Konvensi Calon Independen

Konvensi Calon Independen





Oleh Bramastia

Terbukanya keran demokrasi membuat "syahwat" politik tingkat lokal naik tajam. Momentum pemilihan umum kepala daerah 2010 kian hari semakin meningkatkan suhu politik lokal. Pertarungan politik lokal 2010 tampaknya akan penuh dengan keringat bercucuran karena penuh kandidat yang tak hanya berasal dari partai politik, tetapi akan diikuti pula oleh calon independen.

Semangat berpolitik masyarakat lokal memang sedang berapi-api. Wacana calon independen terlihat begitu ingar-bingar untuk menjadi alternatif politik baru, selain melalui kekuatan politik formal, yakni parpol. Misal, di kota Solo, elemen independen telah lahir pascamunculnya Pemuda Independen Surakarta (Pusaka), Jaringan Masyarakat Independen Indonesia (JMII) atau yang terakhir Komunitas Independent Solo (KIS), yang menjadi bukti kuat bahwa masyarakat jenuh dengan kiprah parpol saat ini.

Di era politik baru saat ini, calon independen dalam pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) 2010 memberi arti baru demokrasi lokal. Semangat berdemokrasi melalui calon independen untuk merebut kepemimpinan politik 2010 memang sudah sah. Namun, koridor demokrasi harus dijaga bersama-sama. Alur demokrasi harus tetap dilalui, melalui jalan elegan merebut kekuasaan demi kedaulatan rakyat sesungguhnya. Lantas, bagaimana membangun sistemnya? Sistem konvensi

Siapa pun atau apa pun bentuk elemennya, kita harus mengapresiasi pilihan rakyat. Boleh saja kita memiliki syahwat politik besar ala "demokrasi pilihlah aku" yang begitu menggebu, namun kepentingan rakyat yang harus dikedepankan. Dalam pandangan penulis, seyogianya elemen yang getol mengusung calon independen mau berkumpul, membangun, dan menawarkan sistem politik baru kepada rakyat, melalui sistem bernama konvensi calon independen.

Menawarkan pemimpin baru melalui konvensi calon independen sesungguhnya mendorong rakyat agar lebih bebas memilih atau menentukan calon pemimpin. Rakyat pun tidak harus terpaku dengan calon yang saat ini sudah bermunculan, baik yang berasal dari parpol maupun masyarakat profesional. Melalui konvensi calon independen, tentunya membuka lebar serta memberi peluang membangun seleksi kepemimpinan demi kebangkitan dan pengembangan demokrasi aras lokal.

Dalam pandangan saya, akan ada banyak hal yang menarik jika konvensi calon independen dalam pemilukada 2010 ini dilakukan. Mekanisme konvensi calon independen dalam pemilukada 2010 yang terstruktur bisa lahir mesin politik yang memiliki gereget untuk membuat sistem politik berlapis dengan jumlah yang luar biasa; meskipun fakta lapangannya, upaya memuluskan langkah seorang calon independen untuk membuat skema lolos dari mesin konvensi tidaklah mudah.

Secara ideal, calon independen tentu harus memiliki dukungan perorangan yang tersebar di semua lini daerah. Pada saat itu, calon independen diuji kemampuan sejauh mana komitmennya terhadap rakyat pada suatu daerah. Sebab sosok calon independen mesti melakukan tahap sosialisasi dengan menyampaikan visi, misi, dan program kepada semua kader-kadernya. Langkah ini pun bisa dilakukan melalui kampanye monologis, yang dilakukan dengan cara mengundang massa simpatisan calon, menyelenggarakan diskusi terbatas atau diskusi interaktif di media elektronik, atau bahkan kegiatan sosial lainnya.

Tentunya tak dapat dimungkiri bila konvensi calon independen memiliki saingan lebih banyak karena melibatkan banyak orang, proses pengambilan keputusan berkali-kali dan berjenjang dari bawah ke atas. Keberadaan bagi calon independen harus mampu memproduksi sebuah mesin politik baru untuk menuju ke tampuk kepemimpinan lokal. Skema dari konvensi calon independen ini bisa menjadi model baru yang lebih selektif dalam mencari seorang pemimpin, meskipun agak sulit realisasinya. Artinya, jika konvensi calon independen dapat direalisasikan, waktulah nanti yang membuktikan apakah sistem politik nonpartai ini memang efektif dalam menyaring pemimpin berkualitas.

Kabinet bayangan

Menurut kacamata penulis, sistem baru bernama konvensi calon independen akan membuka ruang demokrasi aras lokal yang melahirkan persaingan sehat sebagai upaya mencari figur pemimpin berkualitas, guna menjawab tantangan daerah di tengah arus global. Persaingan melalui konvensi calon independen berimplikasi positif sebagai solusi atas pembangunan lokal di saat dukungan sumber daya alam kita yang saat ini semakin terbatas.

Rakyat yang saat ini haus akan pemimpin amanah harus berani dijawab mereka yang ingin menjadi pemimpin politik melalui konvensi calon independen. Dalam ruang politik bernama konvensi calon independen inilah, para calon diberi ruang lebar menawarkan program riil untuk menjawab kebutuhan rakyat. Para calon independen akan lebih tahu pemimpin seperti apa yang rakyat perlukan saat ini? Apakah hanya sebatas calon independen yang terkenal? Calon independen yang dapat memanggil investor masuk? Ataukah calon independen yang akan mampu membawa kemajuan daerah?

Walaupun demikian, sesungguhnya kemajuan daerah tidak hanya tergantung pada peran calon independen, namun figur calon independen tentu juga sangat penting. Sosok calon independen harus seorang yang kompeten, memiliki "track record" yang baik, profesional, dan memiliki manajerial-skill untuk memimpin daerah pada era otonomi saat ini. Untuk itu, diperlukan sebuah pemerintahan daerah yang juga harus terdiri atas orang-orang yang profesional dan kompeten.

Seorang calon independen adalah seorang tokoh besar yang mau menghargai perbedaan pandangan politik, keterbukaan, toleransi, dan lebih mementingkan kebersamaan demi mencapai tujuan bersama membangun daerah. Andai calon independen berhasil memenangi pertarungan politik pemilukada 2010 maka harus bersedia mengambil orang-orang yang berada di luar pemerintahan daerah untuk bergabung dalam pemerintahan lokal, demi keberhasilan program yang dicanangkannya. Bahkan, kalau perlu, calon independen bersedia memunculkan kabinet bayangan dalam pemerintahannya jika terpilih sebagai kepala daerah.

BRAMASTIA Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Boyolali

Sumber: Kompas.

0 comments:

Post a Comment