih, yakni pengurus cabang (DPC) dan pimpinan daerah (DPD).<br /><br />Mereka adalah pemilih cerdas yang menjatuhkan pilihan atas pemikiran rasional, bukan terpedaya dengan iklan.<br /><br />Bukan hanya melalui baliho dan iklan, kubu Andi yang didukung oleh lembaga <span style="font-style: italic;">pencitraan</span> profesional, Andi juga menarik Edhie Baskoro atau Ibas, yang juga putra bungsu pasangan Susilo Bambang-Yudhoyono, ke jajaran tim pendukungnya. Ibas digadang-gadang ke mana saja Andi berkampanye.<br /><br />Lalu tersebar info bahwa Cikeas mendukung Andi dan itu dipresentasikan oleh kehadiran Ibas di kubu Andi.<br /><br />Namun, lihatlah kenyataannya. Andi kalah telak pada pemilihan ketua umum putaran pertama.<br /><br />Pemilihan ketua umum putaran pertama menghasilkan 236 suara (45 persen) untuk Anas Urbaningrum, 82 suara (16 persen) untuk Andi Malarengeng dan 209 suara (40 persen) untuk Marzuki Alie. Sejumlah 2 suara tak sah dan dua peserta tidak menggunakan hak suaranya.<br /><br />Karena tak ada yang meraih 50 persen plus 1 suara, maka diadakan pemilihan putaran kedua yang diikuti oleh Anas dan Marzuki.<br /><br />Semua upaya di atas mungkin merupakan perhitungan matang dari kubu Andi bahwa dia, meski populer di kalangan masyarakat sebagai Juru Bicara Presiden selama lima tahun, tetapi tidak dekat dengan pengurus DPC dan DPD.<br /><br />Dia seperti menara gading yang terlihat bagus dari jauh tetapi terasing dari kader dan pengurus Demokrat di daerah. Mungkin jika dia tidak melakukan upaya pencitraan, iklan di televisi, baliho, spanduk dan pernyataan di pers secara intensif, suara yang diperolehnya kurang dari 82.<br /><br />Terlepas dari itu semua Andi mengakui dirinya kurang intensif mendekati pengurus cabang dan pimpinan daerah sehingga perolehan suaranya pada putarannya paling kecil, yakni 82 (16 persen).<br /><br />Kepada pers seusai pemungutan suara, Andi mengatakan dirinya lama menjadi juru bicara presiden sehingga tidak cukup waktu mendekati pengurus daerah.<br /><br />Dia menyatakan calon lain, seperti Marzuki yang lima tahun menjadi sekjen PD dan Anas yang menjadi pengurus partai memiliki waktu yang cukup mendatangi daerah.<br /><br />Andi yang kini menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga mengucapkan selamat kepada siapa pun yang terpilih nanti. Dia juga memberi apresiasi kepada peserta kongres yang sudah menunjukkan kepada masyarakat bagaimana demokrasi berproses di tubuh partai pemenang Pemilu 2009 itu.<br /><br />Tak Cukup Pencitraan<br />Kekalahan Andi itu menguatkan pendapat jika ingin berhasil di dunia <span style="font-style: italic;">politik</span> maka tidak cukup dengan upaya pencitraan saja. Setiap calon harus turun ke daerah, mendatangi konstituennya, berdialog dan menanam persepsi yang sama tentang visi dan misi partai.<br /><br />Anas ketika ditanya tentang baliho lawan politiknya, mengatakan, "Baliho saya ada di hati pemilih."<br /><br />Anas dan Marzuki memang minim dengan baliho dan spanduk. Manuver yang dilakukan hanya sekali-kali. Tidak ada pernyataan bombastis menjelang kongres. Kematangannya baru terlihat di saat kongres.<br /><br />Jika ditilik lebih jauh, hasil penghitungan suara putaran pertama Kongres II Demokrat di luar perhitungan sejumlah pihak, termasuk dari kubu tim sukses ketiga calon.<br /><br />Sebelumnya Kubu Andi sangat yakin akan memperoleh sekitar 300 suara sehingga berani melontarkan usulan aklamasi. Namun, pada saat tes pertama pemungutan suara untuk percepatan jadwal pemilihan ketua umum yang digagas kubu Marzuki, pada Sabtu (22/5), kubu Andi hanya mendapat 130 suara, dan sisanya untuk kubu Anas dan Marzuki.<br /><br />Pada Sabtu (22/5) malam usai pemungutan muncul rumor Andi akan mundur dari pencalonan karena 130 suara tidak cukup untuk maju ke babak kedua yang mensyarat 25 persen suara dari 533 total suara.<br /><br />Namun, ternyata Andi tetap maju dan perolehan suaranya merosot jauh menjadi 82 suara saja. Sebelum hasil penghitungan usai, Andi sudah meninggalkan posisinya di panggung dan melayani wawancara dengan televisi swasta.<br /><br />Sementara di kubu Anas sebelumnya muncul optimisme akan meraih 270 suara, lebih dari 50 persen plus 1, sehingga pemungut suara cukup satu putaran.<br /><br />Juru Bicara Tim Anas, Ruhut Sitompul, kepada pers mengatakan, Sabtu (22/5) malam semua pendukung Anas berkumpul di sebuah hotel dan tidur bersama di lobi.<br /><br />"Ketika ditanya mengapa kalian tidak pulang ke hotel, mereka (pengurus DPD dan DPC) bilang kami takut serangan fajar, Bang," kata Ruhut mengutip pernyataan pendukungnya.<br /><br />Ruhut juga menyatakan, dia sedang berpikir bagaimana menahan air mata jika Anas menang satu putaran. Kenyataannya, Anas hanya mendapat 236 suara, meski perolehannya tertinggi tetapi jumlahnya tidak sesuai dengan perkiraan kubunya.<br /><br />Kuda Hitam<br />Di luar dugaan Marzuki, si kuda hitam, mendapat peroleh suara di luar perkiraan banyak pihak. Uji coba peroleh suara melalui usulan pemilihan ketua umum yang dipercepat agaknya melambung citranya.<br /><br />Dia mengalahkan Andi yang semula dijagokan dan memiliki baliho serta spanduk dukungan di mana-mana. Marzuki memperoleh 209 suara.<br /><br />Artinya, terjadi perpindahan suara Andi ke Anas dan Marzuki yang sangat siginifikan. Pada putaran kedua, publik menanti akan kemana Andi dan pendukungnya akan melimpahkan suaranya.<br /><br />Sebelumnya, Ahmad Mubarok, Ketua Tim Pemenang Anas, mengatakan posisi Sekjen Partai Demokrat akan diberikan kepada Edhie Baskoro (Ibas), meski tawaran itu belum dibicarakan secara serius dengan Anas.<br /><br />Sejumlah pengamat menilai, kekalahan Andi karena SBY tidak memberi isyarat mendukung Andi pada saat pidato pembukaan Kongres. SBY justru mengingatkan agar tidak melakukan politik uang.<br /><br />Sikap netral SBY menghidupkan demokrasi di kongres partai pemenang Pemilu 2009 itu, meskipun kubu yang didukung oleh anaknya kalah telak.<br /><br />Setidaknya Partai Demokrat sudah menunjukkan bahwa mereka bukan partai keluarga (partai yang didominasi keluarga) seperti yang dikhawatirkan banyak pihak.<br /><br />Sumber: <a href="http://www.antaranews.com/berita/1274615355/tewasnya-politik-pencitraan-di-kongres-ii-demokrat">Antara</a>.<br /><br />Seorang filsuf berkebangsaan Jerman Friedrich Nietzhe pernah berucap “Tuhan telah mati”. Kini dalam nada yang hampir sama, Anas Urbaningrum yang naik ke podium dan mengucap “pencitraan telah mati”. Anas memang tidak mengucapkan itu secara verbal, namun secara tersirat, “sang pangeran biru” itu pastinya tidak akan menyangkalnya. Pencitraan disini adalah pola kampanye yang hanya mengandalkan kampanye udara tanpa pernah menjejakkan kaki ke tanah. Kemenangan Anas, sekaligus membuktikan bahwa suara arus bawah tidak goyah dikepung oleh iklan-iklan politik. Rival terberatnya adalah Marzuki Ali, senior dan sekaligus ketua DPR. Namun, sekali lagi, faktor senioritas juga tidak mampu membendung laju kemenangan Anas Urbaningrum. Anas Urbaningrum (AU), dalam putaran kedua pemilihan ketum Partai Demokrat ini, berhasil mengumpulkan 280 suara. Sedang Marzuki Alie (MA) meraih 248 suara.<br /><br /> Ada beberapa faktor yang bisa kita nilai sebagai kunci kemenangan Anas. Pertama, Anas sudah membuat investasi politik sejak dini di tubuh partai. Posisi yang dijabatnya sebagai Ketua DPP Bidang Politik,membuat interaksi politik dengan arus bawah sebagai pemilik mandat suara lebih terjaga. Dengan posisinya di DPP itu pula, Anas memainkan negosisasi dan bargain politik dengan proses politik arus bawah di DPC-DPC. Interaksi yang intens membuat hubungan emosional dan iman politik tersampaikan dengan baik. Kedua, Karakter pribadi yang santun, cerdas dan berwibawa. Anas tahu betul bahwa karakter pribadinya sangat cocok dengan positioning Partai Demokrat yang juga selaras dengan karakter pribadinya. Proses pelembagaan nilai-nilai yang dimiliki partai membuat kader-kader demokrat yang mempunyai hak suara dalam kongres dibuat nyaman dengan sosok Anas.<br /><br /> Ketiga, pengalaman politik sejak dini. Guru terbaik adalah pengalaman. Anas sebenarnya bukan anak kemarin sore dalam panggung perpolitikan tanah air. Karirnya sejak menjadi aktivis HMI sampai kemudian menjadi ketua fraksi demokrat di Senayan tergolong cukup mulus untuk usia yang masih muda. Ini adalah rajutan track record yang tidak bisa disangkal sebagai sebuah prestasi politik yang brillian. Ibarat kita membeli barang elektronik dengan rumusnya “harga tidak pernah bohong”, begitu pula dalam melihat kualitas pemimpin, diktumnya berbunyi “track record tidak bakal bohong”. Dalam usianya yang masih 41 tahun, dengan jabatan sebagai ketua partai terbesar di Indonesia, menunjukkan siapa sebenarnya beliau.<br /><br /> Keempat, dukungan SBY. Walau tidak tersurat, SBY sedang memainkan politik tebar jala. Artinya, siapapun ketuanya, yang menang tetap SBY. Menempatkan anaknya, Eddi Baskoro ke dalam kubu Andi Malaranggeng adalah satu sisi. Sisi lain, pada saat menjelang putaran kedua, kita sebenarnya bisa mencerna bahasa politik SBY dalam pidato singkatnya agar pemilihan dilakukan demokratis dan tidak ada tekanan. Demokratis dan tanpa tekanan adalah simbol kedaulatan rakyat, yang juga berarti suara pemilih tidak tunduk pada kekuatan politik tertentu dan hanya berdaulat pada sang pemilik suara. Pada saat itu, suara AM yang hendak diperebutkan, dan sesuai dengan pidato SBY, suara AM akhirnya punya otonomi atas hak politiknya masing-masing. Padahal AM sudah mengumumkan pelimpahan dukunganya pada Marzuki Ali. Pelimpahan dukungan akhirnya tidak bulat, karena hampir setengah lebih suara AM pindah ke kubu Anas. Menurut penulis, SBY sengaja bersikap netral dan cenderung membiarkan tiga kandidat bertarung habis-habisan sejak awal. Sambil menunggu dan melihat kandidat yang paling berpeluang menang. SBY tidak ingin berhadapan dengan konflik jika mendukung terang-terangan salah satu calon. Kalaupun ada beberapa sinyal, itupun tidak bisa di-judge oleh pihak yang kalah sebagai dukungan SBY. Terlihat disini bagaimana SBY juga bermain cantik mengamankan posisinya. Hal ini pula yang dianggap sebagai faktor penentuan kalahnya Marzuki. Posisi Marzuki sebagai ketua DPR mungkin terlalu sulit untuk dikendalikan SBY sehingga kemudian memberi sinyal halus mendukung Anas.<br /><br /> Terlepas dari faktor kekalahan Marzuki Ali, ada hal yang menarik dari kongres demokrat kemarin, yakni matinya iklan politik. Beberapa analisis kemenangan Anas, berbanding terbalik dengan tersingkirnya Andi di putaran pertama, banyak pertanyaan kenapa Andi dengan Ibas sebagai simbol Cikeas, bisa kalah ? Restu Cikeas kepada Andi dengan representasi Ibas adalah klaim. Tidak pernah ada tanda-tanda Cikeas mendukung Andi. Penempatan Ibas di kubu Andi bisa dibaca sebagai kebebasan Ibas dalam memilih calon pemimpin atau bisa juga dibaca sebagai strategi politik SBY untuk sekedar menebar pengaruh . Karena rumus politik SBY adalah siapapun yang menang, pemenang sejati adalah SBY,maka penempatan Ibas tidak terlalu menjadi perhitungan politik yang bisa menggoyahkan kewibawaan Cikeas jika Andi kalah. Rumus politik SBY terbukti dengan posisinya sebagai ketua dewan pembina sekaligus menjadi ketua majelis tinggi partai yang memiliki kewenangan yang sangat superpower. Kewenangan tersebut antara lain menentukan formatur pembentukan kabinet Anas sampai pengambilan keputusan strategis partai,pembentukan koalisi dan penentuan calon presiden dan wakil presiden. Jika dilihat dari kewenangan majelis tinggi tersebut, maka fungsi ketua umum hanyalah sebagai pembawa obor. Yang terang bersinar tetap SBY.<br /><br /> Selain itu, Andi jarang menjalin interaksi politik di akar rumput. Posisinya sebagai juru bicara presiden dan menteri pemuda dan olah raga tentunya bukan pintu yang tepat untuk membangun relasi politik dengan DPC-DPC. Akhirnya, iklan politik menjadi senjata pamungkas menutupi kelemahan itu. Namun, Andi lupa bahwa kampanye udara saja tidaklah cukup. Kampanye darat untuk pemilih sekelas partai masih sangat menentukan. Inti <span style="font-style: italic;">pencitraan</span> dalam ajang politik seringkali dan kebanyakan adalah membangun kesadaran palsu bagi khalayak yang menjadikan sosok yang dimunculkan nampak sempurna. Hal itu mungkin bisa dikenakan pada khalayak yang memiliki kesadaran pasif namun tidak bagi khalayak aktif seperti anggota internal partai. Menurut Jean Baudrillard, filsuf dan pakar komunikasi Perancis, media merupakan agen simulasi (peniruan) yang mampu memproduksi kenyataan (realitas) buatan, bahkan tidak memiliki rujukan sama sekali dalam kehidupan kita. Teori Baudrillard masuk akal dihubungkan pada banyaknya iklan-iklan di televisi, radio, dan media cetak menampilkan tokoh-tokoh dengan bendera satu partai politik di belakangnya. Para tokoh politik memproduksi kenyataan buatan bermuatan politis agar mendapatkan dukungan di kongres. Proses dramatisasi ditunjukkan dengan mengangkat tema besar yang sensitif dan populer di hadapan pemilih.<br /><br /> Demokrat membuktikan iklan politik bukan rumus sakti menghasilkan pemimpin. Politik hati yang dibangun jauh-jauh hari masih ada dalam kongres kemarin. Kekalahan Andii itu menguatkan pendapat, jika ingin berhasil di dunia politik maka tidak cukup dengan upaya pencitraan saja. Setiap calon harus turun ke daerah, mendatangi konstituennya, berdialog dan menanam persepsi yang sama tentang visi dan misi partai. Andi lupa yang dihadapinya bukan segerombolan massa rakyat yang mudah tertipu dan terombang-ambing oleh iklan dan spanduk siapa yang paling banyak. Itu semua karena Andi lupa, dan sekali lagi lupa bahwa dia ”menggunakan meriam untuk membunuh nyamuk”.Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-57707553987423671572010-10-22T21:14:00.000-07:002012-08-13T00:33:16.091-07:00Mendesakkan Agenda Rakyat Dalam PemilukadaDalam moment-moment hajatan politik (Pemilu/<span style="font-style: italic;">Pemilukada</span>), kiai atau ulama sering kali dijadikan target “silaturahmi politik”. Ini di antaranya karena kiai dianggap memiliki pengaruh dan kharisma di masyarakat. Fenomena ini menarik perhatian banyak politisi, terutama saat Pilkada seperti sekarang, karena dengan mendekat ke para kiai, berarti mereka sedang mendekat ke penarik suara masyarakat.<br /><br />Mereka beramai-ramai “meminta restu dan doa” dari sang kiai, agar kelak dipilih masyarakat. Atau, dan ini yang lebih banyak sesungguhnya, sang politisi dapat dukungan dari jama'ah atau santri dan masyarakat yang selama ini makmum sama kiai.<br /><br />Fenomena kiai dijadikan sebagai komoditas politik adalah bagian tersendiri wajah perpolitikan bangsa ini. Ketika moment-moment tertentu, seperti Pemilu/Pilkada, kedudukan kiai diangkat dan diistimewakan. Setelah itu, biasanya kiai dan masyarakat lainnya kurang dilibatkan dalam merumuskan kebijakan yang justru terkait dengan nasib masyarakat banyak itu sendiri. Dalam hal ini, nampak jelas bahwa politisi melibatkan kiai dan tokoh masyarakat lainnya lebih untuk kepentingan sebagai alat penarik suara (vote gater) dalam Pemilu/<span style="font-style: italic;">Pemilukada</span>.<br /><br />Yang berkembang kemudian adalah pembodohan terhadap rakyat dalam hal berdemokrasi, di mana standar kualitas calon pemimpin daerah diukur dengan seberapa sering ia 'pamer kebaikan' dan 'kedermawanan' di hadapan rakyat. Sementara itu persoalan-persoalan yang menjadi kebutuhan rakyat banyak, justru kurang tersentuh. Seperti kemiskinan, terbukanya lapangan pekerjaan, bahkan pendidikan dan kesehatan rakyat, hampir tidak dibahas secara serius dan tuntas. Dalam Pilkada kali ini, hampir bisa dikatakan tidak ada evaluasi serius yang diketahui banyak orang, mengenai sejauh mana pemerintah daerah melakukan tugasnya dalam memberikan pelayanan publik terkait soal-soal tersebut.<br /><br />Sehingga tidak aneh apabila belakangan muncul apatisme masyarakat terhadap Pemilu/<span style="font-style: italic;">Pemilukada</span>. Mereka lebih tertarik pada “duit” yang dibagikan para calon, ketimbang program-program, misi dan visi yang ditawarkan calon. Begitu juga dengan kiai dan tokoh masyarakat lainnya, mereka lebih sibuk 'dukung-mendukung' calon-calon pemimpin daerah, ketimbang memberikan tausyiah kepada calon dan masyarakat agar menjalankan proses demokrasi dengan baik, jujur, adil, memperhatikan nasib rakyat banyak dan jauh dari politik uang (money politic).<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Agenda </span><span style="font-style: italic;">Pemilukada</span><span style="font-weight: bold;"> Cenderung Elitis</span><br /><br />Keanehan dalam Pilkada sebagaimana di atas, timbul karena memang persoalan kehidupan rakyat kurang menjadi agenda utama. Justru agenda utamanya adalah dukung-mendukung kandidat. Di mana kandidat dipromosikan begitu sempurna, dengan beragam spanduk, baliho, ditambah dengan berbagai jargon dan janji-janjinya. Kegiatan selebrasi kandidat, yang menjadikan kandidat bagai artis yang rajin dipromosikan, nampaknya mengalahkan pembahasan masalah-masalah kerakyatan.<br /><br />Sementara itu di tingkat lokal, konstalasi politik dalam <span style="font-style: italic;">Pemilukada</span> biasanya tidak lebih berupa perpaduan antara politik uang (money politics) dengan premanisme (gangsterisme). Sepanjang tahun 2005 yang lalu, tema-tema Pilkada hanya berkisar pada godaan uang, penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power), dan ancaman 'kekerasan' bagi pihak yang berseberangan.<br /><br />Konstalasi di atas diperparah dengan kondisi objektif dan subjektif rakyat lokal kita yang sedang dirundung berbagai persoalan. Satu di antaranya kemampuan daya beli mereka yang amat merosot sejak terus menaiknya harga BBM.<br /><br />Di banyak tempat, kondisi objektif dan subjektif seperti itu mendorong terjadinya jual beli suara dalam pilkada. Rakyat yang sedang dirundung malang, sementara para kandidat berlimpah uang, akhirnya bertemu dalam satu titik kepentingan: rakyat butuh uang, kandidat butuh dukungan suara. Inilah "demokrasi yang terjual-belikan" dalam pilkada.<br /><br />Di tahun-tahun ini agenda pilkada nampaknya masih mengulangi pilkada sepanjang 2005. Baik aktor, setting, maupun problematikanya tidak jauh berbeda dengan tahun silam. Aktor masih didominasi pejabat lama, pemodal, dan kelompok-kelompok di sekitarnya. Rakyat banyak serta aktivis dan penggiat demokrasi belum muncul memainkan peran. Mereka masih menjadi figuran. Latar pilkada masih diwarnai agenda elitis. Kepentingan rakyat banyak masih merupakan barang sampiran.<br /><br />Di balik segala kemeriahannya, Pilkada kali ini berlangsung di saat inflasi tinggi. Bukan hanya harga bahan bakar solar yang membumbung. Harga beras dan minyak goreng pun terus menanjak. Sementara itu, setidaknya hingga Agustus 2007, prosentasi angka pengangguran (terhadap angkatan kerja) membumbung hingga angka 13,05%. Dari tahun ke tahun ketidak-adilan agraria terus berlangsung, petani tidak mungkin bisa hidup dari bertani. Petani di sepanjang garis pantai Jawa Barat terus dihimpit masalah kemiskinan.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Mendesakkan Kepentingan Rakyat</span><br /><br />Dalam kehidupan berdemokrasi, suara dan kepentingan rakyat adalah segalanya. Dalam konteks demokrasi 'suara rakyat' adalah suara Tuhan. Maka sudah selayaknya jika pesta demokrasi, baik yang berupa Pemilu di tingkat nasional maupun Pilkada di tingkat lokal, benar-benar menjadi pesta yang hasilnya dapat dinikmati rakyat. Adalah kerja sia-sia, jika kemudian Pilkada dilaksanakan hanya untuk menjadikan satu atau dua kandidat menjadi pemimpin daerah, tetapi nasib rakyat tetap tidak berubah, bahkan mungkin juga rakyat bertambah sengsara.<br /><br />Sejak payung hukum Pilkada dibahas, mulai muncullah perasaan berharap yang berlebihan. Diyakini, pilkada merupakan langkah awal bagi rakyat, bukan hanya untuk penguatan demokratisasi di tingkat lokal, tetapi juga diharapkan akan mengantarkan kemakmuran rakyat di daerah. Agar harapan rakyat itu tidak menjadi sekedar harapan kosong, dan rakyat tidak terus-menerus kecewa, maka mendesakkan agenda-agenda yang menyentuh perbaikan nasib rakyat adalah menjadi penting adanya.<br /><br />Agama sendiri, khususnya Islam, menganggap penting keberpihakkan terhadap kehidupan rakyat ini. Dalam Islam, pemerintahan dijalankan semata-mata untuk kemashlahatan rakyatnya, bukan untuk sekedar berkuasa saja, tapi tidak berbuat apa-apa. Dalam dunia pesantren sangat dikenal jargon yang menyatakan Tasharuful Imam 'ala al-Ra'iyyah Manuthun bi al-Mashlahah, yang artinya: ”Perlakuan pemimpin kepada rakyatnya mesti berorientasi pada perbaikan nasib rakyat banyak”. Wallahu 'alam bi al-shawab<br /><br />Sumber: <a href="http://www.fahmina.or.id/penerbitan/warkah-al-basyar/192-mendesakkan-agenda-rakyat-dalam-pilkada.html">Fahmina</a>.Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-62403185870465495862010-10-02T20:46:00.000-07:002012-08-13T00:33:16.111-07:00Pelanggaran Pemilukada Kalimantan Barat Banyak Tak DilaporkanTahapan <span style="font-weight: bold;">Pemilukada</span> enam kabupaten di <span style="font-style: italic;">Kalbar</span> sudah memasuki tahap final. Namun begitu banyak pelanggaran yang ditemukan Panwaslukada, selama tahapan Pemilukada berlangsung.<br /><br />Di Kabupaten Ketapang ditemukan kotak suara yang dirusak. Menurut Ketua PPK Benua Kayong, Muhammad Nurzain, dini hari Sabtu (22/5) sekitar pukul 00.00 puluhan orang tak dikenal masuk ke kantor Kecamatan Benua Kayong, tempat kotak-kotak suara disimpan.<br /><br />“Sekitar pukul 00.15, Niman, salah seorang penjaga datang menemui saya. Katanya ada puluhan orang yang masuk ke dalam kantor,” ungkap Nurzain, kemarin.<br /><br />Dikatakannya, lima penjaga di kantor Camat Benua Kayong tak kuasa menahan puluhan orang tak dikenal itu, lantaran kalah jumlah. Mengetahui hal tersebut, Nurzian mengaku langsung menelepon Mapolres Ketapang. “Tak beberapa lama petugas dari Polres datang. Saya juga tidak tahu apa motif mereka hingga memaksa masuk ke kantor,” ujarnya.<br /><br />Nurzian mengatakan, tidak seorang pun dari para penjaga kotak suara yang mengenal pelaku pengrusakan kota suara. Pagi harinya sekitar pukul 08.00 ketika rapat pleno barulah diketahui rupanya banyak kotak suara yang rusak. “Kita tahunya kotak suara rusak ketika rapat pleno itu. Tapi kemudian bersama para saksi-saksi kita hitung ulang. Alhamdulillan tidak ada masalah,” akunya.<br /><br />Rusaknya kotak suara di PPK Kecamatan Benua Kayong sempat dipersoalkan para saksi. Bahkan perhitungan suara di tingkat PPK itu diwarnai kericuhan. Suasana sempat memanas lantaran para saksi meminta Panwascam agar segera membuat berita acara soal temuan tersebut dan melaporkannya ke polisi. Ketika anggota Panwascam yang hadir tak serta merta memenuhi keinginan para saksi tersebut. Mereka menilai dalam sebuah laporan harus dilengkapi dengan bukti dan saksi.<br /><br />“Bukti apalagi. Ini kan sudah bukti (kotak suara yang bermasalah, red). Kami minta Panwascam segera membuat berita acaranya,” teriak salah seorang saksi.<br /><br />Suasana terus menegang. Terlebih salah seorang saksi sempat menggebrak kotak suara. Satu persatu saksi mengajukan keberatan temuan tersebut. Selain itu mereka juga meminta surat suara dihitung ulang. Sementara tiga anggota Panwascam hanya diam.<br /><br />Suasana bertambah tegang. Para saksi berkoar meminta agar Panwascam membuat berita acara soal temuan tersebut, lalu melaporkannya ke polisi. Terlebih massa yang berada di luar mulai meringsek masuk ke dalam ruangan. Melihat gelagat tersebut, aparat segera bertindak. Petugas meminta yang tidak bekepentingan agar keluar dari ruangan.<br /><br />Akhirnya perhitungan suara yang dipimpin ketua PPK Benua Kayong, Muhammad Nurzain pun terpaksa dihentikan. Sementara Panwascam enggan berkomentar terkait persoalan tersebut. Mereka mengaku akan mengkoordinasikannya terlebih dahulu.<br /><br />Ketua tim sukses pasangan Ismet-Suhermansyah, Muhayyan Sidiq yang hadir ketika itu mengatakan, para saksi dari pasangan Ismet-Suhermansyah hanya akan menandatangani berita acara keberatan saksi. Tidak akan menandatangani hasil perhitungan suara, meski surat suara dihitung ulang.<br /><br />“Kami tidak akan menandatanganinya. Karena kotak suara itu sudah cacat. Masalahnya di dalam kotak suara itu kan ada surat undangan, formulir C, surat suara sah dan tidak sah. Kalau seperti ini bagaimana kami mau menandatanganinya. Sulit diterima keabsahannya,” sesal Muhayyan Siddiq kepada Equator.<br /><br />Ketua Panwaslukada Ketapang Kuswidiantoro SH mengaku belum menerima laporan terkait temukan 14 kotak surat suara yang bermasalah di PPK Benua Kayong. Meski demikian temuan tersebut berindikasi pidana.<br /><br />“Sampai saat ini kita masih belum menerima laporan resmi terkait persoalan itu. Sebenarnya yang bermasalah bukan 14 kotak suara, tapi laporan terbaru yang kita terima ada 18 kotak suara,” ujar Kuswidiantoro.<br /><br />Permasalahan di kotak surat suara itu, bukan hanya segel yang rusak, tapi juga nomor gembok berlainan dengan nomor kotak suara. Meski demikian, soal perusakan segel tersebut, sudah berindikasi pidana. Namun tidak dapat diproses lantaran belum ada laporan tertulis.<br /><br />“Yang jelas kita sudah mengecek dan meminta kejadian ini segera dilaporkan ke Panwaslukada. Kita juga berbuat sesuai dengan mekanisme yang ada,” kata Kuswidiantoro.<br /><br />Kapolres Ketapang, AKBP Badya Wijaya mengaku, saat ini pihaknya belum menerima laporan rusaknya kotak suara. Disarankannya, jika terjadi permasalahan dalam Pemilukada, silakan melapor ke Panwaslukada. Seandainya ditemukan indikasi pidana, Panwaslukada akan meneruskannya ke sentra penegakan hukum terpadu (Gakkumdu) yang ada di Mapolres Ketapang. “Perusakan kotak suara tersebut dapat dikenakan unsur pidana. Sayang kita belum terima laporannya. Tapi kalau memang ada, laporkan dulu ke Panwaslukada. Nanti Panwaslukada akan meneruskannya ke Gakkumdu kalau ada indikasi pidana,” jelas Badya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Pelanggaran di Bengkayang</span><br /><br />Ketua Panwaslukada Bengkayang Musa J mengatakan, semua calon kepala daerah yang melakukan kampanye akbar terindikasi melakukan pelanggaran. Alasannya, setiap kampanye digelar selalu mengikutsertakan dan melibatkan anak-anak. Laporan pelanggaran lain mencakup pengrusakan baliho, penggunaan fasilitas pendidikan umum sebagai wadah kampanye serta pembubaran sosialisasi yang digelar tim kampanye calon tertentu saat masa tenang. Bahkan pada saat pencoblosan, <span style="font-weight: bold;">Panwaslukada</span> juga menerima laporan lisan dan tulisan.<br /><br />“Laporan lisan melalui telepon selular tidak bisa diproses. Kita menyarankan agar pelapor lisan untuk datang ke kantor Panwaslukada Bengkayang dan membuat laporan tertulis sesuai format yang sudah ada,” kata Musa seraya mengatakan telah menerima empat laporan diantaranya ada kategori dugaan money politik.<br /><br />Pasca dirusaknya kantor KPU Bengkayang dan Kantor Panwaslukada, Ketua Tim Kampanye Drs Moses Ahie MSi-Sebastianus Darwis SE MM menyerahkan laporan tertulis secara resmi kepada Panwaslukada di Kantor Polres Bengkayang. Laporan itu mencakup dugaan money politik dari salah satu calon kepala daerah, penyebarluasan selebaran yang bernada miring serta pengelembungan suara. “Semua laporan kita kaji, bila semua sudah memenuhi syarat kita serahkan kepada penyidik Polri,” cetusnya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Tidak Ada Laporan Pelanggaran</span><br /><br />Lain halnya di Kabupaten Melawi. Hingga kemarin belum ada laporan pelanggaran yang diterima Panwaslukada Melawi. “Hingga kini masih belum ada satu pun yang membuat laporan ke Panwaslu. Tidak ada pihak yang keberatan atas kejadian-kejadian hingga membuat laporan resmi sama kita,” kata A Ricardo Hutagaol Ketua Panwaslu, kemarin.<br /><br />Meskipun begitu, Hutagaol mengatakan, ada beberapa pelanggaran yang disampaikan secara lisan kepada dirinya. “Namun laporan secara lisan tidak bisa diproses,” singkatnya.<br /><br />Dikatakan Hutagaol, pelanggaran yang disampaikan secara lisan meliputi kandidat melakukan kampanye atau sosialisasi di luar jadwal yang dibuat KPU Melawi. Ada juga laporan yang mengatakan, ada tim sukses yang menyembunyikan mobil di sebuah desa. Ini ketahuan sama tim sukses yang memang mendapat jadwal kampanye di daerah tersebut. “Namun masalah ini bisa dimaklumi, sebab bukan pelanggaran yang krusial,” ulasnya.<br /><br />Pelanggaran lainnya, tim sukses kembali memasang baliho pada minggu tenang. Sementara baliho dan alat peraga kampanye lainnya telah ditertibkan Panwaslu tiga hari sebelum pemilihan. “Namun tidak ada dilaporkan ke Panwaslukada,” jelas Hutagaol.<br /><br />Mengenai money politic, ungkap Hutagaol, secara tersistem masing-masing tim sukses telah membuat pengamanan di desa atau pemukiman. Mereka berjaga-jaga agar tidak ada orang masuk dan memberi uang. “Sebelum dilakukan pemilihan, kita telah mengingatkan kepada Panwascam dan PPL agar benar-benar memantau money politic atau jual beli suara. Tapi hasil di lapangan tidak menemukan proses itu,” tegas Hutagaol.<br /><br />Hutagaol mengimbau agar seluruh masyarakat dan pemantau Pemilukada tetap berjaga-jaga agar jual beli suara tidak terjadi. Saat ini, jual beli suara sudah sulit dilakukan, karena pleno di PPK sudah selesai dilaksanakan. “Saat ini peluang untuk jual beli suara sudah tipis. Sebab proses PPK telah melakukan pleno. Tapi masyarakat Melawi mesti berwaspada,” pungkasnya. (kia/man/aji)Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-27389013960074152422010-09-02T20:40:00.000-07:002012-08-13T00:33:16.155-07:00Politisi Bermasalah, Masalahnya Siapa?PARDJIO (45), tukang parkir yang biasa mangkal di ruas Jalan Dr Cipto, dekat Pasar Induk Beras Dargo, Semarang, Jawa Tengah, tidak paham benar soal diumumkannya sejumlah nama politisi yang dianggap bermasalah. Pengumuman politisi bermasalah di Jateng oleh Koalisi Mahasiswa Semarang (KOMAS), Kamis (5/2), di depan Kantor <span style="font-style: italic;">Komisi Pemilihan Umum</span> Jateng di Semarang mencantumkan sedikitnya 45 nama politisi-yang dianggap bermasalah-dari berbagai daerah di Jateng.<br /><br />Secara keseluruhan, politisi yang dinilai bermasalah yang masuk dalam daftar itu sebanyak 58 orang, termasuk sejumlah calon presiden dan ketua umum <span style="font-style: italic;">partai politik</span>. "Bermasalah itu bagaimana to, Pak? Yang bermasalah itu siapa? Partainya atau orangnya?" tanya Pardjio.<br /><br />Bagi Pardjio, kalau Partai Golkar yang suka membagi kaus kuning bermasalah, apa bedanya dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang juga mulai membagi kaus merah untuk rakyat kecil, seperti dirinya, atau partai lain yang juga mulai membagi-bagikan kaus. "Buat saya, yang penting bagaimana setelah pemilu. Muncul pemenang, harga beras stabil saja sudah bagus," ujarnya singkat.<br /><br />Lain lagi pandangan Safulkan (40), petani lugu asal Desa Rowosari, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jateng. Menurut dia, Pemilu 2004 sudah mirip pemilihan kepala desa. Warga bisa mencoblos partainya atau memilih nama calon anggota legislatif.<br /><br />"Pada pemilihan kepala desa, calon yang kuat biasanya membagi-bagikan uang kompensasi bagi warga. Membagi uang dalam pilkades itu bukan suap, tetapi kompensasi masyarakat, sebab petani seperti saya ini harus meninggalkan pekerjaan untuk mencoblos di balai desa. Tidak kerja sehari bisa diganti uang Rp 15.000," ujarnya sambil menggeleng-geleng tidak mengerti saat disebut istilah money politics.<br /><br />Beberapa loper koran di Kota Semarang, misalnya, menyatakan pernah mendapat uang fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) milik mereka sebesar Rp 5.000. Fotokopi KTP itu dipakai sebagai bukti dukungan seorang calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Malah, rekan mereka yang bisa menggalang banyak orang untuk menyerahkan fotokopi mendapat Rp 15.000.<br /><br />Koordinator KOMAS Laila Sari mengemukakan, harusnya Pemilu 2004 ini merupakan momentum untuk menaruh harapan besar. Mereka berharap sukses pemilu berimbas pada perbaikan kehidupan masyarakat. "Tetapi, masyarakat harus membuat garis tegas atas kembalinya rezim Orde Baru ke ajang pentas politik di tingkat lokal maupun nasional. Kembalinya kroni Orde Baru itu ancaman terhadap kehidupan demokrasi dan kehidupan berbangsa. Inilah salah satu sasaran gerakan antipolitisi bermasalah," ujarnya. "Proses kampanye hingga pemilu perlu diwaspadai. Kalau ada politikus membagi uang, terima saja uangnya, tetapi tendang orangnya," teriak aktivis KOMAS.<br /><br />Gerakan antipolitisi busuk, yang dibangun kalangan aktivis berbagai lembaga swadaya masyarakat di Semarang, dimulai dengan keberanian KOMAS melempar sejumlah nama <span style="font-weight: bold;">politisi</span> lokal maupun nasional yang dinilai bermasalah. Pencantuman nama itu memang bisa berbuntut adanya gugatan balik dari mereka yang namanya dicantumkan.<br /><br />Akan tetapi, KOMAS tampak tidak banyak memedulikan risiko itu. Laila Sari bahkan menegaskan, kursi kekuasaan yang diperebutkan itu sebaiknya dikosongkan saja daripada direbut politisi bermasalah.<br /><br />PENGAMAT politik dari Universitas Diponegoro, Semarang, Susilo Utomo mengatakan, gerakan antipolitikus busuk (bermasalah) yang gencar dilakukan menjelang Pemilu 2004 masih belum menemukan formatnya. Jaringan kerja yang dibangun aktivis antarkota juga belum sepenuhnya kuat. Persoalan ini akan semakin kabur kalau gerakan itu tidak bisa memisahkan antara tekanan tidak memilih partai politik yang busuk dan tidak memilih politisi yang bermasalah.<br /><br />"Sasaran gerakan itu harus jelas. Kalau yang mau ditembak itu politisinya, gerakan itu tidak tepat. Parpol sekarang bertekad untuk mengarahkan pemilihnya atau masyarakat mencoblos tanda gambar <span style="font-style: italic;">parpol</span> dengan mengabaikan nama politisinya," ujarnya.<br /><br />Keputusan parpol mengarahkan pemilihnya pada memilih tanda gambar itu disebabkan dua faktor besar yang dihadapi partai peserta pemilu. Persoalan itu meliputi masih kuatnya perebutan nomor urut jadi dalam internal partai serta masyarakat masih belum siap memilih langsung nama politisi.<br /><br />Susilo berpendapat, jumlah pemilih di pedesaan cukup besar, hampir 60 persen di setiap daerah. Untuk sistem Pemilu 2004 nanti, para pemilih tradisional umumnya masih mengacu pada proses pemilihan kepala desa.<br /><br />Artinya, pemilih tradisional tidak terlalu peduli dengan adanya money politics yang dilakukan oleh seorang caleg. Bahkan, kalau ada caleg tidak memberi kompensasi kepada warga pemilih, biasanya caleg itu malah tidak didukung. "Ini kondisi nyata pemilih yang harus juga diperhitungkan," katanya.<br /><br />Maka, ketika nama politisi bermasalah diumumkan dan ternyata hampir 60 persen adalah politisi lama, orang-orang seperti Pardjio malah bingung harus menanggapinya. Kalau harus memilih politisi baru, mereka juga tidak tahu kemampuannya. Gerakan antipolitisi bermasalah ini bagi Pardjio malah membuat masalah buatnya, mau pilih yang mana.... (WINARTO HERUSANSONO)<br /><br />Sumber: <a href="http://kompas.co.id/">Kompas</a>.Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-38993702000022764222010-07-09T01:12:00.000-07:002012-08-13T00:33:16.174-07:00Tim Sukses PemilukadaKandidat dalam <span style="font-weight: bold;">Pemilukada</span> sebagaimana PEMILU pada umumnya membutuhkan tiga sumber daya utama:<br />1) Sumber Daya Manusia.<br />2) Dana.<br />3) Waktu.<br /><br />SUMBER DAYA MANUSIA<br />Kandidat tidk mungkin memangkan <span style="font-style: italic;">PILKADA</span> hanya berdua pasangan. Dibutuhkan banyak dukungan orang lain untuk mencapai kemenangan. SDM merupakan unsur strategis. Dibutuhkan orang dengan jumlah dan kualitas tertentu.<br />Pastikan memilih Tim Sukses yang tepat:<br /><br /> * Pastikan jumlah SDM yang dibutuhkan di setiap jenjang dan lini hingga ke titik TPS.<br /> * Pastikan kualifikasi SDM yang dibutuhkan pada setiap jenjang.<br /> * Pastikan SDM tersebut benar-benar berniat membantu.<br /> * Pastikan SDM berasal dari asal usul yang jelas, jangan sampai orang2 dari “Lawan” yang masuk ke dalam tim.<br /> * Selain tenaga sukarela, bagi yang benar2 bekerja full time perlu diberi kompensasi. “Pekerja politik” yang full time harus dibedakan dengan tenaga sukarela. Pekerja politik harus dihargai sama dengan pekerja bidang lainnya, tentu sebatas kemampuan kandidat, yang disepakati bersama.<br /><br />SUMBER DAYA DANA<br />Dana adalah unsur vital kedua yang harus jelas asal usulnya dan jelas jumlahnya. Seluruh komponen operasional pemenangan Pilkada bergantung kepada jumlah dana yang tersedia. Semua strategi disusun berdasarkan kapasitas dana.<br /><br />Masalahnya bukan banyak atau sedikit, tetapi berapa jumlah yang optimal untuk pemenangan sebuah Pilkada. Point penting untuk diingat dalam soal dana ini adalah:<br /><br /> * Dana berasal dari sumber yang jelas dan tidak akan menimbulkan masalah dikemudian hari.<br /> * Dana harus tersedia dalam jumlah dan waktu yang tepat sesuai dengan tahapan yang disusun dalam strategi. Jumlah yang berlimpah tidak ada gunanya kalau tidak tepat waktu. Setiap tahapan Pilkada membutuhkan dana dalam jumlah dan waktu yang tepat.<br /> * Jumlah dana yang cukup adalah dana yang optimal. Perlu memperhatikan prinsip Marginal Cost = Marginal Revenue. Setiap tambahan satu unit rupiah harus menghasilkan satu unit outpun yang sepadan, agar tambahan biaya itu masuk akal.<br /> * Dana harus dialokasikan dalam bentuk Anggaran secara detil.<br /> * Pagu dana harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perlu diingat kadang-kadang dana yang dikeluarkan Kandidat bisa melebihi jumlah yang secara resmi dilaporkan. Ini memang contoh yang tidak baik. Selayaknya gunakan dana sewajarnya.<br /> * Pastikan orang-orang kunci mengetahui dengan pasti jumlah dana yang sesungguhnya ada dan siap untuk digunakan dalam setiap tahap. Jangan sekali2 berbohong mengatakan uang sudah siap sekian padahal sesungguhnya uang itu belum ada. Ini akan mengacaukan emosi tim sukses.<br /> * Sejak awal harus memegang prinsip jangan menghambur-hamburkan uang secara tidak perlu.<br /><br />SUMBER DAYA WAKTU<br />Waktu adalah sumber daya yang paling kritis. Waktu dalam Pilkada sangat ketat dengan hitungan hari ke hari bahkan jam ke jam. Setiap menit waktu adalah berharga maka manajemen waktu ini sangat penting.<br /><br />Semua tahapan strategi Pilkada membutuhkan timing yang tepat. Maka Waktu menjadi factor yang sangat menentukan keberhasilan sebuah strategi pemenangan.<br /><br />Dibutuhkan waktu khusus untuk menyusun strategi bersama orang2 kunci yang telah anda pilih. Pertemuan yang banyak memakan tenaga dan waktu untuk menyusun strategi pemenangan. Sesi Strategi membicarakan FRAMEWORK (Akan ditulis pada posting berikutnya). Setiap lini dalam framework tersebut harus dipertanyakan dan dijawab dengan tuntas. Tidak boleh ada satu lini pun yang tidak terjawab.<br /><br />Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pertemuan sesi strategi adalah:<br /><br /> * Undang orang2 kunci yang ada percayai dan yang pendapatnya anda butuhkan.<br /> * Gunakan framework untuk menelusuri dan menjawab setiap lini yang dibutuhkan dalam strategi pemenangan Pilkada.<br /> * Jadwal waktu yang tepat untuk setiap pertemuan sesi strategi. Pertemuan ini adalah sejak awal mencalonkan diri hingga menjelang waktu kampanye. Pada saat kampanye sudah dalam tahap menjalankan strategi.<br /> * Setiap strategi selalu memiliki pintu masuk dan pintu keluar. Pastikan selalu ada rencana cadangan.<br /><br />Rangkaian pertemuan sesi strategi ini membutuhkan waktu yang panjang. Bahkan satu tahun sebelum resmi menyatakan diri sebagi kandidat, pertemuan persiapan sesi strategi ini semestinya sudah dilakukan. Beberapa riset terapan untuk pemilu (termasuk Pilkada) sudah harus dilaksanakan minimal satu tahun sebelum Pilkada berlangsung.<br /><br />III. KANDIDAT DAN TIM SUKSES/TIM KAMPANYE<br />(HANDBOOK PILKADA Bagian Tiga)<br /><br />Peran, tugas dan tanggungjawab dalam kampanye dibagi beberapa bagian sebagai berikut:<br /><br /> 1. Kandidat<br /><br />Pasangan kandidat adalah Orang yang paling penting. Kandidat harus benar2 mengelola sumber daya yang paling penting dan kritis yaitu Waktu. Waktu harus benar2 dikelola dengan baik. Pastikan waktu lebih banyak dimanfaatkan untuk bertemu dengan para pemangku kepentingan, terutama para pemilih. Cukupkan waktu maksimal hanya 1 jam untuk berada di Kantor/Sekretariat pemenangan. Gunakan waktu selebihnya secara utuh untuk menemui para calon pemilih.<br /><br />Yang harus diingat benar-benar oleh Kandidat:<br /><br /> * Tugas anda adalah bertemu dengan calon pemilih untuk meyakinkan memastikan mereka memilih anda.<br /> * Tugas kandidat bukan menyusun strategi karena hal itu telah dipercayakan pada Tim Sukses. Tugas Kandidat adalah: mememui calon pemilih dan menyakinkan mereka untuk memilih anda.<br /> * Tugas Kandidat bukan mengelola dana Kampanye karena anda telah mempercayakan tugas ini pada orang terpercaya di dalam Tim anda. Tugas Kandidat adalah menemui calon pemilih dan meyakinkan mereka untuk memilih anda.<br /> * Tugas Kandidat bukan untuk menyusun Jadwal Kampanye karena anda telah mempercayakan tugas ini pada manajer tim sukses. Tugas Kandidat adalah menemui calon pemilih dan meyakinkan mereka untuk memilih anda.<br /><br /> * 2. Ketua Tim Sukses/Manajer Kampanye berserta anggota tim<br /><br />Seluruh tahapan dan proses pemenangan, pelaksanaan kampanye adalah tugas Ketua Tim Sukses berserta anggotanya.<br /><br />Ketua Tim Sukses atau Manajer Kampanye (atau sebutan lainnya) yang bertugas dan memastikan bahwa:<br /><br /> * Kandidat terjadwal untuk menemui calon pemilih.<br /> * Mengelola jadwal kampanye.<br /> * Mengelola hal-hal yang berkaitan dengan pers.<br /> * Mengelola dana.<br /> * Mengelola karyawan dan relawan.<br /><br />Ini tugas penting sehingga harus dikerjakan oleh orang yang mampu dan benar-benar Anda percayai.<br /><br />3. Peran-peran lain<br /><br />Semua kampanye memiliki kebutuhan sama namun tidak ada kampanye yang identik. Beberapa kegiatan memerlukan satu orang atau lebih. Kampanye yang melibatkan banyak orang maka setiap tugas membutuhkan beberapa orang relawan. Namun ada juga satu orang yang mungkin melaksanakan tiga tugas atau lebih untuk beberapa kampanye. Semuanya bergantung pada kebutuhan dan diputuskan dalam SESI STRATEGI.<br /><br />Setelah keputusan itu dibuat, tergantung pada Manajer Kampanye untuk membagi tugas dan memastikan bahwa tugasnya dilaksanakan secara efektif.<br /><br />Beberapa contoh pertanyaan yang harus dijawab oleh manajer tim sukses adalah tentang “tugas yang harus dipenuhi dan oleh siapa”, yaitu :<br /><br /> * Siapa yang mengelola kantor?<br /> * Siapa yang mengelola dana?<br /> * Siapa yang bertugas menghadapi media?<br /> * Siapa yang mengatur jadwal kandidat?<br /> * Siapa yang menulis literatur kampanye?<br /> * Siapa yang bertanggung jawab memahami undang-undang Pilkada?<br /> * Siapa yang bertanggung jawab untuk mencetak literatur kampanye?<br /> * Siapa yang merekrut dan mengatur karyawan dan relawan kampanye?<br /> * Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang harus dijawab tuntas.<br /><br />4. Undang-Undang dan Peraturan terkait Pilkada<br /><br />Memahami undang-undang dan peraturan terkait Pilkada adalah adalah hal yang mendasar. Pastikan bahwa ada orang atau Tim Khusus yang benar-benar mengerti tentang Undang-Undang dan Peraturan terkait Pilkada. Pastikan juga bahwa Tim Anda memiliki interpretasi yang sama terhadap Undang-Undang dan peraturan terkait sebagaimana yang dipahami oleh Penyelenggara Pilkada.<br /><br />Penting: Pastikan ada orang dalam Tim pemenangan Anda yang benar-benar memahami undang-undang dan semua aturan terkait Pilkada.<br /><br />RISET POLITIK<br />MEMPEROLEH INFORMASI YANG DIBUTUHKAN<br />(HANDBOOK PILKADA Bagian Empat)<br /><br />PILKADA, sebagaimana Pemilu dalam system demokratis membutuhkan Riset. Riset politik adalah “kapal pemandu” dalam Political Marketing. Tanpa informasi yang akurat, political marketing tidak dapat diterapkan dengan berhasil.<br /><br />Diskusi tentang riset politik, terutama untuk tipe riset yang relatif rumit, membutuhkan ruang tersendiri. Riset politik dapat dilakukan dengan metode sederhana hingga pendekatan yang rumit. Berikut ini beberapa hal sederhana yang perlu dilakukan oleh Kandidat untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka menyiapkan diri sebagai peserta PILKADA. Pendekatan riset yang lebih rumit tentu saja bisa dilakukan. Namun, masalahnya bukan pada rumit dan sederhananya metode riset melainkan pada kecepatan, akurasi, biaya, dan manfaat.<br /><br />Tujuan kampanye adalah untuk menang. Penting untuk memperhitungkan suara yang harus diperoleh serta cara terbaik meraih suara sehingga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.<br /><br />1. Peraturan Kampanye Pada UU dan Peraturan lainnya tentang Pilkada.<br /><br />Kegiatan kampanye sudah diatur sedemikian rupa dalam Undang-Undang dan peraturan tentang Pilkada. Bentuk kampanye relatif tidak berubah dari waktu ke waktu, antara lain:<br /><br /> * Pertemuan terbatas.<br /> * Dialog dan tatap muka.<br /> * Penyebaran melalui media cetak dan media eletronik.<br /> * Penyiaran melalui radio dan/atau televisi.<br /> * Penyebaran bahan kampanye kepada umum.<br /> * Pemasangan alat peraga di tempat umum.<br /> * Rapat umum.<br /> * Debat publik/debat terbuka antar calon.<br /> * Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan.<br /><br />Kampanye diatur dalam periode waktu tertentu secara ketat dan dengan rambu-rambu yang juga harus dipatuhi. Namun sebelum kampanye resmi, kegiatan bertemu dengan para konstituen telah dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya, dikenal sebagai SOSIALISASI. Masa sosialisasi dan kampanye resmi ini harus benar-benar dioptimalkan.<br /><br />Kegiatan menemui dan ditemui para konstituen ini perlu memperhatikan faktor efektivitas, efisiensi, dan fleksibilitas. Semuanya harus diatur oleh Tim Sukses, terjadwal dengan baik. Namun harus memperhatikan fleksibilitas, jangan sampai ada kesan bahwa Tim Sukses over protektif terhadap kandidat sehingga seolah-olah sulit ditemui oleh konstituen. Tetapi sebaliknya jika terlalu longgar, membiarkan orang dengan sangat gampang menemui kandidat, jelas akan merepotkan kandidat dan pasti akan kedodoran mengatur waktu dan skala prioritas.<br /><br />Hal terpenting dalam kegiatan sosialisasi dan kampanye bahwa unsur-unsur dalam PROSES POLITICAL MARKETING seperti: STP (Segmentasi, Targeting, positioning) , dan 4P (Policy, Person, Party, Presentation) sudah dikonseptualisasi dengan matang, sehingga proses delivery dapat dilakukan dengan mulus pada tiga bagian pasar politik (Media massa, Influencer, dan Pemilih).<br /><br />2. Diri Kandidat/Pasangan Calon<br />Pasangan calon kepala daerah perlu membuat inventori pribadi mengenai SIAPA KITA ,yaitu kekuatan dan kelemahan diri. Secara lebih sistematis, mungkin Tim Sukses, atau konsultan independen, perlu melakukan Analisis SWOT terhadap pasangan kandidat.<br /><br />Secara sederhana, kandidat harus bisa menjawab pertanyaan:<br /><br /> * Apa hal terbaik tentang saya yang dapat disampaikan oleh pemilih?<br /> * Apa hal terburuk yang dapat mereka sampaikan tentang saya?<br /> * Apa aset dan kewajiban saya sebagai seorang kandidat?<br /><br />Memahami dengan jelas kekuatan dan kelemahan diri sendiri akan membantu dalam menciptakan kampanye yang efektif. Anda akan dapat menentukan beberapa TEMA KUNCI dalam kampanye sesuai dengan kekuatan anda. Hal ini juga dapat membantu Anda mengenali APA YANG AKAN DITONJOLKAN PADA KAMPANYE.<br /><br />Anda dapat menggunakan beberapa kekuatan dan kelemahan Anda untuk menciptakan mekanisme pertahanan diri –semacam “vaksin”, atau “wall” agar ketika Anda menerima pemberitaan negatif, kampanye Anda tidak langsung berantakan melainkan tetap kuat dan bisa menetralisirnya.<br /><br />Apakah anda kandidat yang menjabat pada saat ini (incumbent) ataupun kandidat yang baru pertama kali mencalonkan diri , tetaplah perlu evaluasi kekuatan dan kelemahan Anda. Penting untuk mengetahui bagaimana Anda dan partai Anda/seperti apa anda dan partai pendukung anda dari sudut pandang masyarakat. Bagaimana masyarakat mempersepsi diri anda?<br /><br />Beberapa pertanyaan yang perlu dicari jawabannya adalah:<br /><br /> * Apakah usia, gender, pengalaman saya merupakan kelemahan atau kekuatan?<br /> * Apa prestasi saya? Apa yang telah dicapai oleh instansi pemerintahan atau dan/atau partai di mana saya menjadi bagian di dalamnya?<br /> * Siapa yang telah saya bantu? Apakah mereka akan merestui atau memberikan penghargaan secara publik?<br /> * Mengapa saya menjadi kandidat? Apa prestasi saya pada jabatan terakhir?<br /> * Mengapa orang harus memilih saya?<br /> * Apa yang bisa saya tawarkan kepada pemilih?<br /> * Apa yang membuat saya berbeda dengan kandidat lain?<br /> * Bagaimana kinerja saya selama ini?<br /> * Apa pengalaman dan kaitan politis saya dengan masyarakat?<br /> * Bagaimana pengalaman non politik dan pendidikan saya?<br /> * Seberapa kuatkah dukungan keluarga saya?<br /> * Bagaimana orang lain menjelaskan kepribadian saya?<br /> * Seberapa baik presentasi saya kepada pemilih, kelompok kecil, besar, media cetak, televisi?<br /> * Apakah saya pembicara yang sukses?<br /> * Pada situasi mana saja saya merasa nyaman?<br /> * Apa yang saya suka lakukan dalam kampanye?<br /> * Bagaimana demografi daerah pemilihan? Apakah itu cocok dengan saya dan keluarga?<br /> * Seberapa dikenalkah saya?<br /> * Apakah ada sesuatu dalam aspek keuangan saya atau kehidupan keluarga, pengalaman kerja, catatan politik atau pribadi yang dapat dianggap bermasalah? (Catatan sekolah, pengabdian di angkatan bersenjata, sejarah kepegawaian, konsumsi alkohol dan obat terlarang, tindak pidana, kesehatan fisik dan mental, keanggotaan organisasi).<br /> * Dan pertanyaan-pertanyaan kritis lainnya yang perlu dicari jawabannya.<br /><br />Anda juga perlu melakukan pengkajian afiliasi sosial dan profesi yang pernah dan sedang jalin:<br /><br /> * Anda pernah berpartisipasi di mana saja?<br /> * Apa yang telah Anda capai dalam bidang bisnis maupun pemerintahan? Bagaimana hal ini bisa mencerminkan Anda?<br /> * Periksa catatan Anda sebagai atasan – Kaji catatan Anda dalam mengangkat dan memberhentikan karyawan.<br /> * Apakah ada episode atau situasi yang terkait dengan penyalahgunaan wewenang atau diskriminasi kepegawaian?<br /> * Pernyataan atau kegiatan publik apa yang pernah saya lakukan yang mungkin bisa menghantui saya?<br /> * Apakah saya pernah berubah posisi akan suatu isu?<br /> * Apakah saya telah merubah pola memilih saya?<br /> * Apakah saya tidak mengikuti beberapa pemungutan suara penting?<br /><br />Semua jenis “penyelidikan diri” tersebut perlu dibuat eksplisit berupa tabulasi dan anda sendiri harus mencari jawabannya dengan jelas. Jawaban itu harus ditulis, tidak boleh dibiarkan mengambang, bukan hanya dijawab secar lisan atau terngiang di dalam pikiran saja. Semuanya harus dibuat ekplisit sehingga clear.<br /><br />3. Kandidat Lain/Pesaing Anda<br /><br />Anda akan berhadapan dengan lebih dari satu lawan pada Pilkada. Perlu diingat sejak awal, tidak boleh mengabaikan atau memandang enteng lawan anda. Anda harus mengenal mereka dengan baik supaya Anda bisa mengatakan kepada pemilih mengapa Anda lebih tepat dibandingkan kandidat lain. Mengenal Lawan anda artinya mengetahui dengan detil informasi tentang lawan anda, yaitu:<br />• Nama Kandidat.<br />• Nama Partai pengusung.<br />• Kekuatan Kandidat pesaing.<br />• Kelemahan Kandidat pesaing.<br />• Dan informasi penting lainnya.<br /><br />Setiap informasi sekecil apapun tentang pesaing anda tidak boleh diabaikan melainkan harus ditelusuri hingga jelas. Semua informasi itu harus ditabulasi sehingga dapat terjawab dengan objektif terhadap pertanyaan: Mengapa para pemilih harus memilih anda, bukan pesaing anda”.<br /><br />V. TARGET SUARA<br /><br />(HANDBOOK PILKADA Bagian Lima)<br /><br />4. Target Suara<br />Tujuan kontestan Pilkada adalah pemenang. Idealnya seluruh suara pemilih mendukung anda! Tapi itu tidak realistis karena lawan ada juga berharap yang sama. Anda dan lawan anda pasti memiliki konstituen. Untuk keluar sebagai pemenang anda hanya perlu menentukan target tertentu sesuai dengan peraturan Pilkada.<br /><br />Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan target suara:<br /><br /> * Sejarah Pilkada. Bagaimana pengalaman beberapa pilkada sebelumnya di daerah ini? Anda perlu mengkaji data-data hasil Pilkada sebelumnya.<br /> * Lingkungan Pilkada. Bagaimana “Iklim” saat ini apakah mengarah ke status quo atau perubahan?<br /> * Bagaimana kekuatan relatif partai dan kandidat lawan?<br /> * Bagaimana Kekuatan relatif partai dan kandidat anda sendiri?<br /><br />5. Menentukan Target Perolehan Suara (Vote Goal):<br /><br /> * Menentukan jumlah suara yang dibutuhkan untuk menang , anda perlu melihat beberapa faktor, yaitu:Jumlah kandidat yang dicalonkan dalam pemilihan.<br /> * Kekuatan relatif partai dan kandidat-kandidatnya.<br /> * Sejarah pemilihan di daerah ini pada beberapa PEMILU (PIlpres, Pilleg) dan terutama <span style="font-weight: bold;">PEMILUKADA</span> sebelumnya.<br /> * Lingkungan pemilih. Apakah lebih pro perubahan atau status quo?<br /> * Kekuatan relatif partai pengusung anda dan anda sebagai kandidat.<br /><br />Ada empat langkah berikutnya yang perlu dilakukan:<br /><br />Langkah 1: Mempelajari daerah pemilih yang berhubungan dengan :<br /><br /> * Jumlah pemilih.<br /> * Sejarah jumlah pemilih yang betul-betul mencoblos pada hari pemilihan (Tingkat partisipasi).<br /> * Persaingan antar kandidat/partai-partai politik besar.<br /> * Tiga kegiatan ini akan mencakup PETA POLITIK.<br /><br />Pertanyaan yang perlu dijawab adalah:<br />Berapa banyak suara yang diperlukan agar kandidat menjadi pemenang? Untuk menjawabnya maka perlu dicari data-data sebagai berikut:<br /><br /> * Berapa total suara pemilih di daerah itu?<br /> * Berapa persen tingkat partisipasi pemilih?<br /> * Berapa jumlah kandidat? Bagaimana kekuatan relatif masing-masing kandidat?<br /> * Bagaimana ketentuan UU mengenal jumlah suara minimal untuk dapat keluar sebagai pemenang?<br /><br />Berdasarkan perhitungan tertentu maka akan didapatlah angka tertentu sebagia POIN UTAMA anda: Bahwa untuk memenangkan Pilkada ada perlu meraih sekian persen suara.<br /><br />Langkah 2: Mempertimbangkan situasi pemilihan:<br /><br /> * Apakah situasi ini lebin cenderung mempertahankan keadaan yang sudah ada atau lebih kepada perubahan?<br /><br /> * Apakah situasi ini akan membantu atau tidak membantu anda sebagai kandidat?<br /><br />Apabila ini tidak membantu anda, maka tambahkan 10-30% ke POIN UTAMA. Jika situasi ini membantu, kurangi 2-10% dari POIN UTAMA anda.<br />• Situasi pemilihan yang tidak mendukung saya :<br />Poin utama saya ________ditambah 10-30% = _____<br />• Situasi pemilihan yang membantu saya :<br />Poin utama saya ________ dikurangi 2-10% =______<br /><br />Langkah 3: Pertimbangkan partai politik lain dan kandidat-kandidatnya:<br />Apakah kandidat pesaing akan mengambil suara pemilih dari saya ataukah “membantu” saya dalam membawa simpati pemilih untuk saya (misalnya karena para pemilih sangat bertolak belakang dengan kandidat yang lain)?<br /><br /> * Jika mereka mengambil suara pemilih dari anda, tambahkan 2-10% ke poin utama anda.<br /> * Jika mereka membawa simpati para pemilih untuk anda, kurangi 2-5%.<br /><br />Langkah 4: Kesimpulan dari target jumlah suara:<br /><br /> * Target suara anda ditentukan sebagai berikut:<br /><br />Poin-poin utama+situasi pemilihan+Partai Politik lain = Target jumlah suara<br /><br />Itulah perkiraan jumlah suara yang akan anda perlukan untuk kemenangan dalam Pilkada, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:<br /><br /> * Untuk mengurangi resiko salah prediksi maka dalam kalkulasi harus ditambahkan 5% target perolehan suara, untuk mengantisipasi pendukung yang berhalangan hadir atau yang salah dalam proses pencoblosan.<br /> * Saat Anda selesai dalam melakukan penjumlahan di atas, tuliskan target anda: Target perolehan suara Pasangan Kadidat Anda adalah: __________Suara atau_____%.<br /> * Angka itulah yang harus tersimpan dengan jelas dalam hati, perasaaan, dan pikiran anda dan Tim sukses anda. Affirmasi perlu dilakukan setiap hari sehingga angka sasaran menjadi target yang penting untuk dikejar.<br /><br />5. Pemilih<br /><br />Setelah tahu pasti jumlah suara yang dibutuhkan, pertanyaannya berikutnya adalah: Dimana suara tersebut bisa diperoleh?. Setelah target angka tersebut ditentukan maka langkah selanjutnya adalah menentukan target secara demografis dan/atau geografis.<br /><br />PENTING: Menentukan target yang dipilih dalam segmen-segmen tertentu disebut Targeting. Ini menandakan bahwa yang terlebih dahulu dilakukan adalah segmentasi yang hasilnya berupa berbagai segmen masyarakat calon pemilih. Segmentasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Segmentasi secara demografis dan geografis adalah segmentasi yang lazim dilakukan. Selain itu, segmentasi juga dapat dilakuan berdasarkan:<br />• Segmentasi atas dasar Agama.<br />• Segmentasi Gender.<br />• Segmentasi Usia.<br />• Segmentasi Kelas Sosial.<br />• Segmentasi Psikografis.<br />• Segmentasi Kohor.<br />• Segmentasi Prilaku.<br /><br />Itu adalah beberapa tipe segmentasi yang pernah dilakukan. Tentu saja masih bisa dilakukan segmentasi dengan cara lainnya. Kreativitas juga dibutuhkan dalam segmentasi. Panduan ini hanya menyinggung dua model segmentasi yaitu Demografis dan Geografis.<br /><br />a) Menentukan Target Demografi<br />Masyarakat Indonesia terbagi menjadi beberapa kelompok, misalnya pelajar, pensiunan, perempuan, petani, dan sebagainya. Meskipun kelompok-kelompok tersebut sangat beragam, mereka memiliki satu hal yang sama, mereka mencari orang untuk memimpin mereka, membantu, mewakili kepentingan, dan mengerti kebutuhan mereka.<br /><br />Dalam perbicaraan terdahulu telah disinggung bahwa membagi-bagi para pemilih ke dalam berbagai kelompok dengan ciri-ciri yang sama disebut Segmentasi. Hasilnya adalah segmen para pemilih yang dipilah menurut kriteria tertentu.<br /><br />PENTING: Tidak semua orang harus memilih Anda untuk menang dalam pilkada. Tujuan Anda adalah untuk memenangkan pilkada, bukan meraih 100% suara.<br /><br />• Untuk menentukan siapa PEMILIH ANDA YANG PALING PENTING, tuliskan misalnya 10 kelompok yang akan memilih untuk Anda dan kalkulasikan berapa jumlah orang dalam kelompok tersebut.<br />• Data yang perlu diketahui setiap kelompok itu adalah:<br />-Nama-Nama Kelompok/Segmen.<br />-Persentase setiap Segmen tersebut terhadapTotal Populasi Pemilih (Misalnya Segmen Petani sebesar 1%).<br />-Persentase suara yang akan didapat dari kelompok itu terhadap total anggota kelompok itu (misalnya 50%).<br />-Persentase dari total populasi yang dapat diyakinkan (1% x 50% : 100 = 0,5%).<br />-Jumlah suara yang pasti dari kelompok: 0,5% x (Target Suara): 100. Misalnya; andai POINT UTAMA /TARGET SUARA adalah 50.000 maka jumlah suara yang pasti adalah 250 suara. Contoh ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh 50% suara dari pengemudi truk berarti meraih 250 suara.<br />-Perhitungan dilanjutkan untuk setiap kelompok tersebut hingga 10 kelompok itu terdata dengan lengkap. Hasil perhitungan ini adalah TOTAL SUARA REALISITIS untuk anda.<br />-Data tersebut dibuat dalam bentuk Tabel.<br />-Ketika semua perkiraan suara bisa didapatkan berarti Anda memiliki TOTAL SUARA REALISTIS.<br />-TOTAL SUARA REALISTIS SAYA ADALAH ________<br />-TOTAL SUARA YANG DIBUTUHKAN ADALAH ______<br /><br />• Informasi ini memberikan gambaran akan berapa suara yang diperlukan.<br /><br />PENTING: Hingga tahap ini kandidat dapat menjawab pertanyaan:<br />Apakah total suara realistis lebih besar dari total suara yang dibutuhkan?<br />-Jika jawabannya YA, kondisi kandidat bagus.<br />-Jika jawabannya TIDAK, penting bagi Anda untuk kembali mengidentifikasi kelompok/segmen lain yang dapat Anda yakinkan untuk memilih Anda. Anda perlu menambah beberapa kelompok lain dalam tabel perhitungan anda hingga mendapat jawaban YA.<br />-Setelah Anda mengidentifikasi jumlah pemilih yang cukup dan jawaban di atas adalah YA, lanjutkan ke tahap berikutnya.<br /><br />b) Menentukan Target Geografis<br />Menentukan target secara geografis adalah menganalisa bagaimana orang memilih di daerah pemilihan tertentu dengan mencari tahu kategori poll mana daerah pemilihan kita. Poll-nya dapat ditentukan 4 katagori:<br /><br />-Poll A = pendukung inti<br />-Poll B = dapat diyakinkan<br />-Poll C = mungkin dapat diyakinkan<br />-Poll D = hampir tidak mungkin untuk diyakinkan<br /><br />Daerah pemilihan kita dikatagorikan melalui kalkukasi rasio suara yang diperoleh partai atau kandidat (setiap 10 suara) di lokasi tersebut. Terdapat dua set rasio. Pertama, untuk partai besar. Lainnya untuk partai kecil dan menengah. Partai besar adalah partai yang memperoleh persentase suara yang signifikan pada pemilu lampau. Partai yang tidak memperoleh persentase besar pada pilkada dianggap partai kecil atau menengah.<br /><br />Dua set rasio tersebut adalah<br /><br />Rasio untuk Partai Besar:<br />Poll A = 6+ dari 10 suara<br />Poll B = 4-5 dari 10 suara<br />Poll C = 2-3 dari 10 suara<br />Poll D = 0-1 dari 10 suara<br /><br />Rasio untuk Partai Kecil dan Menengah:<br />Poll A = 4+ dari 10 suara<br />Poll B = 2-3 dari 10 suara<br />Poll C = 1-2 dari 10 suara<br />Poll D = 0-1 dari 10 suara<br /><br />Analisa poll dilakukan sebagai berikut:<br />• Bagi jumlah suara yang diperoleh partai/kandidat X 10 (yaitu tambahkan ‘0’ untuk setiap suara yang diperoleh) dengan jumlah suara di daerah pemilihan tersebut.<br /><br />Contoh: Partai X menerima 253 suara dari total 1,103 suara.<br /><br />253 X 2,530<br />—– x —- = —— = 2.29 dari 10 suara = C Poll<br />1,103 10 1,103<br /><br />• Mengetahui kategori poll dari lokasi tertentu membantu kita merencanakan kampanye lebih efektif:<br />-Jika kesimpulan dari analisa bahwa lokasi itu termasuk Poll D, maka pemilih adalah basis dari lawan, karena itu kita tidak akan memfokuskan kampanye di daerah itu sama sekali.<br />-Jika sebuah lokasi adalah Poll A, kita melaksanakan kegiatan kampanye yang memastikan bahwa pemilih benar benar datang untuk memilih pada hari pemilihan.<br />-Jika kita menyimpulkan sebuah lokasi adalah poll B atau C, kegiatan kampanye kita akan terfokus pada mengkomunikasikan pesan kampanye yang menarik pemilih dan dapat mempengaruhi keputusan mereka dalam memilih.<br /><br />• Mengkaji hasil pemilu/pilkada sebelumnya dan untuk melakukan analisa poll memerlukan tabel yang lebih besar, yang berisi kolom2 sebagai berikut:<br />-Nomor Poll.<br />-Suara untuk Partai Anda<br />-Total suara<br />-Suara per 10 suara<br />-Katagori Poll<br /><br />PENTING: Jika batas daerah pemilihan berbeda dengan pemilihan yang lampau, Anda perlu menambahkan bobot pada batas baru daerah, yaitu menyesuaikan data dari pemilu lalu dengan batas baru dengan memperkirakan persentase masing-masing penduduk di daerah baru.<br />Membuat dua peta dapat membantu:<br />-Satu peta dengan batas daerah pemilihan lama dengan warna berbeda untuk setiap kategori.<br />-Satu peta lagi dengan batas daerah pemilihan baru.<br /><br />6. Kelurahan/Desa<br />Setelah mengetahui siapa yang akan memilih Anda, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi di mana mereka berada. Anda tidak akan mungkin bertemu satu per satu dengan semua pemilih di daerah pemilihan Anda karena keterbatasan waktu. Lagi pula karena tidak semua orang akan memilih anda maka akan menjadi kegiatan sia-sia saja bila berkampanye berlebihan di daerah basis.<br /><br />PESAING UTAMA<br />Yang perlu dilakukan adalah mengidentifkiasi di mana tempat tinggal PEMILIH ANDA YANG PALING PENTING. Hal ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:<br />-Tuliskan kelompok yang telah Anda identifikasi pada tahap sebelumnya. Beri nilai 1 untuk jumlah suara terbanyak dan beri angka 9 untuk yang terkecil.<br />-IdentifikasI daerah tempat tinggal semua atau sebagian besar anggota kelompok tersebut. Misalnya, jika salah satu dari kelompok yang Anda anggap sebagai PEMILIH yang PALING PENTING adalah petani , mungkin mereka tinggal dan memilih di desa. Jika buruh Perkebunan berarti di kawasan perkebunan.<br />-Anda perlu memiliki database berbasis desa/kelurahan. Bersumber dari data ini dapat ditentukan langkah selanjutnya guna memetakan potensi pemenangan dari tingkat rumah tangga, RT, TPS, kecamatan, Daerah Pemilihan (DP) hingga ke tingkat Kabupaten/Kota.<br />-Buatlah Tabel dengan kolom-kolom:<br />-Nama kelompok.<br />-Jumlah suara.<br />-Daerah/tempat tinggal.<br /><br />-Dari informasi Tabel tersebut dan penentuan target geografis yang telah dilakukan sebelumnya, Anda tahu di mana harus memfokuskan SUMBER DAYA Anda yaitu SDM, dana dan waktu.<br />-Tahap berikutnya adalah mendaftar daerah-daerah di mana Anda mengharapkan banyak suara memperoleh suara. Itu adalah DAERAH yang PALING PENTING.<br /><br />PENTING: Anda dapat memenangkan pilkada tanpa harus menang di semua kelurahan/desa. Berkampanyelah di kelurahan di mana Anda bisa menang.<br />Isu/Kebijakan/Program (HANDBOOK PILKADA Bagian Tujuh)<br /><br />7. Isu/Kebijakan/Program<br /><br />Semua pemilihan terkait dengan isu/permasalahan, kebijakan dan program. Keputusan Anda untuk menjadi kandidat PILKADA mengandung makna bahwa Anda memahami benar permasalahan yang dihadapi masyarakat di daerah itu. Memahami saja tidak cukup, untuk memenangkan pemilu anda perlu menggunakan pengetahuan tersebut guna meyakinkan pemilih bahwa Anda memiliki solusi terbaik bagi masalah yang mereka hadapi dan anda benar-benar mampu untuk berbuat lebih baik baik masyarakat dan daerah.<br /><br />Kandidat perlu menyusun visi, misi, program untuk disampaikan dengan meyakinkan kepada publik bahwa anda adalah kandidat yang tepat untuk dipilih. Tidaklah mudah menyusun visi, misi dan program yang membumi dan mengakar pada masyarakat. Visi, misi dan program yang baik biasanya telah dipikirkan dan direncanakan bertahun-tahun, bukan dibuat mendadak pada saat menjelang Pilkada. Dalam marketing mix, isu direspon dalam salah satu P dari 4 P, yaitu Policy sebagaimana telah disinggung dalam diskusi tentang framework.<br /><br />Riset independen yang dilaksanakan berbagai organisasi nasional dan Internasional di Indonesia menunjukkan bahwa pemilih peduli terhadap permasalahan yang terkait dengan ekonomi, pendidikan dan korupsi. Anda dan tim anda tentu saja perlu menggali lebih jauh terhadap permasalahan dan kebutuhan rakyat di daerah anda.<br /><br />Selain ketiga isu yang sudah lazim tersebut, anda mungkin perlu menemukan isu lain yang menjadi perhatian masyarakat di daerah anda. Misalnya, isu lingkungan hidup, gender, kemiskinan, pengangguran, dan sebagainya. Inilah bahan mentah yang akan disusun sebagai bahan kampanye. Bila anda terpilih tentu saja janji-janji itu harus dilaksanakan. Promises to Keep! Janji yang harus ditepati.<br /><br />Dalam menganalisis isu/permasalahan maka anda perlu untuk menuliskannya:<br />-Tulislah berbagai isu penting di daerah anda.<br />-Lalu ingat siapa PEMILIH ANDA YANG PALING PENTING.<br />-Identifikasi 3 isu utama yang penting bagi mereka, para pemilih anda. TIGA ISU UTAMA, itulah yaitu yang harus Anda bicarakan setiap hari mulai saat ini hingga hari pemilihan.<br /><br />PENTING:<br />Pemilih ingin anda membahas 3 isu yang penting bagi mereka, bukan 10 atau lebih isu acak yang tidak mengena. Kandidat yang lebih fokus berpeluang lebih besar untuk menang.<br /><br />8. Pesan<br /><br />Anda siap memasuki masa kampanye. Sebelum melangkah ke arena kampanye, Anda harus mengaitkan semua informasi menjadi SATU PAKET YANG TERORGANIR DENGAN BAIK, sehingga dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat yang Anda temui setiap hari. Anda perlu sebuah PESAN. Sebuah PESAN menjawab pertanyaan: “Mengapa pemilih harus memilih Anda dan bukannya LAWAN UTAMA Anda.”<br /><br />Membuat pesan menjadi paket yang menarik ini disebut POSITIONING, yaitu menempatkan si kandidat ke dalam benak para pemilih, dengan citra tertentu, citra yang kuat dan berbeda nyata dari kandidat pesaing. Posisi yang kuat dan tak tergeser di dalam benak para pemilih.<br /><br />Menjawab pertanyaan tersebut seharusnya mudah karena Anda mengetahui bahwa Anda adalah lebih baik dari LAWAN UTAMA Anda. Namun itu tidak cukup. Anda HARUS MEYAKINKAN PEMILIH BAHWA ANDA YANG PALING LAYAK. Mengemas pesan ini adalah hal yang paling berat.<br /><br />• Anda perlu sebuah pesan yang baik yaitu:<br />-JELAS dan SINGKAT: mudah dipahami.<br />-MENARIK: terutama kepada pemilih yang akan diyakinkan.<br />-KONTRAS: membedakan partai dan Anda dari kandidat dan partai lain.<br />-MENYENTUH: kepada apa yang paling penting bagi pemilih Anda.<br />-DISAMPAIKAN SECARA KONSISTEN: berulang-ulang.<br />-Tidak semua orang di daerah pemilihan Anda mengenal nama Anda tapi pemilih harus mencoblos nama Anda pada hari pemilihan. Bagian penting dari pesan Anda adalah nama Anda dan partai Anda. Hal pertama dan terakhir yang Anda sampaikan seharusnya adalah nama Anda, Nomor urut anda dan partai Anda.<br /><br />PENTING:<br />o Anda hanya butuh sebuah PESAN untuk menjawab pertanyaan saya sebagai pemilih: “Mengapa saya harus memilih Anda dan bukannya LAWAN UTAMA Anda?<br />o Berlatihkan menyampaikan pesan anda hingga benar-benar mencapai tingkat yang anda merasa paling nyaman dalam mengkomunikasikannya.<br />o Awali dan akhiri pesan anda dengan menyampaikan:<br /><br /> * Nama.<br /> * Nomor Urut Anda.<br /> * Partai anda.<br /> * Tiga point penting isu yang menjadi trademark anda, factor pembeda anda dan yang menjadi sumber kekuatan anda.<br /> * Tanggal dan hari Pilkada untuk mengingatkan para pemilih anda.<br /> * Ingat bahwa pada hari pemilihan para pemilih harus mengingat, nomor urut dan Nama Anda.<br /><br />PENUTUP<br /><br />Demikian “panduan” singkat ini. Panduan ini bukan satu-satunya panduan cara terbaik untuk sukses dalam Pilkada. Dibutuhkan banyak referensi dan sudut pandang lain untuk membuat panduan ini berguna dan bisa membumi. Bagaimanapun pengalaman dalam berpolitik sangat berperan dalam menterjemahkan apa yang dimaksud dalam panduan ini.<br /><br />Perpaduan pengalaman dan prinsip-prinsip yang dibahas dalam panduan ini diharapkan akan meningkatkan kinerja pemenangan pilkada, utamanya bagi calon yang bersedia membuka pikiran untuk menerima beberapa pemikiran dan prinsip-prinsip yang tertuang dalam panduan ini.<br /><br />Tujuan mendiskusikan panduan inipun bukan untuk menggurui, hanya semata-mata untuk berbagi sedikit pengetahuan. Sayang jika hanya tersimpan di dalam hard disk komputerku tanpa diketahui banyak orang. Lagi pula saya percaya dengan membagikan hal ini kepada kawan-kawan, pengetahuan saya akan bertambah. Dengan mendiskusikan panduan ini justru akan menyempurnakan kekurangan yang terdapat dalam panduan ini.<br /><br />Apa yang selama ini telah saya lupakan, dapat saya ingat kembali berkat menuliskannya. Panduan ini memang tidak sama persis dengan aslinya karena sudah diringkas, disederhakan, ditambah dengan beberapa informasi dari referensi lain, pengalaman pribadi ketika menjadi tim sukses, pengalaman kawan lain, dan membaca beberapa hasil riset tentang <span style="font-weight: bold;">Pemilukada</span>.<br /><br />Semoga bermanfaat. Selamat bertanding dan menang.<br /><br /><br /><br /><br />Sumber: <a href="http://jafraubel.wordpress.com/">Jafraubel</a>.Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-31308449825050158502010-06-09T01:03:00.000-07:002012-08-13T00:33:16.201-07:00Potensi Konflik Pemilukada masih TinggiKementerian Dalam Negeri (Kemendagri) terus melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah (pemilu kada). Mereka mengakui bahwa hingga semester pertama 2010, terdapat sejumlah pemilu kada yang bermasalah.<br /><br />Dirjen Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kemendagri Tanribali Lamo menyatakan bahwa dari 130 pemillu kada yang berjalan tahun ini sebagian bermasalah. "Ada beberapa daerah yang bermasalah. Tapi saya belum cek terakhirnya seperti apa," ujarnya di Jakarta, Kamis (8/7).<br /><br />Dalam pantauan yang dilakukan oleh Kemendagri, hingga awal Juli 2010 setidaknya terdapat 141 pemilu kada yang sudah digelar. Sebanyak 62 di antaranya diajukan ke Mahkamah Konstitusi (MK) karena terdapat perselisihan. Selanjutnya 35 di antaranya telah diputus oleh MK.<br /><br />Tercatat 19 perkara sengketa pemilu kada ditolak, 6 perkara tidak diterima karena melebihi batas waktu penyerahan, 2 perkara ditarik, 2 dianggap gugur, 2 permohonan ditolak dan mengabulkan permohonan sebagian, serta 3 perkara keputusan akhirnya ditangguhkan.<br /><br />Beberapa daerah yang mengalami kerusuhan akibat pemilu kada, antara lain Humbang Hasudutan, Mojokerto, Tolitoli, Toraja, Soppeng, dan Bima.<br /><br />Dengan jumlah itu masih terdapat 103 pemilu kada yang akan dilakukan. Antara lain 1 provinsi, 89 kabupaten, dan 13 kota. Pemilu kada tersisa memang memiliki potensi konflik. "Kami akan melakukan koordinasi dengan daerah untuk melakukan pencegahan," ujarnya.<br /><br />Sumber: <a href="http://www.mediaindonesia.com/read/2010/07/08/154431/3/1/Potensi-Konflik-Pemilu-Kada-masih-Tinggi">Media Indonesia</a>.<br /><br /><br />Setelah lahirnya Undang-Undang No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti pelaksanaan pemilihan kepala daerah langsung (pilkada) seakan menjadi suntikan baru bagi partisipasi politik masyarakat. sebagian orang ada yang berpendapat ini adalah sebuah langkah terobosan dalam berdemokrasi di indonesia tapi ada juga yang melihat hal ini adalah sebuah kemunduran dalam berdemokrasi seperti apa yang di sampaikan oleh Gubernur LEMHANAS yang menginginkan Gubernur di daerah di tunjuk langsung oleh presiden.<br /><br />Pilkada yang berlangsung di 226 daerah, terdiri 11 provinsi dan 215 kabupaten/kota, dan menelan dana sekitar Rp1,25 triliun, suatu harga mahal tentunya yang harus di bayar oleh rakyat indonesia untuk bisa berdemokrasi di negara ini. di tengah kemiskinan yang melanda negeri ini (Badan Pusat Statistik (BPS) secara resmi mengumumkan jumlah penduduk miskin 37,17 juta orang atau 16,58 persen dari total penduduk Indonesia selama periode bulan Maret 2006 sampai dengan Maret 2007).dan rakyat indonesia hari ini dipaksa kemudian oleh sistem untuk ikut dalam arus besar demokrasi di negeri ini.<br /><br />Pemilihan kepala daerah langsung memberikan warna tersendiri dalam berdemokrasi di indonesia dengan menyertakan rakyat secara langusung untuk menentukan pemimpinnya sendiri di tingkat lokal/daerah.tetapi PILKADA juga melahirkan efek samping yang negatif,seperti polarisasi kelompok masyarakat serta meregangnya interaksi sosial di antara masyarakat itu sendiri dan tidak jarang dari proses PILKADA ini melahirkan bentrokan yang mengarah pada tindakan anarkis.<br /><br />Beberapa Ilmuwan politik mengatakan, suatu negara dikatakan demokratis bila memenuhi prasyarat antara lain memiliki kebebasan kepada masyarakat untuk merumuskan preferensi-preferensi politik mereka melalui jalur-jalur perserikatan, informasi dan komunikasi; memberikan ruang berkompetisi yang sehat dan melalui cara-cara damai; serta tidak melarang siapapun berkompetisi untuk jabatan politik.Dalam hal ini jelas, kompetisi politik yang damai menjadi prasyarat penting bagi demokrasi.Oleh karena itu, salah satu agenda terpenting dalam konteks Pilkada langsung adalah meminimalisasi potensi-potensi konflik tersebut.<br /><br />Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya konflik dalam Pilkada,dan jika hal ini tidak diantisipasi maka akan melahirkan sebuah kerugian yang besar yang akan di terima oleh masyarakat. Beberapa hal yang menyebabkan konfli itu diantaranya :<br /><br /><br /><br /> 1. banyak kebolongan-kebolongan aturan-aturan Pemilihan kepala daerah (PILKADA). Diatara kebolongannya itu adalah terlalu besarnya hegemoni partai politik dalam Pilkada, hal ini di tunjukan dengan tidak di akomodirnya calon independent dalam Pilkada,walaupun secara tegas Mahkamah Konstitusi membolehkan calon Independen tetapi belum lahir juga aturan yang jelas tentang mekanisme pencalonan secara independent.sedangkan calon-calon yang di tawarkan oleh parpol kebanyakan tidak di sukai oleh rakyat.dan masih banyaknya calon-calon dari luar parpol yang di sukai dan di nilai kompeten untuk menjadi pemimpin di daerah. Hal ini di tunjukan dengan masih tingginya suara golput dalam beberapa rangkai pilkada ke belakang.<br /><br /><br /><br /> 1. masih lemahnya pendidikan politik untuk masyarakat.inilah tugas kita sebagai Civil society yang merupakan pilar ke tiga dalam mewujudkan Good Governance.masyarakat sangat perlu untuk di didik agar melek politik supaya masyarakat tidak terus di bohongi oleh calon pemimpinnya di daerah.karena bentrokan yang terjadi adalah setingan para elit politik.lemahnya pemahaman politik masyarakat ini di tunjukan dengan masih banyaknya Incumbent yang terpilih kembali,yang padahal incumbent ini telah gagal dalam mensejaherakan rakyatnya.oleh karena itu pendidikan politik untuk masyarakat sangat penting di dilakukan agar masyarakat paham dan bisa menuai hasil yang optimal dalam momentum pilkada ini untuk masa depan mereka.<br /><br /><br /><br /> 1. potensi konflik pasca Pilkda juga perlu di perhatikan dengan baik karena hal ini tidak kalah krusialnya menurut saya. Jika tidak di menej dengan baik maka akan melahirkan konflik yang lebih besar.. Konflik pasca Pilkada juga dimungkinkan, jika terjadi kecurangan dalam proses pemilihan tanpa penyelesaian hukum yang adil, misalnya, menggunakan politik uang. Aturan yang termaktub dalam UU Pilkadal seolah membuka peluang terjadinya persaingan politik uang di antara para kontestan. Hal ini jelas menimbulkan kecemburuan di kalangan kontestan yang “miskin”. Hal ini bisa kita lihat beberapa pilakda kebanyakan berakhir di pengadilan,sebut saja misalnya hasik Pilkada Depok,Pilkada Kab Bandung,atau kabar terbaru yang kita saksikan bersama di media masa. Mahkamah agung memutuskan agar di lakukan pilakda ulang di 4 kabupaten pad pilkada Sulawesi selatan.atau berakhirnya pilkada maluk utara di tangan KPU pusat yang penuh dengan kontroversi.<br /><br />Menurut saya tiga potensi konflik dalam pilkada ini harus segera kita antisipasi bersama agar tidak merugikan semua pihak. Demokrasi di tingkat local/daerah harus kita maksimalkan sehingga dalam momentum ini bisa lahir sebuah perubahan yang signifikan bukan malah kemudian menjadi kontra produktif bagi kemashlahatan untuk rakyat banyak.semua pihak harus proaktif dalam mewujudkan good governace di tigkat nasional maupun di tingkat local/daerah.<br /><br />Sumber: <a href="http://eljundi.wordpress.com/2007/12/21/potensi-konflik-pilkada/">Eljundi</a>.Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-27802031664677275722010-05-09T00:56:00.000-07:002012-08-13T00:33:16.225-07:00Sengketa Pemilukada<span style="font-weight:bold;">Penyelesaian Pilkada di PT Bisa Timbulkan Konflik</span><br /><br />Ahli hukum tata negara Saldi Isra mengatakan, pengalihan penyelesaian sengketa pemilihan umum kepala daerah (pilkada) dari Mahkamah Konstitusi (MK) ke pengadilan tinggi (PT) justru akan menimbulkan ketegangan yang semakin tinggi.<br /><br /> "Kalau dibawa ke pengadilan tinggi itu akan semakin dekat dengan tempat peristiwa dan pelaku politik dalam pilkada. Nah itu akan menimbulkan ketegangan-ketegangan di daerah akan semakin tinggi," kata Saldi Isra, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, jarak tempuh jauh para pemohon dan termohon dapat mencegah kehadiran para pendukung pasangan calon kepala daerah ke Jakarta sehingga ketegangan antar pendukung dapat diminimalisasi.<br /><br /> Pengamat pemilu Hadar Nafis Gumay juga mengatakan gagasan penyelesaian sengketa pilkada di pengadilan tinggi, tidak tepat.<br /><br /> "Karena pengaturan ini akan berpotensi bertentangan dengan konstitusi. Pilkada adalah pemilu dan yang berwenang menyelesaikan sengketa hasil pemilu adalah MK," katanya.<br /><br /> Selain itu, ujarnya, sulit untuk mengharapkan kapasitas, netralitas, dan profesionalitas yang ada pada pengadilan tinggi saat ini.<br /><br /> "Maksud untuk efisiensi malah jadi boros karena muncul biaya sosial politik yang harus ditanggung sebagai akibat penyelesaian sengketa yang tidak lancar," katanya.<br /><br /> Mendagri Gamawan Fauzi mengatakan, usulannya agar penyelesaian sengketa hasil Pemilu pilkada melalui pengadilan tinggi, demi efisiensi tanpa menghilangkan substansi.<br /><br /> Mendagri menjelaskan, biaya yang dikeluarkan daerah untuk membawa persoalan pemilu ke Mahkamah Konstitusi sangat tinggi. Sementara jika dikembalikan penanganannya ke daerah melalui pengadilan tinggi, akan banyak biaya yang bisa dihemat.<br /><br /> "Coba bayangkan jika yang bermasalah di daerah jauh, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk ke pusat. Jika dikembalikan ke daerah berapa biaya yang bisa dihemat, ini untuk efisiensi tanpa menghilangkan substansinya," katanya.<br /><br /> Jika ada keraguan terhadap hakim yang memutuskan perkara, ujar Mendagri, maka bisa dengan hakim kolegial.<br /><br /> Menurut Gamawan, jika semua pihak sependapat dengan usulan ini maka pihaknya akan memasukkan ini kedalam rancangan revisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya berkaitan dengan penyelenggaraan pilkada.<br /><br /> "Kalau semua pihak sependapat, maka akan terus dimasukkan (dalam revisi)," katanya.<br /><br /> Sementara itu, Ketua Mahkamah Konstitusi Mohammad Mahfud MD menyatakan setuju jika sengketa pilkada dialihkan ke pengadilan tinggi.<br /><br /> "Soal penanganan pilkada ke pengadilan tinggi, saya kira sebagai Ketua MK setuju sekali karena bosan menangani hal-hal yang sama," katanya.<br /><br /> Menurut dia, pola penanganan sengketa pilkada polanya sama, seperti pelanggaran politik uang, jabatan struktural, dan kecurangan.<br /><br />Sumber: <a href="http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=257126">Suara Karya</a><br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Pemerintah Setuju Sengketa Pemilu Kada Ditangani Pengadilan Tinggi </span><br /><br />Pemerintah, dalam hal ini Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi menilai penyelesaian sengketa pemilihan umum kepala daerah (pemilu kada) di pengadilan tinggi (PT) merupakan langkah efektif. Setidaknya, penyelesaian dengan cara itu akan menekan cost pemilu kada.<br /><br />Oleh karena itu ia berharap wacana tersebut perlu terus dikaji dalam rangka persiapan menghadapi pelaksanaan pemilu kada serentak. "Jika pemilu kada dilakukans serentak maka Mahkamah Konstitusi akan kerepotan. Makanya kami usulkan pengadilan di daerah, kalau penyelesaian terdistribusikan, kan beban akan terbagi,†ujarnya di Jakarta, Rabu (7/7).<br /><br />Pemilu kada serentak akan dilakukan dalam dua tahapan. Selama rentang masa satu jabatan presiden, ada dua kali pemilu kada serentak. Untuk mengatasi masalah kemampuan hakim, ia menyarankan agar penanganan sengketa pemilu kada dilakukan oleh majelis hakim secara kolegial. Kemungkinannya majelis terdiri atas lima sampai tujuh orang. “Kalau khawatir satu hakim saja, bisa lima atau tujuh. Saya lihat ini dari sisi efesiensi," jelasnya.<br /><br />Gamawan mengaku bahwa wacana itu muncul setelah ia menemui seseorang dari daerah yang berperkara di Mahkamah Konstitusi. “Saya ketemu seseorang dari daerah, dia bawa saksi sampai 25 orang. Dia kalah, ini sudah kalah tambah beban biaya. Apalagi dia bawa berkas lima koper, coba bayangkan, berapa cost-nya,†tutur mantan Gubernur Sumbar itu.<br /><br /><br />Sumber: <a href="http://www.mediaindonesia.com/read/2010/07/08/154206/3/1/Pemerintah-Setuju-Sengketa-Pemilu-Kada-Ditangani-Pengadilan-Tinggi">Media Indonesia</a>.Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-41269331495212652352010-04-09T00:44:00.000-07:002012-08-13T00:33:16.409-07:00PEMILUKADA DAN ISU PERIKANAN<span style="font-weight: bold;">Politik</span> adalah seni dalam meraih dan melanggengkan kekuasaan. Seni dalam memformulasikan segala effort untuk meraih satu tujuan yakni kekuasaan. Kekuasaan merupakan parameter utama penilaian terhadap keberhasilan kegiatan <span style="font-style: italic;">politik</span> yang dilakukan oleh para pelaku politik (baca:<span style="font-style: italic;">politisi</span>). Inilah menjadikan para pelaku politik selalu berlomba-lomba bahkan cenderung menghalalkan segala cara untuk meraih mahkota kekuasaan.<br /><br />Kontes dalam mendapatkan mahkota kekuasaan dalam proses perpolitikan di Indonesia dikenal dengan istilah pesta demokrasi. Berbeda dengan pesta pada umumnya yang melahirkan kegembiraan pada semua pihak, pesta demokrasi di Indonesia pasti akan melahirkan dua kondisi yang paradoks, yakni kebahagiaan bagi yang menang dan kesedihan bahkan frustasi bagi pihak yang kalah. Mengapa demikian? Karena pesta demokrasi bukanlah pesta dalam arti yang sesungguhnya, tapi pesta demokrasi adalah kompetisi antara beberapa pihak/kontestan politik dalam meraih perebutan kekuasaan. Kompetisi yang terjadi bukanlah kompetisi yang bersifat biasa. Kompetisi ini adalah kompetisi yang paling mahal yang pernah ada di negeri ini. Bahkan resikonya pun adalah sangat besar dan fatal, seperti kebangkrutan atau keputus asaan. Namun resiko ini tak pernah menyurutkan langkah bagi para anak bangsa untuk merebut kasta tertinggi yang bernama kekuasaan.<br /><br />Untuk menjadi pemenang dalam kontes demokrasi maka segala pihak yang berkompetisi haruslah menjalankan sebuah strategi yang mumpuni. Faktor utama penyebab seseorang bisa meraih kemenangan adalah sejauhmana kemampuannya dalam mencitrakan diri pada masyarakat sehingga masyarakat kenal dan simpati yang pada akhirnya memilih calon tersebut. Banyak strategi yang bisa diterapkan untuk menjadi pemenang. Ada strategi yang positif (sesuai dengan aturan) atau ada juga yang negatif, seperti : money politic, black campaign, manipulasi suara dan sederet kecurangan lainnya. Diantara strategi yang kerap dimainkan oleh para kontestan politik dalam kompetisi pertarungan politik baik pada pemilu anggota legislatif, pilpres atau pemilu kepala daerah adalah mengangkat sebuah opini dan isu yang menyita perhatian publik dan menimbulkan simpati bagi para pemilih.<br /><br />Saat ini masyarakat Bangka Belitung di beberapa kabupaten sedang menikmati jamuan pesta demokrasi dalam kegiatan Pemilihan umum Kepala daerah (Pemilukada). Beberapa calon-pun bermunculan dan saling berkompetisi untuk menjadi pemenang. Berbagai strategi kampanye pun diterapkan kepada masyarakat. Karakter Masyarakat pemilih yang terpolarisasi menjadi beberapa bagian menjadi garapan serius bagi para calon. Ada masyarakat cerdas, objektif dan sudah mantap menentukan pilihannya. Ada juga masyarakat yang sering disebut sebagai swing voter atau floating mass yang belum punya arah dan kepastian dalam menentukan pilihan. Disamping ketokohan calon dan kedekatan dengan masyarakat, kecerdasan dalam mengangkat isu kampanye menjadi sebuah komponen vital dalam mempengaruhi elektabilitas para pemilih.<br /><br />Pemilukada adalah kompetisi isu. Artinya adalah mereka yang mampu memainkan isu ditengah masyarakat yang mampu menjadi pemenang. Merujuk pada perjalanan kegiatan pemilu anggota legislatif, pilpres, dan pemilukada yang telah dilangsungkan dibeberapa daerah di Indonesia, isu yang selalu diangkat dan dimainkan oleh para calon yang berkompetisi antara lain : isu pendidikan gratis, isu pengobatan graris, isu kemudahan mendapatkan lapangan kerja, isu harga sembako murah, dan bagi calon incumbent isu empuk yang selalu diangkat adalah isu keberhasilan dalam pemerintahannya. Isu-isu tersebut sering diangkat karena isu-isu tersebut dipandang seksi dan eksotik untuk mempengaruhi para pemilih. Pada perhelatan Pemilukada yang saat ini berlangsung dibeberapa daerah di Bangka Belitung, para kandidat pun berlomba-lomba dalam memainkan isu sebagai bagian dari effort dalam memenangkan pemilukada. Isu-isu yang diangkat adalah isu-isu yang populis walaupun terkadang isu tersebut cenderung bombastis, membosankan dan abstrak.<br /><br />Isu Perikanan dan pertanian merupakan isu yang hampir tidak pernah diangkat atau digembar-gemborkan oleh para calon kepala daerah di Bangka Belitung. Isu ini dianggap sebagai isu yang tidak populis. Apalagi jika melihat mayoritas masyarakat Bangka Belitung yang saat ini berprofesi sebagai penambang timah. Artinya adalah jika isu perikanan dan pertanian diangkat, maka kemungkinan besar tidak akan berpengaruh nyata pada tingkat elektabilitas pemilih. Secara logika politik hal itu ada benarnya. Namun jika berpikir secara integral, dengan melihat kondisi alam Bangka Belitung yang semakin rusak oleh kegiatan penambangan, dengan semakin menipisnya kandungan timah, maka selayaknyalah isu pertanian dan perikanan diangkat untuk menjadi solusi atas kondisi pasca timah yang sewaktu-waktu akan terjadi. Bangka Belitung pernah mengalami masa keemasan lada putih.<br /><br />Namun seiring dengan maraknya penambangan timah, keemasan lada sudah memudar. Komoditi pertanian/perkebunan yang saat ini masih bisa bertahan ditengah gempuran timah adalah karet dan kelapa sawit. Disamping pertanian/ perkebunan, saat ini muncul kegiatan budidaya perikanan yang mulai marak dilakukan oleh para masyarakat walaupun kegiatannya belum massif. Hal ini dikarenakan fokus pemerintah daerah dalam mengembangkan sektor ini masih kurang. Padahal sektor perikanan sangat prospektif bagi peningkatan kemajuan masyarakat.<br /><br />Terlepas apakah isu pertanian dan perikanan diangkat atau tidak oleh para dalam kampanye, kita berharap muncul kesadaran bagi siapapun para kandidat yang terpilih dalam pemilukada bahwa pertanian dan perikanan adalah sektor yang sangat penting dijadikan fokus pengembangan daerah pasca timah. Kita berharap dalam visi, misi atau program pembangunan para calon kepala daerah menjadikan sektor pertanian dan perikanan sebagai program strategis dan unggulan yang akan dilaksanakan kelak jika terpilih.<br /><br />Saat ini proses pemilukada di beberapa daerah di Bangka Belitung sedang berlangsung dan siap melahirkan pemimpin. Setiap calon pastinya bekerja keras dalam menerapkan strategi untuk menang termasuk strategi dalam memainkan isu. Apapun isunya, bagaimanapun cara untuk menangnya, komitmenlah yang dituntut bagi para pemimpin baru tersebut. Komitmen atas janji-janji yang disampaikan selama kampanye. Tidak hanya komitmen atas janji tetapi juga komitmen untuk membangun daerah yang berorientasi pada sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Salahsatu langkah bijak yang layak ditempuh adalah dengan menjadikan sektor pertanian dan perikanan sebagai unggulan.<br /><br />Kita merindukan pemimpin yang visioner, pemimpin yang punya visi dan misi dalam membangun daerah dan mensejahterakan masyarakatnya. Realisasi hal tersebut tentu saja harus berbasis pada potensi sumber daya alam yang terdapat didaerah tersebut dengan tidak mengorbankan kelestariannya. Cukup sudah Bangka Belitung dilanda tsunami kerusakan alam dan lingkungan perairan oleh penambangan timah yang sporadis. Saatnya untuk mengembalikan kejayaan pertanian dan membangun imperium budidaya perikanan.<br /><br /><br />Written By : Eva Prasetiyono, S.Pi<br />Sumber: <a href="http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=PEMILUKADA%20DAN%20ISU%20PERIKANAN&&nomorurut_artikel=442">ubb.ac.id</a>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-36162592907509950142010-03-09T23:31:00.000-08:002012-08-13T00:33:16.536-07:00Obama Dan Politik Indonesia<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_ckHHf1TlT_Q/S5dMWUX0IdI/AAAAAAAAANM/VSJI6Xkb56k/s1600-h/obama.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 250px; height: 167px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_ckHHf1TlT_Q/S5dMWUX0IdI/AAAAAAAAANM/VSJI6Xkb56k/s320/obama.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5446906220637331922" border="0" /></a><br /><span style="font-weight: bold;"><br /><br />Pemerintah Diminta Sampaikan Pesan Politik pada Obama</span><br /><br />Anggota Komisi I DPR Al Muzzammil Yusuf meminta pemerintah RI memanfaatkan kedatangan Presiden Amerika Serikat <span style="font-weight: bold; font-style: italic;">Barack Obama</span> ke Indonesia pada Maret mendatang, untuk menyampaikan pesan-pesan politik pemerintah dan rakyat Indonesia.<br /><br />"Kedatangan Obama harus dimanfaatkan oleh pemerintah untuk menyampaikan pesan-pesan politik Indonesia secara elegan kepada AS dan sekaligus dunia internasional," ujar anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) itu di Jakarta, Ahad.<br /><br />Al Muzzamil Yusuf mengatakan pesan-pesan yang seharusnya disampaikan pemerintah Indonesia kepada Obama di antaranya adalah persoalan hubungan bilateral yang harus didasari oleh penghormatan kedaulatan terhadap masing-masing negara.<br /><br />Karena itu, lanjut dia, gaya diplomasi masa lalu yang dilakukan mantan Presiden AS George Bush yang arogan dan anti dialog tidak patut diteruskan karena hal tersebut hanya akan memancing reaksi negatif berbagai partai, ormas, LSM dan elite politik Indonesia, bahkan di mayoritas masyarakat Indonesia juga terbentuk sikap anti AS.<br /><br />Selain itu, kata Muzzammil, perlu pula disampaikan bahwa masyarakat Indonesia tidak hanya membutuhkan demokrasi, tapi juga kesejahteraan, sehingga berbagai bentuk kerja sama bilateral dengan negara mana pun pada intinya harus memberikan keuntungan yang seimbang dan timbal balik secara ekonomi.<br /><br />"Maka pasar bebas yang cenderung menguntungkan pihak yang kuat harus diwaspadai dan diantisipasi. Tema-tema pemerataan dan keadilan ekonomi harus menjadi perhatian bersama. Pemerintah RI tidak boleh alpa menyuarakan hal ini," tegasnya.<br /><br />Sebagai negara yang saat ini terbilang paling demokratis di ASEAN dan dunia Islam, kata dia, membuat Indonesia sedang dan akan mampu berperan aktif untuk membuka dialog demokratis ke depan. Indonesia akan "leading" untuk menyuarakan isu-isu HAM dan penegakan hukum Internasional.<br /><br />"Dalam konteks ini, Indonesia akan banyak berseberangan dengan cara-cara represif yang dilakukan AS di Palestina, Irak, Afghanistan dan Guantanamo, yang jelas-jelas melawan HAM dan hukum internasional. Hal ini harus disampaikan pula ke Obama," katanya.<br /><br />Selain itu, kata Al Muzzamil, maka Obama juga perlu didorong oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk kembali dengan janji-janji diplomasi internasional yang lebih dialogis.<br /><br />"Janji ini adalah sesuatu yang tampaknya kini ditinggalkan Obama, yang secara perlahan memilih gaya lama Bush. Keadilan tata politik dunia dan kemakmuran masyarakat dunia harusnya menjadi cita-cita bersama para pemimpin dunia, khususnya negara adidaya," demikian Al Muzzammil Yusuf.<br /><br />Sumber: <a href="http://www.mediaindonesia.com/read/2010/02/07/121729/15/1/Pemerintah-Diminta-Sampaikan-Pesan-Politik-pada-Obama">Media Indonesia</a>.<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Jakarta Siap Sambut Kunjungan Obama</span><br /><br /><br />Menjelang kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Indonesia pada 20-22 Meret 2010, Direktorat Intelijen Polda Metro Jaya memastikan situasi keamanan Jakarta dalam keadaan kondusif. Untuk memastikan kesiapan keamanan ibu kota, Pemprov DKI juga telah menggelar rapat dengan sejumlah jajaran Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) guna membahas situasi keamanan terkini di ibu kota.<br /><br />Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan, sebagai ibu kota negara, Jakarta sering kali menerima kunjungan kepala negara atau kepala pemerintahan dari negara-negara sahabat. Karena itu, Pemprov DKI Jakarta dan pemerintah pusat sudah memiliki Standard Operational Procedure (SOP) untuk mempersiapkan kunjungan kepala negara atau kepala pemerintahan negara lain, meskipun hingga kini belum ada rapat khusus dengan pemerintah pusat untuk membahas lebih lanjut perihal pengamanan maupun konsep protokoler yang akan disiapkan.<br /><br />Di samping itu, Pemprov DKI juga tetap bersiaga di lokasi-lokasi yang mungkin dikunjungi oleh Obama seperti Bandara Halim Perdanakusuma, Istana Negara, dan Taman Makam Pahlawan Kalibata.<br /><br />“Itu yang sudah pasti dan tidak bisa dirubah. Namun kemungkinana ada kunjungan optional seperti ke SDN 01 Besuki di Menteng. Saya sudah minta Walikota Jakarta Pusat dan Kepala Dinas Pendidikan bersiap-siap menerima kunjungan Obama. Tapi kalau tidak jadi ke sana ya tidak apa-apa,” kata Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta, usai Rapat Muspida di Balaikota DKI, Jakarta, Rabu (10/3).<br /><br />Untuk pengamanan tamu, Fauzi meyakinkan sudah ada SOP yang memiliki banyak aturan yang berbeda. Misalnya SOP kedatangan tamu dilihat dari tempat kedatangan tamu apakah dari bandara Halim Perdanakusumah atau Soekarno-Hatta. Lalu apakah tamu datang dengan pesawat pribadi atau dengan pesawat komersial. “SOP ini menjadi referensi acuan gerak di lapangan buat aparat-aparat yang terkait,” terangnya.<br /><br />Meski begitu, Fauzi berharap keamanan di DKI Jakarta terus ditingkatkan. Peningkatan keamanan di DKI tidak hanya disebabkan oleh kedatangan Obama, melainkan gejolak politik yang terjadi di Indonesia yang harus membuat Jakarta terus bersiaga. Dicontohkannya, maraknya kasus Century membuat aksi unjuk rasa beralih dari semula terkonsentrasi di Gedung DPR/MPR RI di Gatot Subroto, bepindah di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Kuningan.<br />Tak hanya itu, Jakarta pun terimbas kerusuhan Makassar, yang menimbulkan aksi unjuk rasa berujung anarkis di Jakarta Pusat. “Tapi kami yakin, bisa membuat Jakarta tetap dalam keadaan yang kondusif,” tegasnya.<br /><br />Terkait agenda Rapat Muspida, selain membahas persiapan kunjungan Presiden Obama juga dibahas soal kondisi keamanan terakhir kota Jakarta. “Saya bersyukur, sampai dengan saat ini kondisi ibukota masih dalam keadaan baik, aman dan terkendali. Kita tentu berharap kondisi atau situasi yang kondusif ini bisa terus kita pelihara bersama-sama di waktu-waktu yang akan datang,” harapnya.<br /><br />Direktur Intel Polda Metro Jaya Kombes (Pol) Irlan mengungkapkan, fokus pembahasan Rapat Muspida DKI untuk melihat sejauhmana kesiapan aparat keamanan dalam menerima kunjungan Presiden AS. “Saya jelaskan kepada gubernur, kondisi keamanan ibu kota sampai saat ini kondusif, sekalipun ada kegiatan aksi-aksi yang dilakukan masyarakat. Kita sudah siap untuk menerima Presiden Obama,” kata Irlan.<br /><br />Namun, pihaknya belum bisa menyebutkan kekuatan personil yang akan dilibatkan saat kunjungan Presiden AS tersebut. Menurutnya pelibatan kekuatan personil Polda Metro Jaya akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat yang akan dikunjungi Presiden Obama selama di Jakarta. “Tentunya kita akan semaksimal mungkin melibatkan kekuatan personil kita sesuai dengan tantangan yang dihadapi,” tandasnya.<br /><br />Sumber: <a href="http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?idwil=0&nNewsId=37905">Berita Jakarta</a>.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Indonesia Harus Bisa Memetik Manfaat Kunjungan Obama </span><br /><br /><br />Pemerintah Indonesia harus mengambil manfaat sebesar mungkin dari kedatangan <span style="font-weight: bold; font-style: italic;">Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Indonesia</span>.<br /><br />Selain meningkatkan hubungan militer kedua negara, kedatangan Obama harus menandai peningkatan kerja sama di berbagai program terutama di bidang kesejahteraan masyarakat.<br /><br />Hal itu disampaikan Ketua DPP Partai Golkar yang juga Wakil Ketua Komisi I DPR Agus Gumiwang Kartasasmita kepada Suara Karya, di Jakarta, Selasa (9/3).<br /><br />Agus Gumiwang diminta komentarnya terkait kedatangan Presiden AS Barack Obama ke Indonesia pada 22- 23 Maret mendatang.<br /><br />"Pemerintah Indonesia harus memanfaatkan kunjungan Obama demi keuntungan semaksimal mungkin bagi rakyat Indonesia," ujarnya.<br /><br />Agus Gumiwang mengatakan, ada beberapa manfaat yang bisa dipetik Pemerintah Indonesia dari kunjungan Obama. Pertama, Indonesia bisa melakukan kerja sama untuk alih teknologi dari AS karena negara itu dikenal memiliki tingkat pengetahuan dan teknologi yang tinggi.<br /><br />"Terutama alih teknologi di bidang industri militer. Industri-industri strategis seperti PT Pindad bisa didorong untuk bekerja sama dengan perusahaan industri militer AS," ujarnya.<br /><br />Manfaat kedua, menurut Agus, AS merupakan kekuatan politik dan militer yang besar di dunia. Dengan melakukan kerja sama dan meningkatkan hubungan baik Indonesia dengan AS, Indonesia bisa memainkan kunci untuk menjaga stabilitas kawasan terutama di Asia Tenggara. Kestabilan kawasan Asia Tenggara akan memudahkan bagi Indonesia untuk melakukan program pembangunan.<br /><br />"Kalau kawasan Asia Tenggara tidak stabil, maka usaha untuk membangun Indonesia tentunya lebih sulit," ujarnya.<br /><br />Manfaat lain yang bisa dipetik Indonesia selain di bidang militer, menurut Agus, kerja sama di bidang-bidang kesehatan, kesejahteraan dan pendidikan.<br /><br />Saling Menguntungkan<br /><br />Ia mengingatkan, Indonesia merupakan negara demokrasi ketiga terbesar di dunia dan sebuah negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam namun bersikap moderat. Dengan posisi Indonesia seperti ini, kata Agus, Amerika Serikat pasti tertarik bekerja sama dengan Indonesia.<br /><br />"Jadi kerja sama Indonesia dan AS ini adalah sebuah keuntungan timbal balik. Bukan hanya bagi Indonesia, tapi juga bagi Amerika," ujarnya.<br /><br />Agus Gumiwang menekankan, kerja sama Indonesia dan AS ini harus riil dan bukan sekadar komitmen di atas kertas saja. "Perjanjian kerja sama komprehensif (comprehensive partnership agreement/CPA) ini harus riil sehingga bisa menjadi tonggak hubungan bilateral Indonesia dan AS ke depan," tuturnya.<br /><br />Secara terpisah, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat akan berupaya lebih meningkatkan hubungan kerja sama, termasuk normalisasi kerja sama di bidang militer yang sempat terganggu dengan kebijakan embargo militer dari Pemerintah Amerika Serikat.<br /><br />"Kesepakatan peningkatan upaya kerjasama ini akan dibahas pada saat kunjungan Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Ada kesepahaman untuk memperbaiki hubungan kera sama, seperti kerja sama militer," kata Menhan.<br /><br />Menhan berharap kedatangan Presiden AS Barack Obama akan menandai babak baru kerja sama militer di kedua negara yang saling menguntungkan.<br /><br /><br />Sumber: <a href="http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=248279">Suara Karya</a>.<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Manfaatkan Kunjungan Obama Untuk Naikan Posisi Indonesia</span><br /><br /><br />Barack Obama, Presiden Amerika Serikat ke-44 mungkin menjadi figur utama dunia saat ini, bukan saja karena dia presiden negara adidaya, tetapi juga menempati posisi tersendiri dalam catatan sejarah dunia.<br /><br />Mengawali karir politik dari aktivis sosial (community organizer), senator negara bagian, menjadi senator AS, kemudian tiba-tiba mengalahkan para calon presiden lain yang lebih senior darinya, termasuk John McCain dan sesama calon Partai Demokrat, Hillary Clinton.<br /><br />Tapi barangkali yang teristimewa darinya adalah kepribadiannya, yang bagi saya, sangat unik. Lahir dari pasangan ayah non Amerika berkewarganegaraan Kenya dan ibu keturunan Irlandia, menjadikan Obama seorang yang unik, seorang yang bisa bangga mewakili manusia tanpa batas ras.<br /><br />Dia sendiri dibanggakan warga kulit hitam sebagai Afro-Amerika, dan dia tak menolak itu karena pribadinya memang selalu ingin berdiri untuk kaum dhu'afa.<br /><br />Warga kulit hitam AS masih dikategorikan warga yang termarjinalikan dan ketika Obama menjadi Presiden AS, maka itu dianggap sebagai simbol "empowerment" (penguatan) mereka yang selama ini dipandang sebagai elemen masyarakat yang lemah.<br /><br />Sebagian kalangan bahkan menafsirkan kemenangannya sebagai "realisasi mimpi" Dr. Martin Luther, pejuang hak-hak sipil AS.<br /><br />Bagi saya sendiri, keunikan Obama sama sekali bukan pada warna kulit dan posisinya sebagai presiden negara terkuat dunia. Itu justru terletak pada pemikiran dan sikap politiknya selama kampanye, dan rencana-rencana kebijakannya menuju Gedung Putih.<br /><br />Sayangnya kebijakan-kebijakan itu tak semudah bayangan khalayak ramai. Sebuah kebijakan perlu melalui "pintu-pintu ketat politis" di Kongres dan Senat, sebelum disahkan menjadi kebijakan oleh Presiden.<br /><br />Diantara pemikiran dan sikap politik unik Obama adalah:<br /><br />Pertama, salah seorang yang sejak awal menentang Perang Irak oleh Presiden George Bush adalah Senator Illinois, Barack Obama. Sebagai ahli hukum internasional dari Universitas Harvard, Obama sadar betul bahwa apa yang dilakukan Presiden Amerika saat itu ilegal dan bertentangan dengan norma-norma kesepakatan internasional. Oleh karena itu, dia menentangnya dan menjadikannya sebagai salah satu tema utama kampanyenya.<br /><br />Langkah penting lainnya adalah menarik tentara AS dari Irak dalam beberapa bulan ke depan. Bagi saya, ini adalah bagian dari sikap bertangggungjawabnya yang tak ingin meninggalkan Irak begitu saja dan membuat Amerika dicatat sejarah sebagai tidak bertanggungjawab.<br /><br />Sikapnya di Irak ini jauh lebih baik ketimbang sikap politik pendahulunya dari kubu Republik.<br /><br />Kekerasan dan pembunuhan serta sejenisnya, memang masih saja terjadi, namun itu sudah jauh menurun, bahkan beberapa hari lalu rakyat Irak bisa melangsungkan pemilu yang secara umum sangat sukses.<br /><br />Tutup Guantanamo<br /><br />Kedua, sehari setelah dilantik sebagai presiden, Obama langsung menandatangani perintah menutup penjara Guantanamo, yang telah menjadi saksi sejarah hitam AS bahwa negara ini telah melanggar HAM, padahal selama ini AS dianggap pejuang HAM.<br /><br />Walaupun perintah penutupan Guantanamo belum sepenuhnya terwujud karena menghadapi kendala teknis, seperti penempatan ratusan penghuni penjara yang masih menunggu pengadilan dan upaya-upaya lawan politik Obama yang akan menjegal rencananya itu.<br /><br />Tapi dengan keberanian dan ketegasan Obama dalam menutup fasilitas itu adalah langkah yang patut dipuji.<br /><br />Ketiga, ini mungkin yang paling penting untuk ketahui orang, di hari kedua pemerintahannya, Obama langsung berkomunikasi dengan kedua pemimpin Israel dan Palestina dalam mencari solusi konflik Timur Tengah. Bahkan dia menindaklanjuti itu dengan langsung mengangkat seorang senator sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah.<br /><br />Bagi saya pribadi, di tengah gelombang perang Irak dan Afganistan, Barack Obama memberikan perhatian khusus kepada konflik Timur Tengah, khususnya Israel-Palestina.<br /><br />Barack sadar sepenuhnya bahwa konflik Palestina-Israel itu adalah kanker yang menggerogoti dunia. Jika konflik itu diselesaikan, sudah pasti kekisruhan-kekisruhan dunia bisa diselesaikan.<br /><br />Yang paling menarik bagi saya adalah kenyataan bahwa Barack Obama "berani" memposisikan diri sebagai "mediator" yang tidak memihak. Setidaknya, ini terlihat dari berbagai pernyataannya yang cenderung tidak "menyalahkan" Palestina seperti para pendahulunya. Di sisi lain, dia melemparkan pernyataan keras kepada Israel, padahal, kita tahu, bagi presiden AS, mengeritik Israel sama dengan "bunuh diri politik."<br /><br />Keempat, menyadari selama beberapa tahun terakhir Amerika dikritik keras dalam soal HAM, terutama pada kasus penyiksaan tahanan tersangka terorisme, Barack Obama dengan tegas melarang semua bentuk penyiksaan, termasuk water boarding (melelapkan muka tahanan ke air) seperti pernah dialami Sheikh Khalid Mohammed, perancang serangan teroris ke WTC.<br /><br />Bagi saya pribadi, ini sebuah visi sekaligus komitmen besar. Di saat Amerika merasa terancam oleh apa yang disebut "American haters" (sentimen kebencian terhadap Amerika), Barack justru teguh pada batasan-batasan hukum, tak seperti pendahulunya yang kadang mengiraukan dan melanggarnya demi alasan keamanan nasional.<br /><br />Peduli kaum dhua`fa<br /><br />Kelima, di bidang ekonomi Barack Obama telah banyak mencoba memodifikasi berbagai aturan yang memihak kaum lemah. Program bail out sebenarnya untuk menyelamatkan para pekerja dari pemutusan hubungan kerja besar-besaran oleh perusahaan-perusahaan AS.<br /><br />Langkah itu harus dilihat sebagai bagian dari kepeduliannya pada kaum dhu'afa yang adalah bagian dari "tabiat pribadi" Barack Obama yang pernah menyelami kehidupan kaum dhu'afa.<br /><br />Contoh lain adalah beberapa peraturan yang jelas sekali memihak pengguna kartu kredit yang biasa dicekik utang perusahaan kredit.<br /><br />Beberapa peraturan terakhir yang diprakarsainya telah memaksa perusahaan-perusahaan penerbit kartu kredit memodifikasi usahanya sehingga tidak lagi membebani para pelanggan.<br /><br />Tapi, upaya terbesar yang menjadi prioritas utamanya adalah reformasi perlindungan kesehatan (healthcare) yang mati-matian ditentang kubu Republik.<br /><br />Saya menilai, penentangan Republik tidak dilandasi oleh kepentingan khalayak ramai, tapi lebih kepada upaya menjegal program prioritas Obama.<br /><br />Dan sudah tentu tujuan akhir dari itu adalah menjatuhkan kredibilitas Barack di depan publik, yang ujung-ujungnya membuat rakyat Amerika tidak lagi memilihnya untuk priode keduanya nanti.<br /><br />Keenam, Barack Obama memiliki komitmen demokrasi dengan menjunjung tinggi kemajemukan manusia. Dengan sadar dan sama sekali tidak canggung, Obama "berbicara langsung" dengan berbagai kalangan, termasuk dunia Islam.<br /><br />Pesan-pesan yang disampaikannya di Kairo, Mesir, beberapa waktu lalu adalah wujud kesadarannya mengenai dunia yang saling tergantung (interdependen).<br /><br />Barack Obama sadar bahwa tak ada satu pun bangsa atau negara, termasuk negara adidaya Amerika, hidup tanpa bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain.<br /><br />Sikap dan kebijakan Obama ini, bagi saya pribadi, sangat bertentangan dengan sikap pendahulunya yang melemparkan slogan "With us or against us" (menjadi kawan atau lawan).<br /><br />Selain itu, Obama sangat santun mengeritik lawan-lawan politiknya, terhadap Presiden Iran sekalipun.<br /><br />Barack tetap memakai bahasa santun ketika mengkritisi sikap Presiden Ahmadinejad yang bersikukuh mengembangkan energi nuklir di negaranya. Itu berbeda dari George W. Bush yang melabeli Iran dengan predikat "uncivilized" (tak beradab), termasuk mengistilahkannya masuk Poros Kejahatan (Evil Axis).<br /><br />Kunjungan ke Indonesia<br /><br />Pertengahan Maret ini, Presiden Barack Obama akan mengunjungi Indonesia, sebelum menandangi Australia. Sebagaimana biasa, rencana ini disikapi berbeda oleh masyarakat Indonesia. Tentu, berbeda pandangan adalah hal baik.<br /><br />Saya yakin Barack Obama sendiri akan senang dengan adanya perbedaan pandangan pada masyarakat karena itu adalah gambaran kebebasan berfikir dan demokrasi.<br /><br />Akan tetapi, seandainya saya ditanya 'Apakah kunjungan Barack Obama ke Indonesia harus mendapat sambutan atau penolakan', dengan tegas saya katakan 'harus diterima dengan penerimaan yang terhormat.'<br /><br />Alasannya sangat sederhana, jika Barack Obama yang memimpin negara terkuat dunia saja ingin membangun hubungan yang baik dan sejajar dengan dunia lain, hampir dalam segala skala kehidupan -dari pendidikan, ekonomi, hingga kekuatan militer-, mengapa Indonesia tidak menggunakan momentum itu untuk membangun hubungan yang sejajar dengan Amerika?<br /><br />Kalaupun ada yang melihat bahwa pemerintahan Amerika sekarang belum maksimal mewujudkan harapan banyak orang di berbagai belahan dunia, seharusnya itu dilihat secara bijak, dalam arti sebuah kebijakan politik di negara demokrasi tidak ditentukan oleh pribadi.<br /><br />Barack Obama bukan raja, bukan pula diktator. Dia adalah seorang presiden yang dikelilingi banyak kepentingan. Dalam menentukan sikap, dia tentu punya pertimbangan politis yang didasarkan kepada kemaslahatan mayoritas dan demi kepentingan jangka panjang.<br /><br />Kalaulah Barack Obama bisa memaksakan kehendak, maka sudah pasti dia akan memaksa Israel menghentikan pembangunan pemukiman di daerah Palestina. Secara politis, Barack telah mengingatkan Israel akan aktivitas ilegalnya di daerah Palestina.<br /><br />Akhirnya, saya ingin mengatakan, masanya umat ini berintrospeksi akan masa-masa lalu, sekaligus membuka mata lebar-lebar dan memandang jauh ke depan.<br /><br />Apa sih yang bisa dihasilkan dari sikap reaksional dan emosional yang sebelum ini cenderung mengemuka? Tidakkah lebih baik jika kepemimpinan Barack Obama yang notabene sangat menghormati keragaman, memihaki kaum dhu'afa, dan berusaha seimbang menyikapi berbagai konflik di dunia, minimal dari sikap pribadinya, kita tangkap dan jadikan momen baik guna merangkul Amerika, lalu berusaha memberikan masukan-masukan konstruktif ke depan?<br /><br />Adalah lebih baik jika Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar di dunia, menempatkan diri sebagai 'pemain yang efektif' dalam upaya-upaya resolusi konflik dunia?<br /><br />Jangan sampai penentangan terhadap <span style="font-style: italic;">kunjungan Obama</span> itu sebagai wujud kefrustasian, pesimistis, apatis dan sikap menyalahkan, karena umat yang sehat adalah umat yang selalu positif, visioner, optimis dan menyelesaikan persoalan.<br /><br />Saya yakin, umat Islam Indonesia adalah umat Islam yang selalu mengedepankan pandangan positif. Dan terpenting, meneropong jauh ke depan perjuangan umat dalam rangka membangun dunia yang lebih bermartabat. Semoga!<br /><br />(Penulis adalah Direktur Jamaica Muslim Center, Imam pada Islamic Center New York dan pengurus Masjid Indonesia di Amerika Serikat)<br /><br />Sumber: <a href="http://www.antara.co.id/berita/1268195952/manfaatkan-kunjungan-obama-untuk-naikan-posisi-indonesia">Antara</a>.Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-13066839665233616712010-03-08T00:40:00.000-08:002012-08-13T00:33:16.560-07:00Soekarno, Pers dan PolitikPenulis: <a href="http://peter-kasenda.blogspot.com/">Peter Kasenda</a>.<br /><br />Peranan pers dalam masa pergerakan nasional merupakan salah satu studi yang penting, karena itu selain sebagai media informasi biasa, pers juga berperan sebagai mediator untuk menyampaikan gagasan-gagasan yang sifatnya kebangsaan dalam rangka usaha untuk mencapai cita-cita Indonesia Merdeka. Pemimpin-pemimpin pada masa itu seperti Douwes Dekker, Haji Agus Salim maupun H.O.S. Tjokroaminoto menggunakan sarana media massa untuk menyampaikan ide-ide serta gagasannya kepada masyarakat atau kepada para pengikutnya masing-masing.<br /><br />Atau dengan kata lain, surat kabar mempunyai fungsi untuk menyalurkan aspirasi penulis atau merupakan tempat buat penulis untuk mempengaruhi sidang pembaca agar bersikap atau mempunyai pandangan seperti apa yang diinginkan oleh penulis. Hal semacam itu juga dilakukan Soekarno ketika beranjak dewasa, dia menulis dalam Oetoesan Hindia dalam kuartal kedua tahun 1921, “ … Sosialisme, komunisme, inkarnasi-inkarnasi Vishnu Murti, bangkitlah di mana-mana! Hapuskan kapitalisme yang didukung oleh imperialisme yang merupakan budaknya! Semoga Tuhan memberikan kekuatan kepada Islam agar berhasil …,” Tulisan itu jelas merupakan ekspresi kebencian Soekarno kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda, yang dianggap telah mengeskploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang terdapat di bumi Nusantara tercinta ini. Sekaligus menunjukkan keinginan agar sidang pembacanya ikut serta menumbangkan kapitalisme dan imperialisme.<br /><br />Sebagai penyumbang tulisan pada surat kabar Oetoesan Hindia, selama lima tahun, sejak tahun 1918—1922. Bisa jadi, tulisan-tulisan Soekarno mempengaruhi sidang pembacanya. Tetapi yang jelas surat kabar ini mempunyai jumlah pembaca cukup banyak, maklum pada saat itu dapat dikatakan kalau Sarekat Islam—yang merupakan pemilik surat kabar Oetoesan Hindia—adalah termasuk organisasi yang terbesar, yang jumlahnya konon kabarnya pada masa-masa jayanya pada tahun 1910-an, mencapai dua juta pengikut.<br /><br />Yang menarik adalah Soekarno menggunakan nama samaran Bima, yang diambil dari tokoh cerita wayang, Mahabhrata, yang dapat diartikan sebagai prajurit besar atau juga berarti keberanian dan kepahlawanan. Bisa jadi penggunaan nama samaran itu, sebab Soekarno tidak mau tindakan itu justru menyulitkan dirinya sebagai siswa di sekolah Belanda. Dan untuk memahami keinginan Soekarno, mungkin lebih baik memahami lewat kata-kata yang diungkapkan oleh Soekarno dalam Autobiografinya:<br /><br />“Aku menulis lebih dari 500 karangan. Seluruh Indonesia membicarakannya. Ibu, yang tidak tahu tulis-baca, dan bapakku tidak pernah tahu bahwa ini adalah anak mereka yang menulisnya. Memang benar, bahwa keinginan mereka yang paling besar adalah, agar aku menjadi pemimpin dari rakyat, akan tetapi tidak dalam usia semuda itu.”<br /><br />“Tidak dalam usia yang begitu muda, yang akan membahayakan pendidikanku di masa yang akan datang. Bapak tentu akan marah sekali dan akan berusaha dengan berbagai jalan untuk mencegahku menulis. Aku tidak akan memberanikan diri menyampaikan kepada mereka, bahwa Karno kecil dan Bima yang gagah berani adalah satu.“<br /><br />Setelah H.O.S. Tjokroaminoto dituduh terlibat dalam peristiwa “Afdeling B” di Garut pada tahun 1919 dan dijatuhi hukuman pada tahun 1921. Muncullah perpecahan di dalam tubuh Sarekat Islam sendiri tak terelakan lagi, maka Oetoesan Hindia tutup usia pada triwulan pertama tahun 1923, setelah tiga belas tahun terbit.<br /><br />Mungkin yang cukup mengherankan adalah, Soekarno sebagai anggota Jong Java, Cabang Surabaya, yang mempunyai peranan penting dalam organisasi tersebut. Bahkan ia pernah mengusulkan agar surat kabar Jong Java yang diterbitkan dalam bahasa Belanda itu, ditulis dalam bahasa Indonesia saja. Tetapi tidak terdapat cukup keterangan kalau Soekarno pernah menulis pada surat kabar itu. Dalam autobiografi Soekarno pun tak ada keterangan tentang hal itu.<br /><br />Ketika ia sebagai siswa Hogere Burger School, Surabaya, Soekarno menjadi penyumbang tulisan pada surat kabar Oetoesan Hindia. Tetapi ketika ia pindah ke Bandung menjadi mahasiswa Tehniche Hogere School, ia menyumbang tulisan buat surat kabar Sama Tengah. Ketika Dr. Tjipto Mangunkusumo mengetahui hal itu, ia menjadi marah kepada Soekarno, dan mengatakan:<br />“Sukarno, ben je gek, ben je gek! Kena apa? Er bestaat geen ‘sama tengah‘! Di dalam pergerakan nasional tidak sama tengah. Tidak, engkau harus memihak of zit hier, of je zit daar. Of je bent anti-imperialisme, of je ben en antek van het imperialisme. Of je vecht voor devrijheid van Indonesia, of je vecht voor het behoud van de Nederlands kolonie, Nederlands Indie. Ben jek gek!”<br /><br />Setelah mendapat teguran keras dari Dr. Tjipto Mangunkusumo, Soekarno menyatakan diri keluar dan berhenti sebagai ‘pembantu’ surat kabar Sama Tengah di Bandung. Konon kabarnya menurut Solichin Salam—salah satu orang yang menulis biografi Soekarno—Soekarno bersama-sama dengan M. Kartosuwiryo ikut terlibat dalam sebuah surat kabar Fajar Asia.<br /><br />Pada awal tahun 1927, ‘organ baru’ H.O.S. Tjokroaminoto Bendera Islam, memberikan kesempatan kepada Ir. Soekarno dan Mr. Sartono untuk mengasuh Ruang Nasionalisme, halaman khusus yang diasuh itu, diberi nama ”Ruang Pergerakan Nasional“, biasanya terdapat dalam halaman dua. Di halaman depan surat kabar itu terpampang dengan jelas kerja sama baru antara golongan Islamis dan golongan nasionalis dalam wujud lambang kedua golongan itu: bulan sabit dan bintang dari kaum Islamis, dan kepala banteng dari golongan nasionalis. Dengan demikian, terjadi kembali bahu membahu antara Soekarno dengan mantan gurunya, H.O.S. Tjokroaminoto. Dan secara tidak langsung kehadiran Soekarno ikut meredam gerakan pan-islamisme yang pernah berkobar. Yang jelas kedua orang itu senantiasa berbicara mengenai tema-tema yang sama.<br /><br />Ketika dunia pergerakan terdapat perpecahan diakibatkan adanya perbedaan ideologi ataupun adanya ambisi-ambisi pribadi yang lebih mementingkan dirinya sendiri daripada dunia pergerakan politik pada tahun 1920-an. Semua kejadian itu memprihatinkan Soekarno, melihat terjadinya perpecahan antara Sarekat Islam dengan Partai Komunis Indonesia yang dia anggap justru menghancurkan gerakan nasionalisme Indonesia yang sedang berkobar-kobar. Soekarno mengenal betul ideologi-ideologi yang berkembang pada saat itu. Kuartal keempat tahun 1926, sekitar tiga bulan setelah Soekarno menyelesaikan studinya, Soekarno menulis dalam Indonesia Moeda, majalah Kelompok Studi Umum, tempat Soekarno bergabung. Ia menulis artikel dengan judul, ”Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme”, di mana Soekarno menyerukan agar perlu terjadi kerja sama yang lebih erat di antara ketiga golongan itu. Walaupun ia mengakui bahwa ketiga ideologi itu terdapat perbedaan, tetapi ia melihat sebenarnya terdapat tujuan yang sama, yaitu menghancurkan pemerintah kolonial Hindia Belanda, yang seringkali dimanifestasikan sebagai kapitalisme dan imperialisme yang siap mengeksploitasi negeri tercinta ini.<br /><br />Setelah itu, ketika Soekarno menjabat sebagai Ketua Partai Nasional Indonesia pada tahun 1927, ia menerbitkan sebuah majalah politik Soeloeh Indonesia Moeda yang mana pemimpin redaksinya adalah Soekarno sendiri. Majalah itu terbit sebulan sekali dengan oplah sebanyak 4000 eksemplar lebih, yang bertujuan untuk menjadi pentunjuk jalan bagi siapa saja yang berada dalam kegelapan lautan pergerakan nasional Indonesia. Bisa dikatakan kalau majalah dengan harga langganan fl. 50 satu kuartal itu, mencoba mengikuti jejak Neue Zeit-nya kaum sosialis demokrat dan atau Isra-nya kaum Bolshevik.<br /><br />Majalah yang merupakan konsumsi bagi kalangan terpelajar bangsa Indonesia yang telah dianggap sadar akan dunia pergerakan. Itu terlihat dengan tulisan-tulisan yang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Belanda, dengan wajah depan selalu dihiasi oleh cuplikan tulisan-tulisan pemikir dunia dalam bahasa Belanda pula. Cuplikan itu dimaksudkan sebagai pengobar semangat nasionalisme. Tetapi yang jelas, majalah itu pernah hilang dari peredaran, ada kemungkinan disebabkan Soekarno ditahan.<br /><br />Pada periode yang sama, Soekarno juga menerbitkan majalah politik, Persatuan Indonesia, berbeda dengan majalah Soeloeh Indonesia Moeda, majalah itu diterbitkan untuk konsumen yang lebih luas, di mana hal itu terlihat dengan menggunakan bahasa Indonesia secara keseluruhan. Dan banyak terdapat tulisan-tulisan Soekarno yang dimuat pada majalah Soeloeh Indonesia Moeda dimuat kembali pada majalah Persatuan Indonesia. Dengan kejadian di atas, mungkin muncul pertanyaan, mengapa Soekarno menerbitkan kedua majalah dalam periode yang sama? Ada dugaan, kalau Soekarno menerbitkan itu berbarengan dengan maksud agar pembacanya lebih luas—seluruh lapisan masyarakat Indonesia.<br /><br />Setelah itu, Soekarno menerbitkan sebuah majalah politik Fikiran Ra’jat yang terbit pada pertengahan tahun 1932, di Bandung. Soekarno duduk sebagai pemimpin redaksi. Sasaran majalah ini terutama untuk kaum Marhaen, yang merupakan salah satu golongan masyarakat Indonesia yang terbesar, yang sedang diperjuangkan oleh Soekarno. Seperti yang terlihat dalam motto majalah itu, ”Kaum MARHAEN! Inilah Majalah Kamu“. Majalah yang setiap penerbitan berisi kurang lebih 20 halaman. Isinya antara lain: berita-berita pergerakan rakyat di negara lain, artikel-artikel politik dan kronik umum (kilasan berita luar negeri dan dalam negeri) serta primbon politik (surat pembaca) yang terdapat dalam halaman-halaman terakhir. Yang disebut terakhir ini ada dugaan ditangani oleh Soekarno sendiri.<br /><br />Pada setiap penerbitannya, majalah ini memberikan porsi yang lebih besar kepada masalah pendidikan dan kesadaran politik daripada masalah-masalah yang lain. Hal ini dapat dimengerti mengingat kaum Marhaen sebagai pembaca yang terbesar majalah ini kurang mengecap pendidikan formal. Sebagai contoh, saya kutipkan dari satu artikel dengan judul “Politik dan Kekuatannya Kolonial-Imperialisme di Indonesia“, yang berbicara secara tegas tentang perlunya pendidikan dan kesadaran politik, yang dapat diketemukan pada Fikiran Ra’jat, No. 2, 8 Juli 1932:<br /><br />“Rakyat jelata harus dikasih keinsyafan, bahwa sampai kiamat kaum imperialisme selalu akan menggenggam mereka. Rakyat harus insyaf, bahwa soal kemerdekaan itu bukan soal belas kasihan, bukan soal sopan atau tidak. Kemerdekaan itu bukan soal pintar atau tidak, tetapi hanyalah soal kekuatan dan kekuasaan.”<br /><br />Kalau kita membaca dengan cermat tulisan-tulisan Soekarno yang dimuat oleh berbagai media massa, menunjukkan kalau dia telah menyajikan ide-ide nasional dan pengetahuan politik kepada sidang pembacanya, dengan harapan agar bekal pengetahuan itu dapat dijadikan bekal untuk memperjuangkan cita-cita Indonesia Merdeka. Bisa jadi, jumlah oplah yang memuat tulisan-tulisan Soekarno terlalu sedikit kalau dibandingkan dengan masyarakat yang ada. Tetapi bisa saja apa yang dikemukakan oleh Soekarno itu disebarluaskan melalui mulut ke mulut, yang akhirnya masyarakat luas mengetahuinya tentang ide-ide Indonesia Merdeka.<br /><br />Walaupun Soekarno dibuang di Bengkulu oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, bukan berarti ia berhenti menulis pada media massa. Hanya saja, ia membatasi diri menulis yang dianggapnya aman. Misalnya, Soekarno menulis tentang kebangkitan fasisme di Eropa, ciri-ciri ideologinya serta watak pokok aliran itu, sebaliknya tentang situasi politik Hindia Belanda tidak disentuh. Mungkin ia dilarang menulis tentang hal itu.<br /><br />Secara umum, Soekarno menulis tentang masalah-masalah Islam. Tulisannya banyak dimuat dalam majalah Muhammadiyah, Panji Islam yang terbit di Medan, dimuatnya tulisan-tulisan Soekarno itu, mungkin karena ia mengajar di Sekolah Muhammadiyah di Bengkulu. Tulisan Soekarno tentang Islam, selalu dikaitkan dengan keinginan Soekarno agar kaum Islam terlepas dari belenggu keterbelakangan yang ada. Dan tulisan-tulisan itu sekarang telah menjadi kajian yang mendalam, yang dilakukan oleh Bernhard Dahm dan Mohammad Ridwan Lubis dalam membuat disertasi.<br /><br />Majalah itu bukanlah satu-satunya penyalur tulisan-tulisan Soekarno. Dia juga menulis untuk surat kabar Pemandangan. Bahkan di surat kabar itu Soekarno menjelaskan dirinya, ketika banyak orang mulai bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya Soekarno itu. Dalam tahun 1941, lewat artikelnya, ”Sukarno oleh Sukarno sendiri“ Ia menjawab pertanyaan itu lewat kata-kata, ”Apakah Soekarno itu? Nasionaliskah? Islamkah? Marxiskah? Pembaca-pembaca, Soekarno adalah campuran dari semua isme-isme itu.”Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-75948856961098248452010-02-23T02:25:00.000-08:002012-08-13T00:33:16.663-07:00Mengapa Orang Malas Memilih Pada Pemilu?<span style="font-weight: bold;">Oleh: Wimar Witoelar</span><br /><br />Semasa saya duduk di SD, SMP, SMA, selama jadi mahasiswa dan jadi dosen dan pengusaha, orang yang bicara bebas di Indonesia dianggap pemberani. Itulah negara totaliter dibawah Sukarno dan Suharto. Tidak terbayangkan, di tahun 1999 setelah Pemilihan Umum, suatu malam diluar kota Chicago (kebetulan sedang berkunjung) saya mendengar di radio mobil, suara penyiar yang setengah teriak: “Indonesia is now the third largest democracy in the world!”<br /><br />Bangga betul rasanya. Negara yang memenjarakan puluhan ribu tawanan politik, membantai penentang pemerintah beberapa kali dengan pembunuhan gelap, kok bisa diakui sebagai demokrasi besar di dunia, hanya dibawah India dan Amerika Serikat. Sampai sekarang orang memuji terus, dari Eropah sampai Asia, dari Australia sampai Afrika. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menyatakan di Jakarta bulan lalu Indonesia mengagumkan karena mampu menggulingkan rezim totaliter dengan kekuatan sendiri, dan memulai suatu demokrasi.<br /><br />Tapi baru sepuluh tahun berdemokrasi , orang sudah malas menanggapi Pemilu. Apakah orang Indonesia tidak suka pada demokrasi? Tanpa pretensi ilmiah, saya mengumpulkan pendapat orang biasa melalui email, ngobrol, dan pasang status update di facebook. Silakan lihat disini: facebook.com/profile.php?id=634930347<br /><br />Yang paling mirip dengan pendapat saya justru seorang rekan muda belia, Melda Wita namanya. Melda menyatakan ” bisa hidup di negara yang menjunjung pluralism tinggi... biar berbeda-beda tapi kita tetap satu jua..bisa bebas mengutarakan pendapat... hehehe terus bisa menikmati makanan2 dari berbagai daerah yang super sedap.... misalnya saksang dan ikan arsik dari medan.. ada lagi sate padang.. wah.”<br /><br />Indonesia memang tidak punya apa-apa kecuali demokrasi, kontras dengan negara tetangga yang punya semua kecuali kebebasan. Tapi hanya sedikit yang menyatakan pendapat positif. Yang lain penuh keluhan, bisa dikumpulkan dalam kelompok<br /><br />yang mengeluhkan soal teknis:<br /><br /> * malas karena ngga dapat undangan untuk hadir di TPS, ngga dapat kartu pemilih, dan harus mengecek sendiri namanya di DPT pada PPS Kelurahan terdekat..<br /> * pengalaman saya dari 1999 sampe 2004 dan pilkada DKI 2008 lalu, banyak pemilih yang data di kartu dan KTP nya salah.. ngga usah jauh-jauh, semua anggota KPPS di TPS saya ngga ada yang benar data di kartu pemilih nya...<br /> * ngga dapat undangan untuk milih, khan bingung mau milih di TPS mana, soalnya di undangan tercantum alamat lokasi TPS...bakal malas mondar-mandir tuh warga yang rata-rata sudah berumur...<br /><br />Yang menunjukkan sikap cuek:<br /><br /> * Golput..here i come!!!!??<br /> * Terlalu malas untuk memilih n tidak peduliBig Grin<br /> * EGP...emang gue pikirin....siapa pun calegnya....siapapun presidennya....aku tetap orang Endonesa......Smile<br /><br />Yang skeptis mengenai teknik kampanye:<br /><br /> * tidak ada kampanye yg cerdas, transparan, dan detail - bukan hanya sekedar kontes popularitas dengan arak2an di jalan raya<br /> * Komunikasi visual lewat posternya aja berantakan, apalagi komunikasi politiknya ???? Yang curiga pada semua caleg dari dulu sampai sekarang sampai masa depan:<br /> * Calonnya itu2 aja...<br /> * dari sejak punya hak pilih dulu gak percaya sama outcome pemilu legislatif ...<br /> * Calonnya gak jelas asal muasalnya<br /> * Yg pintar blm tentu kuat, yg kuat blm tentu pintar..yg pintar dan kuat blm tentu membawa peruntungan untuk masyarakat dan negara.... Jd hrs org yg pintar, kuat dan hoki.....<br /> * pd oooommmdoooo alias omong doang gak ad hasilny, krjny ngabis2in dwt doang.<br /> * Bingung yg mana yg bisa buat perubahan..<br /> * I know nobody bang WW !!<br /><br />Ada teman-teman yang berkomentar lebih panjang dan lebih bernuansa:<br /><br /><br />“Rata2 para caleg itu seragam, ngga bisa dibedain kecuali foto. We don't know what they stand for, ngga jelas apa agendanya. mereka tidak/kurang berkomunikasi dengan pemilih, hanya melalui gambar wajah yang dipampang di baliho jalan. Untuk pemilih kita tidak punya dasar untuk memilih si A, B, C (kecuali kenal kali ya). Nah, ada caleg Dapil Jaksel yang pernah tampil di media (elektronik) karena ada kesempatan, ditanya ‘kenapa mau jadi caleg?’ Jawabnya, ‘karena saya melihat rakyat susah dan ingin membantu memajukan kesejahteraan rakyat.’ Then what? how? Apa yang akan anda lakukan jika anda terpilih untuk duduk menjadi anggota dewan? Dijawab : ‘saya tidak ingin banyak bicara, saya hanya ingin bekerja dan tidak sekedar mengobral janji. ……… Cape deh!”<br /><br /><br />“Pemilih butuh tahu, yang dipilih butuh kepercayaan. Orang gak tahu gimana mau percaya. Yang kampanye gak ngerti apa yg diomongin. Ngomong ekonomi, tp yg diomongin normatif, gak kongkrit, dodol tp sok ngerti. Hancur negara kalo masih banyak yg kayak begitu. Kampanye kok pake symbol pemimpin massa, entah mantan presiden yg sudah mati, atau presiden gagal, tp dipasang di balihonya dia. Gak pede? Gimana mimpin nanti, kalo gk pede nanti ngikut juga korup kyk pendahulunya. Capek sm orang2 yg dipilih melalui seleksi partai politik, mayoritas gak jujur, suap sana, suap sini biar dapat nomor urut jadi. Walau sudah ada putusan MK, toh gak bakal banyak pengaruh. Ogah milih koruptor2 baru! “<br /><br />Kecewa terhadap hasil demokrasi (yang baru sepuluh tahun), tapi belum tentu kecewa terhadap demokrasi itu sendiri. Analisa tajam seorang eksekutif PR menyorot parpol:<br /><br />“Banyak pemilih yang pernah dikecewakan partai yang pernah dipilihnya dan tidak ada usaha dari partai-partai politik untuk membersihkan diri dari dosa-dosa politik atau upaya nyata untuk memperbaiki institusi parpol. Jika ada anggota partai yang ditangkap korupsi, buru-buru ada pengumuman anggota tersebut dipecat dan tidak ada pertanggungjawaban sama sekali dari Partai yang telah merugikan rakyat tersebut. Parpol sama sekali tidak merasakan rendahnya penghargaan rakyat kepada citra dewan legislatif dan parpol di dalamnya. Tidak pernah sekalipun citra positif profesionalitas, kredibiltas dan keberpihakan pada rakyat melekat pada parpol dan dewan legislatif. Premanisme, korupsi dan kepentingan parpol semata yang selama ini dilihat orang biasa pada calon-calon yang akan dipilihnya. Perception is Reality. Selama tidak ada upaya nyata dari para elit politik untuk mengubah citranya, sampai kapanpun orang biasa akan tetap malas memilih.”<br /><br />Semua kecewa dengan hasil demokrasi. Tapi mengasingkan diri juga bukan jawaban, sebab elite hanya bisa dikoreksi dari masyarakat, kecuali kalau kita mengundang diktator Indonesia ketiga, Mungkin ini yang diinginkan Atmo Prawiro Yahya Hutauruk, menyambung statement beliau bahwa Indonesia belum siap untuk memilih sendiri pemimpinnya, melihat banyaknya keluhan terhadap Pemilu.<br /><br />" Menurut pendapat saya, pimpinan saat ini jangan melalui pemilihan dulu, krn masyarakat, aturan main dan fasilitas utk melakukan pemilihan belum memenuhi persyaratan. Utk itu hrs ditunjuk Care Taker, saat ini yg mumpuni menurut saya hanya dari TNI. Ingat cita2 kemerdekaan dulu sdh terlalu jauh ditinggalkan para pimpinan saat ini. Saya kira masih banyak TNI Nasionalis yg bermoral.... Krn bangsa kita bangsa yg kekanak2an, maka perlu diawasi oleh TNI...”<br /><br />Apakah pendapat seperti Pak Hutauruk itu mewakili Golput? Mudah-mudahan tidak. Bagi saya, lebih pas kalimat Andri Sudibyo yang diberikan di facebook sebagai kalimat penutup.<br /><br />Demokrasi tidak selalu menghasilkan pemerintahan dan parlemen yg baik, namun perlu diingat demokrasi merupakan suara rakyat yamg bisa saja merupakan suara keadilan. Jadi ikutlah Pemilu dan mari berharap bangsa ini semakin pandai dan semakin bisa memilih yg baik.Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9207951627780542966.post-17043512303340922592010-02-18T02:40:00.000-08:002012-08-13T00:33:16.763-07:00APBN Naik, Rakyat Tak SejahteraKekayaan alam Indonesia hanya dijadikan komoditas ekspor. Masyarakat tidak sadar lagi bahwa kekayaan alam adalah modal untuk membangun bangsa dan negara.<br /><br />Hal ini dikatakan pengamat ekonomi Hendri Saparini saat deklarasi Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia di Perpustakaan Nasional Salemba Jakarta, siang ini (Selasa, 9/2).<br /><br />Hendri menjelaskan Indonesia memerlukan kebijakan dalam hal pengelolaan kekayaan alam. Karena ini menjadi modal untuk membiayai kewajiban negara sesuai dengan konstitusi Indonesia, penghidupan layak dan penyantunan anak yatim-piatu.<br /><br />"Kebijkan APBN kita semakin lama cenderung hanya otak-atik akuntansi. Kebijakan belanja pemerintah tidak lagi dikaitkan dengan amanat konstitusi Pasal 23 UUD 1945," kata Hendri.<br /><br />Dia menegaskan politik anggaran Indonesia harus diluruskan. Untuk diketahui, jelasnya, APBN Indonesia terus meningkat dari Rp 221 triliun pada tahun 2000 menjadi Rp 1.047 triliun saat ini. Masalahnya, katanya, tidak ada peningkatan kesejahteraan yang signifikan di masyarakat.<br /><br />"Kebijakan perdagangan luar negeri bukan untuk meningkatkan daya saing guna menuju kemandirian ekonomi tapi hanya menjadi kepanjangan tangan dalam tatanan ekonomi global. Ini harus dihentikan. Harus ada satu kelompok kritis untuk menghentikannya," demikian Hendri.<br /><br />Sumber: <a href="http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2010/02/09/87828/APBN-Naik,-Rakyat-Tak-Sejahtera-">Rakyat Merdeka</a>.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">APBN Tidak Gerakkan Ekonomi</span><br /><br /><br /><br />Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak mampu menjadi penggerak ekonomi dalam empat tahun terakhir. Oleh karena itu, harus dibuat ukuran keberhasilan APBn yang dikaitkan dengan kemampuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Dengan politik anggaran, nasib masyarakat harus diubah. APBN harus menjadi kebijakan strategis,” kata anggota Komisi VI DPR Eriko Sotarduga di Jakarta, Selasa (26/1).<br /><br />Akan tetapi, lanjut Eriko, APBN belum mampu menjadi pendorong ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Kriteria yang bisa dilihat adalah apakah APBN mampu membuat masyarakat memperoleh pekerjaan. Hal tersebut sulit dilakukan dalam empat tahun terakhir,” tegas dia.<br /><br />Oleh karena itu, tambah Eriko harus dibuat suatu kriminal yang formal untuk menilai kesuksesan APBn. “Kami ingin agar APBN diukur dari kemampuan untuk menjamin kesejahteraan masyarakat,” ujar dia.<br /><br />Dari sisi belanja, menurut Eriko, APBN gagal membuat perekonomian bergulir karena penyerapannya yang minim. “Itulah yang membuat realisasi defisit jauh dari asumsi,” kata dia.<br />Pada 2008, realisasi defisit hanya 4,2 triliun rupiah, jauh dari target 94,5 triliun rupiah. Pada 2009, realisasi defisit adalah 87,2 triliun rupiah, sementara targetnya 129,8 triliun rupiah. “Daya serap belanja negara, terutama untuk belanja modal dan belanja barang, masih rendah, yaitu rata-rata 85 persen. Ini membuktikan bahwa manajemen fiskal masih lemah,” kata Eriko.<br /><br />Wakil Ketua Komisi XI DPR Putih Sari menyatakan pemerintah telalu agresif dalam menarik pembiayaan defisit. Padahal, pembiayaan tersebut tidak seluruhnya terserap dan menimbulkan beban. “Pada 2008, realisasi pembiayaan mencapai 84,07 triliun rupiah sehingga terjadi kelebihan pembiayaan 79,95 triliun rupiah. Ini akan menambah bebas fiskal di masa mendatang,” tegas Putih.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Anggito Abimanyu menyatakan pemerintah akan mengintensifkan belanja negara. “Kami akan antisipasi dengan mengebut belanja. Pembiayaan defisit tetap diamankan dengan kebijakan front loading,” kata dia.<br /><br />Sumber: <a href="http://hariansib.com/?p=108705">Sinar Indonesia Baru</a>.Anonymousnoreply@blogger.com0